Penulis
Intisari-online.com -Setiap menyambut bulan Ramadhan banyak tradisi-tradisi unik yang dilakukan di penjuru negeri.
Salah satunya adalah tradisi unik Bebantai.
Tradisi ini dilakukan di Pangkalan Jambu, Kabupaten Merangin, Jambi.
Sabtu 10/4/2021 kemarin meski mendung, ratusan orang berkumpul mengelilingi badai.
Belasan kerbau terikat kuat di sebuah tonggak dari batang pinang di tengahnya.
Lelaki yang kekar badannya menarik tali saat seorang pemuka adat memberi arahan.
Puluhan lelaki menyerbu, menarik, berteriak dan kerbau-kerbau telah siap untuk disembelih.
Proses penyembelihan belasan kerbau secara bersama-sama dilakukan sepekan sebelum Ramadhan.
Warga Kecamatan Pangkalan Jambu menyebut kegiatan itu sebagai tradisi bebantai.
"Tradisi bebantai sudah turun temurun kalau mau puasa. Pasti semua orang ke balai, membantai belasan bahkan puluhan ekor kerbau," kata Ikhsan, seorang pemuda Pangkalan Jambu dilansir dari Kompas.com, Selasa (13/4/2021).
Ia mengatakan, bebantai kali ini hanya memotong 13 ekor kerbau.
Sebab, perekonomian warga sedang turun akibat pandemi yang terjadi sejak setahun terakhir.
Tradisi bebantai, menurut Ikhsan, dihadiri pemuka agama, pemuka adat dan tokoh masyarakat yang berpusat di balai, sebidang tanah kosong di belakang pasar.
"Setiap tahun sama.
"Tradisi bebantai dilakukan di balai atau dulu disebut pondok pekan puaso," kata Ikhsan.
Setelah kerbau disembelih dan didoakan, daging diolah secara bergotong royong, kemudian dibagikan ke warga.
Baca Juga: Resep Sehat Puasa: Rutin Konsumsi Teh Lada Hitam dan Kunyit Selama Ramadan untuk Tubuh Sehat Selalu
Dalam Jurnal Kontekstualita Vol 29 No 1 Tahun 2014, Al Husni dari Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Maulana Qori Bangko menuturkan, bebantai adalah kegiatan memotong kerbau atau sapi dalam menyambut bulan suci Ramadhan.
Hampir seluruh desa yang ada di Kabupaten Merangin melaksanakan tradisi bebantai ini.
Bebantai jadi cara masyarakat untuk senantiasa bersyukur terhadap nikmat dari Allah dan melaksanakan puasa sebulan penuh selama Ramadhan.
Sisi lain dari bebantai, selain memenuhi kebutuhan daging masyarakat, tradisi ini membuat harga daging tidak melonjak di pasaran, bahkan lebih murah.
Penyumbang kerbau dalam tradisi bebantai adalah individu, perkumpulan masyarakat dan pengurus masjid.
Pelaksanaan tradisi ini sudah direncanakan dengan baik sejak awal tahun.
Bebantai dilanjutkan dengan makan busamo (makan secara bersama-sama).
Kemudian tradisi beduen (memanjatkan doa menghadapi puasa Ramadhan) dan melepas ayam (kegiatan berzikir dengan tujuan mendapatkan kesehatan dan terhindar dari bala bencana selama puasa Ramadhan).
"Bebantai tradisi yang dilakukan pagi sampai siang hari. Sorenya, masyarakat secara bersama-sama bersih desa dengan membersihkan rumah dan pekarangan, masjid, membersihkan makam keluarga dan lainnya," kata Ikhsan.
Sejarah bebantai
Peneliti sejarah dari Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dedi Arman menjelaskan, nama Kecamatan Pangkalan Jambu adalah Renah Sungai Kunyit.
Disebut demikian karena waktu ditemukan oleh Datuk Putih dan Datuk Mangkuto Rajo, terdapat banyak bijih emas.
Saat itu, Pangkalan Jambu masih ditutup hutan lebat, termasuk wilayah kekuasaan Depati Muara Langkap yang berkedudukan di Tamiai (Kerinci).
Untuk meramaikan Renah Sungai Kunyit, kedua datuk membuat gelanggang tempat menyabung ayam.
Gelanggang semakin ramai. Untuk mencari modal menyabung, orang-orang yang datang dari berbagai penjuru negeri menambang emas dan bertani.
Pendatang baru banyak yang datang dan menetap.
Baca Juga: Pisang Ajaib, Berbuah 12 Tandan hingga Tanpa Daun dan Batang: Keajaiban Itu Berkat dari Tuhan
Mereka membuat rumah dan sawah.
Dengan ramainya pendatang yang memiliki perbedaan adat-istiadat, maka dibutuhkan undang-undang yang mengatur masyarakat Renah Sungai Kunyit.
Untuk menemukan undang-undang yang cocok, maka Datuk Putih dan Datuk Mangkuto Marajo bersama utusan Depati Muara Langkap melakukan sidang.
Kemudian diputuskan undang-undang adat Negeri Pangkalan Jambu adalah kombinasi dari undang-undang yang turun dari Minangkabau dan dari Jambi.
Inti dari aturan ini adalah wajah nan tigo dan pembetulan nan duo.
Untuk mengekalkan aturan tersebut, Datuk Putih dan Datuk Mangkuto Rajo mengundang semua tokoh.
Peresmian hukum adat ini dipilih hari baik, yakni akhir bulan Sakban di Pondok Pekan Puaso.
Dalam jamuan besar itu, Datuk Putih dan Datuk Mangkuto Rajo memotong kerbau sebanyak 48 ekor.
Kegiatan tersebut terus terlaksana sampai sekarang dan mengalami perkembangan hingga menjadi tradisi bebantai.
Tradisi ini biasanya dilakukan sepekan sebelum bulan Ramadhan.
"Sampai sekarang, daerah seperti Kecamatan Pangkalan Jambu, Sungai Manau, Batangasai dan Rantau Panjang masih melaksanakan tradisi bebantai," kata Dedi Arman.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini