Intisari-online.com -Amerika Serikat (AS) mengumumkan sanksi dan pengusiran 10 diplomat Rusia pada Kamis 15 April.
Melansir Channel News Asia, pengusiran ini hasil dari apa yang dikatakan Washington sebagai aksi Rusia terlibat dengan pemilu AS.
Selain campur tangan dalam pemilu, Rusia juga mendapatkan sanksi karena serangan siber besar-besaran dan aktivitas barbar lainnya.
Sanksi Joe Biden ke Rusia datang pada saat yang sama saat ia menawarkan pertemuan dengan Vladimir Putin untuk pertemuan mereka yang pertama.
Pertemuan itu disebut pejabat AS tetap "penting" sehingga dua negara dapat mengurangi ketegangan.
Dalam perintah eksekutif, Biden memperluas larangan pada bank AS yang terlibat dalam utang pemerintah Rusia.
Kemudian 10 diplomat diusir termasuk yang diduga kuat sebagai mata-mata.
Lalu, ia memberikan sanksi 32 orang yang tertuduh terlibat dalam pemilu presiden 2020.
Perintah Biden memberikan "sinyal jika AS akan menghukum dan merugikan Rusia secara strategi dan ekonomi jika mereka terus-terusan mengguncang dunia," menurut pernyataan dari Gedung Putih.
Respon Kremlin
Kremlin mengatakan Kamis kemarin jika sanksi tidak akan "membantu" momentum pertemuan dan sekalinya Gedung Putih bertindak kepada Rusia, menteri luar negeri Rusia memperingatkan jika respon Rusia 'tidak dapat dihindari'.
Ketegangan terbaru datang dalam amarah waktu lama dari Washington atas Rusia karena menggangu pemilu 2020.
Ketegangan juga muncul karena kekhawatiran baik di AS dan sekutu Eropanya atas tentara Rusia yang terus merangsek maju ke Ukraina.
Barat terus-terus khawatir atas polah Rusia.
Kekhawatiran juga muncul atas upaya pembunuhan dan pemenjaraan musuh politik Putin, Alexei Navalny.
Pejabat senior AS yang berbicara secara anonim, mengatakan kepada reporter jika Washington siap memberikan lebih banyak sanksi jika perlu.
Juga, aksi tambahan sudah dilaksanakan tapi "akan tetap tidak terlihat".
Meski begitu, pejabat menekankan jika Washington mencari cara menurunkan ketegangan dan ingin melanjutkan pertemuan Biden-Putin.
"Kami tidak menginginkan hubungan terus memburuk," ujar pejabat.
"Dalam beberapa bulan akan penting bagi dua pemimpin untuk duduk mendiskusikan berbagai masalah yang dihadapi hubungan kami."
Setelah sinyal campuran Donald Trump, dan tuduhan bahwa Partai Republik bahkan tampaknya melindungi Putin, para anggota Senat dari Demokrat mendukung pendekatan Biden.
"Administrasi Biden yang tegas kepada Kremlin adalah pembuka baru dari 4 tahun masa Donald Trump menjadi calo bagi Putin," ujar Senator Bob Menedez.
"Sangat menenangkan dan melegakan untuk presiden menyebut Putin sebagaimana dirinya, seorang pembunuh, agresor militer di Ukraina, sumber pengaruh jahat, dan ancaman siber."
Sanksi itu dirancang melukai ekonomi Rusia dengan membuat Rusia kesulitan mengumpulkan uang dari pasar internasional.
Mulai 14 Juni, bank-bank AS akan dilarang membeli obligasi pemerintah langsung dari bank sentral Rusia, kementerian keuangan, atau daya kekayaan negara.
Pernyataan Gedung Putih menjelaskan aksi yang pertama adalah "upaya Moskow untuk merusak institusi demokrasi di AS dan sekutunya melaksanakan pemilihan demokrasi yang bebas dan adil."
Ini merujuk pada tuduhan jika agen mata-mata Rusia meningkatkan disinformasi yang terus-menerus dan kampanye trik kotor selama pemilihan presiden 2016 dan 2020, sebagian untuk membantu pencalonan Trump.
Gedung Putih mengatakan sanksi itu juga merespon "aktivitas merugikan siber terhadap AS dan sekutunya dan mitranya," merujuk pembajakan sistem komputer pemerintah AS SolarWinds tahun lalu.
Pertama kalinya, pemerintah AS menyebut jasa mata-mata asing Rusia, SVR, sebagai pemrakarsa serangan itu.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini