Intisari-Online.com - Nusaibah Binti Ka'ab Al Maziniyyah adalah salah satu orang yang memeluk Islam pada masa awal diturunkannya wahyu.
Tidak banyak yang diketahui tentang hidupnya sebelum Islam, tetapi ada banyak detail tentang hidupnya setelah dia memeluk Islam.
Dia tinggal di Madinah dan merupakan anggota suku Banu Najjar.
Berdasarkan garis keturunan, dia adalah saudara perempuan dari Abdullah bin Ka'ab dan ibu dari Abdullah dan Habib ibn Zayd al-Ansari.
Nusaibah mendapatkan reputasi sebagai wanita paling terhormat yang ambil bagian dalam Pertempuran Uhud.
Dia adalah salah satu dari dua wanita yang menyatakan minat untuk bersumpah Bayah atau kesetiaan mereka kepada Nabi dalam sumpah kedua di Aqaba.
Dia percaya bahwa seorang wanita memiliki tugas yang sama dalam mempertahankan agama baru seperti halnya seorang pria.
Ketika pertempuran dimulai, Nusaibah dan banyak wanita lainnya membawakan air untuk para pejuang yang kehausan dan merawat tentara yang terluka.
Selama pertempuran, ketika kaum Muslim tampaknya menang, para pemanah tidak mematuhi perintah Nabi Muhammad dan meninggalkan tempat pertempuran mereka.
Tindakan ini akhirnya menyebabkan kekalahan mereka.
Ketika nampaknya nyawa Nabi dalam bahaya, Nusaibah langsung beraksi dengan pedang dan busur di tangan.
Dia bergabung dengan kelompok kecil yang terdiri dari suaminya Ghazzayah bin 'Amr dan putranya Abdullah, yang bertindak sebagai perisai manusia untuk melindunginya dari musuh.
Umar bin Al-Khattab bersabda bahwa Nabi pernah mengatakan kepadanya bahwa dalam Pertempuran Uhud, kemanapun dia berbelok, entah ke kanan atau ke kiri, dia melihat Umm 'Umarah (Nusaibah) berjuang untuk mempertahankannya.
Kisah lain tentang keberaniannya disampaikan oleh putranya 'Umarah, yang terluka dalam pertempuran itu.
Tercatat, setelah membalut luka anaknya, Nusaibah sendiri yang melakukan balas dendam kepada musuh yang telah melukai.
Tindakan heroik ini disaksikan dan juga diceritakan oleh Nabi Muhammad sendiri.
Nusaibah menerima banyak luka dalam pertempuran itu sendiri.
Nabi melihat ini dan Dia berseru kepada putranya, "Ibumu! Ibumu! Jagalah luka-lukanya, semoga Allah memberkatimu dan seisi rumahmu! Ibumu telah berperang lebih baik dari ini-dan-itu."
Ketika Nusaibah mendengar apa yang dikatakan Nabi Muhammad, dia berkata, "Berdoa kepada Allah agar kami dapat menemani Anda di surga."
Dia berkata, "Ya Allah, jadikan mereka teman saya di surga, Saya tidak peduli apa yang menimpa saya di dunia ini."
Partisipasi Nusaybah dalam pertempuran tidak berhenti sampai di situ.
Dia hidup melalui pemerintahan Abu Bakar Al Siddique, dan Umar bin Al-Khattab.
Dia dihormati oleh keduanya yang terus-menerus memuji perjuangan dan keberaniannya.
Dia hadir dalam berbagai kesempatan, termasuk Perjanjian Aqabah, Hudaybiyah, serta pertempuran Khaybar, dan Hunayn.
Di bawah kepemimpinan Abu Bakar, dia bertempur dengan gemilang di Al-Yamamah, mendapat 11 luka dan juga kehilangan tangannya (saat ini dia berusia 60 tahun!).
Keberaniannya di medan perang juga diimbangi dengan keteguhannya dalam iman.
Dua putranya - Abdullah dan Habib - menjadi martir perjuangan Islam.
Ada pertemuan lain yang perlu diperhatikan.
Suatu ketika Nusaibah mengatakan kepada Nabi bahwa dia tidak mengerti mengapa Alquran yang Mulia hanya menyebut laki-laki, dan bahwa perempuan tampaknya tidak dianggap penting.
Nusaibah wafat pada tahun ke-13 Hijriah dan dimakamkan di Al Baqi di Makkah.
Warisannya adalah bukti kekuatan dan keberanian wanita Muslim saat Islam menyebar ke seluruh wilayah.
Kisah-kisah ini juga berfungsi untuk menghilangkan kesalahpahaman bahwa Islam itu menindas atau tidak menghormati perempuan.
Penting bagi kami untuk menyebarkannya kepada Muslim dan non-Muslim juga.
(*)