Intisari-online.com -Ketika gunung Vesuvius meledak pada 79 Masehi, kematian menyerang warga Pompeii dalam sapuan debu, gas dan batu apung.
Erupsi itu melestarikan jasad mereka, bersama dengan kota dan kebudayaannya yang terkenal, tapi pertanyaan masih mengitari hidup dan momen terakhir mereka.
Bagaimana kaum Pompeii hidup?
Dan bagaimana cara mereka meninggal?
Pengamatan baru dari gips plester yang tercipta oleh arkeolog di abad ke-19 mungkin membawa jawabannya.
Demikian pula dengan pola makan warga Pompeii, seperti dilaporkan oleh Adrienne LaFrance untuk The Atlantic.
Banyak korban terperangkap di ledakan itu terbunuh karena cedera kepala, mungkin dari puing-puing yang jatuh dari bangunan yang jatuh, menurut pindaian CAT berlapis-lapis.
Peneliti menggunakan teknik analisis imaji canggih untuk mempelajai 30 gips tubuh, yang terbuat dengan plester padat di awal 1800-an.
Baca Juga: 5 Tempat yang Hampir Dihilangkan dari Gambar Peta Dunia, Ada Pompeii
"Salah satu masalah yang dihadapi adalah kepadatan kapur yang digunakan dalam teknik gipsi," ujar pengawas Pompeii Massimo Osanna.
"Ini adalah kepadatan yang ditemukan mirip dengan tulang, sehingga kita perlu menggunakan teknologi CAT 16 lapisan."
peneliti tidak hanya dikejutkan akan hal tersebut.
Analisis mereka juga buktikan jika warga Pompeii memiliki gigi yang "hampir sempurna," seperti dilaporkan ANSA, media Italia.
Diet rendah gula, kaya buah dan sayur, dengan gas fluorin, memberikan gigi putih mereka.
Satu-satunya kerusakan gigi tampaknya adalah kebiasaan "memotong benda dengan rahang mereka," tambah ANSA.
Kualitas gigi ini terlihat mencolok di setidaknya salah satu pemindai.
"Mereka makan dengan cara lebih baik dengan kita," ujar pakar kesehatan gigi Elisa Vanacore di The Telegraph.
"Mempelajari gigi mereka dapat membuktikan lebih banyak tentang hidup mereka."
Peneliti berencana memindai 86 jasad Pompeii, sehingga penemuan akan pasti ditemukan lagi.
Mengutip Business Insider, rupanya ada pengaruh dari ledakan gunung Vesuvius.
Sebelum perkembangan teknologi pertanian dan dimulainya pola makan kaya karbohidrat, gigi manusia jauh lebih bersih.
Selanjutnya berganti dari daging buruan, buah-buahan dan tepung serta sereal lokal telah memberikan manusia lebih banyak kalori dengan kurangnya aktivitas, membuat gigi membusuk.
Orang Roma tentu saja menyukai gandum.
Namun diet mereka tidak mengandung gula, yang saat itu masih langka.
Gula yang kini dikonsumsi manusia dikembangkan di abad kelima di India, dengan mengkristalisasi jus dari tebu.
Baca Juga: Peduli Tubuhmu; 15 Makanan Terbaik untuk Kesehatan Gigi dan Mulut
Segera saja gula populer di Eropa saat kolonisasi dunia dimulai dan membuat dibangunnya perkebunan gula raksasa di Karibia.
Tidak hanya itu, gigi sempurna Pompeii juga berasal dari ledakan gunung itu sendiri.
Jauh sebelum gunung mengubur warga Pompeii di abu, gunung itu ternyata juga menyimpan gas fluor di lingkungan, sebuah elemen yang dipakai untuk membuat florida yang ditambahkan ke air minum untuk mencegah kebusukan gigi.
"Hasil aslinya tunjukkan tingkat florin yang tinggi ada di udara dan air di sini, dekat dengan gunung berapi," ujar Vanacore.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini