Tradisi Unik Ramadhan di Berbagai Daerah, Salah Satunya Bebantai di Jambi yang Haruskan Bantai Kerbau Sampai Puluhan Jumlahnya, Inilah Fungsinya Secara Perekonomian

Maymunah Nasution

Penulis

Tradisi Bebantai, saat puluhan kerbau disembelih dan disaksikan ratusan penduduk asli suku ini, bagi-bagi daging tidak saat Lebaran Haji

Intisari-online.com -Setiap menyambut bulan Ramadhan banyak tradisi-tradisi unik yang dilakukan di penjuru negeri.

Salah satunya adalah tradisi unik Bebantai.

Tradisi ini dilakukan di Pangkalan Jambu, Kabupaten Merangin, Jambi.

Sabtu 10/4/2021 kemarin meski mendung, ratusan orang berkumpul mengelilingi badai.

Baca Juga: Kisah Drupadi: Ini Kisah Sebenarnya Di balik Drupadi yang Punya Lima Suami Pandawa Menurut Tradisi India

Belasan kerbau terikat kuat di sebuah tonggak dari batang pinang di tengahnya.

Lelaki yang kekar badannya menarik tali saat seorang pemuka adat memberi arahan.

Puluhan lelaki menyerbu, menarik, berteriak dan kerbau-kerbau telah siap untuk disembelih.

Proses penyembelihan belasan kerbau secara bersama-sama dilakukan sepekan sebelum Ramadhan.

Baca Juga: 15 Menit Bertarung dengan Buaya Demi Selamatkan Adiknya, Kumar Hampir Putus Asa, Beginilah yang Terjadi Selanjutnya

Warga Kecamatan Pangkalan Jambu menyebut kegiatan itu sebagai tradisi bebantai.

"Tradisi bebantai sudah turun temurun kalau mau puasa. Pasti semua orang ke balai, membantai belasan bahkan puluhan ekor kerbau," kata Ikhsan, seorang pemuda Pangkalan Jambu dilansir dari Kompas.com, Selasa (13/4/2021).

Ia mengatakan, bebantai kali ini hanya memotong 13 ekor kerbau.

Sebab, perekonomian warga sedang turun akibat pandemi yang terjadi sejak setahun terakhir.

Baca Juga: Kisah Sersan Sayed Zakaria Khalil 'Si Singa Sinai,' Jadi Satu-satunya Tentara Mesir yang Menahan Seluruh Serangan Israel saat Puasa Ramadan

Tradisi bebantai, menurut Ikhsan, dihadiri pemuka agama, pemuka adat dan tokoh masyarakat yang berpusat di balai, sebidang tanah kosong di belakang pasar.

"Setiap tahun sama.

"Tradisi bebantai dilakukan di balai atau dulu disebut pondok pekan puaso," kata Ikhsan.

Setelah kerbau disembelih dan didoakan, daging diolah secara bergotong royong, kemudian dibagikan ke warga.

Baca Juga: Resep Sehat Puasa: Rutin Konsumsi Teh Lada Hitam dan Kunyit Selama Ramadan untuk Tubuh Sehat Selalu

Dalam Jurnal Kontekstualita Vol 29 No 1 Tahun 2014, Al Husni dari Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Maulana Qori Bangko menuturkan, bebantai adalah kegiatan memotong kerbau atau sapi dalam menyambut bulan suci Ramadhan.

Hampir seluruh desa yang ada di Kabupaten Merangin melaksanakan tradisi bebantai ini.

Bebantai jadi cara masyarakat untuk senantiasa bersyukur terhadap nikmat dari Allah dan melaksanakan puasa sebulan penuh selama Ramadhan.

Sisi lain dari bebantai, selain memenuhi kebutuhan daging masyarakat, tradisi ini membuat harga daging tidak melonjak di pasaran, bahkan lebih murah.

Baca Juga: Terjadi Pengeboman di Gereja Katedral Makassar yang Tewaskan 1 Korban, Polisi Ungkap Inilah Jenis Ledakan dalam Insiden Tersebut

Penyumbang kerbau dalam tradisi bebantai adalah individu, perkumpulan masyarakat dan pengurus masjid.

Pelaksanaan tradisi ini sudah direncanakan dengan baik sejak awal tahun.

Bebantai dilanjutkan dengan makan busamo (makan secara bersama-sama).

Kemudian tradisi beduen (memanjatkan doa menghadapi puasa Ramadhan) dan melepas ayam (kegiatan berzikir dengan tujuan mendapatkan kesehatan dan terhindar dari bala bencana selama puasa Ramadhan).

Baca Juga: Kabar Baik untuk Kita Semua, Ahli Ini Beberkan Bahwa Puasa Bisa Jadi Penangkal Virus Corona, Ternyata Seperti Ini Cara Tubuh Bekerja Selama Bulan Ramadhan!

"Bebantai tradisi yang dilakukan pagi sampai siang hari. Sorenya, masyarakat secara bersama-sama bersih desa dengan membersihkan rumah dan pekarangan, masjid, membersihkan makam keluarga dan lainnya," kata Ikhsan.

Sejarah bebantai

Peneliti sejarah dari Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dedi Arman menjelaskan, nama Kecamatan Pangkalan Jambu adalah Renah Sungai Kunyit.

Disebut demikian karena waktu ditemukan oleh Datuk Putih dan Datuk Mangkuto Rajo, terdapat banyak bijih emas.

Baca Juga: Perempuan Orang Rimba Menolak Difoto untuk KTP, Mensos Risma Sampai Harus Terjun Langsung Membujuk, Rupanya Ini Alasannya, Bisa Sakit hingga Meninggal

Saat itu, Pangkalan Jambu masih ditutup hutan lebat, termasuk wilayah kekuasaan Depati Muara Langkap yang berkedudukan di Tamiai (Kerinci).

Untuk meramaikan Renah Sungai Kunyit, kedua datuk membuat gelanggang tempat menyabung ayam.

Gelanggang semakin ramai. Untuk mencari modal menyabung, orang-orang yang datang dari berbagai penjuru negeri menambang emas dan bertani.

Pendatang baru banyak yang datang dan menetap.

Baca Juga: Pisang Ajaib, Berbuah 12 Tandan hingga Tanpa Daun dan Batang: Keajaiban Itu Berkat dari Tuhan

Mereka membuat rumah dan sawah.

Dengan ramainya pendatang yang memiliki perbedaan adat-istiadat, maka dibutuhkan undang-undang yang mengatur masyarakat Renah Sungai Kunyit.

Untuk menemukan undang-undang yang cocok, maka Datuk Putih dan Datuk Mangkuto Marajo bersama utusan Depati Muara Langkap melakukan sidang.

Kemudian diputuskan undang-undang adat Negeri Pangkalan Jambu adalah kombinasi dari undang-undang yang turun dari Minangkabau dan dari Jambi.

Baca Juga: Penemuan Mengejutkan Tambang Emas Ilegal di Papua Jadi Sumber Dana KKB untuk Terus Isi Peluru dan Senjata-senjata Baru Demi Memisahkan Diri dari Indonesia

Inti dari aturan ini adalah wajah nan tigo dan pembetulan nan duo.

Untuk mengekalkan aturan tersebut, Datuk Putih dan Datuk Mangkuto Rajo mengundang semua tokoh.

Peresmian hukum adat ini dipilih hari baik, yakni akhir bulan Sakban di Pondok Pekan Puaso.

Dalam jamuan besar itu, Datuk Putih dan Datuk Mangkuto Rajo memotong kerbau sebanyak 48 ekor.

Baca Juga: Curiga Ada 'Kekuatan Lain' yang Bikin Jet Tempur Kiriman Isreal Sulit Diperbaiki, Para Teknisi TNI AU Terpaksa Gunakan Kepala Kerbau, Seketika Berjalan Lancar

Kegiatan tersebut terus terlaksana sampai sekarang dan mengalami perkembangan hingga menjadi tradisi bebantai.

Tradisi ini biasanya dilakukan sepekan sebelum bulan Ramadhan.

"Sampai sekarang, daerah seperti Kecamatan Pangkalan Jambu, Sungai Manau, Batangasai dan Rantau Panjang masih melaksanakan tradisi bebantai," kata Dedi Arman.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait