Tak Hanya Jadi Santapan Wajib Bersama Keluarga di Hari Raya Idul Fitri, Ini Makna Mendalam di Balik Ketupat Lebaran, 'Mengaku Bersalah'

Mentari DP

Editor

Ketupat lebaran.
Ketupat lebaran.

Intisari-Online.com - Dalam tradisi Idul Fitri, ketupat selalu menjadi santapan bersama keluarga.

Tak hanya di Indonesia, namun juga di negara lain seperti Malaysia dan Brunei.

Bahkan ketupat sudah masuk ke dalam jajajaran makanan sehari-hari.

Baca Juga: Derita Penyakit Refluks Gastroesofagus? JanganKonsumsi Makanan Ini Saat Berbuka

Seperti di Jakarta yang sehari-hari penduduknya terbiasa mendengar penjaja ketupat sayur lewat di depan rumah.

Masyarakat Jawa malah mempunyai tradisi merayakan Bakda Kupat (disebut juga Bakda Sawal) yang dirayakan 1 minggu setelah Bakda Lebaran.

Yang pasti, makan ketupat di Hari Raya akan semakin berarti bila kita mau menengok makna di balik tradisi itu.

Mengaku bersalah

Menurut budayawan Djawahir Muhammad seperti dikutip oleh harianSurya Merdeka, ketupat itu sebenarnya melambangkan bahwa seseorang yang membawa ketupat itungakuia manusia yanglepat(keliru).

Baca Juga: Hati-hati, PenderitaPenyakit Refluks Gastroesofagus Tidak BolehMakan Berlebihan Saat Buka Puasa

Kesalahan manusia yang bermacam-macam itu tercermin pada anyaman ketupat yang berselang-seling dan rumit.

Kalau ketupat kita belah, tampaklah isinya yang berwarna putih.

Nah, itulah cerminan hati yang putih bersih dan suci setelah kita memohon ampun dari segala kesalahan.

Bentuknya yang indah itu juga melambangkan kesempurnaan setelah umat Muslim menuntaskan ibadah puasanya selama sebulan.

Maka ketika kita mengantarkan hidangan ketupat danubo rampe-nya kepada sanak keluarga dan kerabat.

Secara simbolis kita menyatakan permohonan maaf sambil mengajak bersilaturahmi.

Indah, bukan?

Di Arab tak ada

Meskipun belum ditemukan literatur yang menyebutkan secara jelas siapa dan kapan yang menemukan ketupat, Sunan Kalijaga dipercaya sebagai tokoh yang pertama kalinya memperkenalkan makanan nasi terbungkus daun muda pohon kelapa itu kepada masyarakat Jawa.

Beliau juga yang konon memperkenalkan perayaan Bakda Kupat.

Baca Juga: Awas, Penderita Penyakit Refluks Gastroesofagus Tidak Boleh Tidur Setelah Sahur

Yang menarik, meski bagi kita di sini ketupat itu identik dengan Hari Raya Idul Fitri, ternyata Bondan Winarno, penulis dan pengamat kuliner.

Seperti dituturkannya dalamKompas Cyber Media, tidak menemukan ketupat di salah satu negara Arab saat ia suatu hari berlebaran di sana.

Sementara itu, mari kita saling mengantar ketupat, sambil membawa hati bersih yang siap saling memberi maaf.

Minal Aidin Walfaizin, mohon maaf lahir dan batin. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1442 Hijriah.

Baca Juga: Tips Bagi Penderita Penyakit Refluks Gastroesofagus di Bulan Puasa

Artikel Terkait