Punya Militer Paling Miskin di Dunia, Zambia Nyatanya Punya Kekayaan Tambang Melimpah, Tapi Bak Jadi Bumerang Bagi Perekonomiannya karena Hal Ini

Khaerunisa

Editor

Bendera Zambia. (Ilustrasi) Punya Militer Paling Miskin di Dunia, Zambia Nyatanya Punya Kekayaan Tambang Melimpah, Tapi Bak Jadi Bumerang Bagi Perekonomiannya karena Hal Ini
Bendera Zambia. (Ilustrasi) Punya Militer Paling Miskin di Dunia, Zambia Nyatanya Punya Kekayaan Tambang Melimpah, Tapi Bak Jadi Bumerang Bagi Perekonomiannya karena Hal Ini

Intisari-Online.com - Zambia adalah salah satu pemilik militer paling miskin di dunia.

Negara tersebut hanya megalokasikan sebesar 43 juta dolar AS untuk anggaran pertahanannya, menurut Global Firepower 2021.

Dengan nominal anggaran pertahanan itu, Zambia berada di peringkat ke-9 militer paling miskin di dunia.

Dalam sepuluh militer paling miskin di dunia, anggaran pertahanan Zambia hanya sedikit lebih banyak dari Mauritania yang tercatat memiliki anggaran pertahanan sebesar 40 juta dolar AS.

Baca Juga: Termasuk Militer Paling Lemah di Dunia, Negara Ini Punya Catatan Buruk Jadikan Anak-anak sebagai Tentara, Dipaksa Menembak hingga Terbiasa Membunuh di Usia Muda

Untuk diketahui, menurut statistik Global Firepower 2021, Liberia merupakan militer paling miskin di dunia, dengan anggaran pertahanan paling sedikit di antara 140 negara dalam peringkat Global Firepower.

Lagi-lagi Liberia jadi militer paling miskin di dunia, tahun ini negara tersebut diperkirakan mengalokasikan 14,5 Juta dolar AS, dari yang sebelumnya 13 juta dolar AS.

Sebagai salah satu militer paling miskin di dunia, sebenarnya Zambia sendiri merupakan negara dengan kekayaan alam melimpah.

Bahkan, ia adalah salah satu produsen tembaga terbesar di Afrika. Namun justru kekayaan alam melimpah tersebut berubah menjadi 'bumerang' baginya, bagaimana bisa?

Baca Juga: Perbandingan Kekuatan Militer China dan Taiwan, Beijing Unggul Tapi Jika Nekat Menginvasi Taipei Ini Kesulitan yang Bakal Dihadapinya, Kata Ahli

Mengutip bbc.com (3/1/2018) Zambia tidak seperti kebanyakan tetangganya, ia telah berhasil menghindari perang dan pergolakan yang telah menandai sebagian besar sejarah pasca-kolonial Afrika.

Negara itu pun mendapatkan reputasi untuk stabilitas politik. Kemudian mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat selama dekade terakhir sebagai penghasil tembaga terbesar kedua di Afrika setelah Kongo.

Zambia berhasil mencapai status berpenghasilan menengah pada tahun 2011. Namun ketergantungannya yang berlebihan pada tembaga membuatnya rentan terhadap jatuhnya harga komoditas.

Negara yang terkurung daratan ini menjadi favorit perusahaan pertambangan karena keberadaan tembaganya yang melimpah.

Baca Juga: Kini Bikin DPR Tekan BPOM Loloskan Vaksin Nusantara, Terawan Ternyata Pernah Pakai Politisi sebagai Tameng 'Hobinya' Abaikan Kaidah Ilmiah dalam Kasus Ini

Melansir artikel theglobalandmail.com oleh Geoffrey York, Perusahaan pertambangan Kanada, termasuk Barrick Gold Corp dan First Quantum Minerals Ltd, termasuk di antara 'Majikan swasta' terbesar Zambia.

Raksasa pertambangan yang berbasis di Swiss Glencore PLC adalah pemain utama lainnya di Zambia karena negara itu.

Tembaga menyumbang 70 persen dari pendapatan ekspor Zambia. Tampak begitu menjanjikan namun rupanya tidak pada praktiknya.

Akibat ketergantungannya yang berlebihan terhadap satu komoditas, Zambia kemudian jatuh ke dalam krisis ketika terjadi penurunan harga tembaga.

Baca Juga: 120 Tahun Jadi Topik Berita dan 100 Orang Tersangka Diasosiasikan dengannya, Kemahsyuran 'Jack the Ripper'sebagai Pembunuh Misterius Abad ke-19 Menyisakan Tanda Tanya

Zambia adalah pelajaran tentang bahaya ketergantungan yang berlebihan pada satu komoditas dan segelintir perusahaan pertambangan multinasional, kata The Globa and Mail (26/10/2015).

"Ledakan tembaga telah berakhir, Glencore telah jatuh ke dalam krisis pemotongan biaya, tambang Zambia ditutup dan mata uang Zambia telah berkinerja terburuk di dunia tahun ini. Suku bunga obligasi euro telah melonjak hampir 12 persen dalam beberapa pekan terakhir."

Penurunan harga tembaga dan kekurangan listrik yang parah adalah alasan terbesar kehancuran Zambia. Nilai tukar mata uangnya terhadap dolar AS menurun tajam.

Kemudian, harga makanan pokok Zambia, tepung jagung, telah melonjak.

Baca Juga: Kontras dengan Pengakuan Sebelumnya, Edhy Prabowo Mengaku Tidak Bersalah Atas Dakwaan Suap Pengusaha Benur Senilai 25,7 Miliar Rupiah

Harga tembaga yang melemah juga sebagian besar karena melemahnya permintaan dari China, mitra dagang terbesar Zambia.

Tingkat pertumbuhan ekonomi Zambia juga menurun. Sementara, PHK dan penutupan perusahaan pertambangan hingga penundaan investasi di beberapa perusahaan pertambangan besar terjadi.

Kenaikan royalti pertambangan sebagian dibatalkan setelah berbulan-bulan kontroversi dan protes oleh perusahaan.

Zambia pun jatuh ke dalam krisis ekonomi yang memprihatinkan.

Baca Juga: Sejarah Perang Uhud, Saat Nabi Muhammad Beserta 1.000 Prajuritnya Ditinggalkan 300 Pasukan di Antaranya yang Pilih Kabur dari Medan Perang Melawan Kaum Quraisy

Menurut worldbank.org, Laju pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) melambat menjadi 3,1% per tahun antara 2015 dan 2019.

Kemudian, pandemi COVID-19 mendorong kontraksi ekonomi yang memang sudah dilemahkan oleh kekeringan yang terus-menerus, jatuhnya harga tembaga, dan kebijakan fiskal yang tidak berkelanjutan.

Kegiatan ekonomi hingga Q3 tahun 2020 menyusut sebesar 1,7%, karena penurunan industri dan jasa melebihi pertumbuhan di bidang pertanian.

Pertambangan dan jasa masing-masing menderita karena permintaan global yang lebih rendah dan langkah-langkah jarak sosial di awal tahun.

Baca Juga: Akhirnya Berani Tarik Ribuan Pasukan dari Afghanistan Setelah 20 Tahun, Ini Tanggapan Obama untuk Keputusan Biden Tersebut

(*)

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait