Intisari-Online.com -Suami Ratu Elizabeth II, Pangeran Philip dari Inggris, meninggal dunia pada Jumat (9/4/201) dalam usia 99 tahun.
Kematian Duke of Edinburgh tersebut merupakan kehilangan yang sangat besar BAGI Ratu Inggris yang berusia 94 tahun tersebut.
Pangeran Philip merupakan mantan komandan Angkatan Laut Kerajaan Inggris.
Dia mengabdikan sebagian besar hidupnya sebagai pendamping ratu untuk pekerjaan amal
Pangeran Philip telah mendampingi Ratu Elizabeth II selama hampir delapan dekade.
Pangeran Philip dan Ratu Elizabeth II telah merayakan ulang tahun pernikahan ke-73 pada November 2020.
Meski pernikahannya telah berlangsung selama 73 tahun, tak lantas kehidupan rumah tangga keduanya mulus saja tanpa masalah.
Keduanya pun pernah bersitegang seperti rumah tangga pada umumnya, contohnya karena permasalahan berikut.
Melansir Daily Mail, 93 Desember 2011), Pangeran Philip, Duke of Edinburgh, pernah membuat Ratu menangis dengan sikap 'hampir brutal' ketika sang Ratu menolak untuk mengambil nama belakang Pangeran Philip - Mountbatten, klaim biografi.
Dikatakan Ratu 'awalnya tidak memahami bahwa tindakannya akan berdampak besar pada Philip, yang kemudian menyebabkan ketegangan dalam pernikahan mereka'.
Dan bahkan menunjukkan bahwa penundaan sepuluh tahun antara kelahiran Putri Kerajaan (Putri Anne) dan Duke of York (Pangeran Andrew) mungkin karena 'kemarahan Philip atas penolakan Ratu atas nama keluarganya'.
Kekesalan yang Pangeran Philip rasakan atas keputusan istrinya untuk menerima nasihat dari Perdana Menteri Winston Churchill dan mempertahankan nama keluarga Windsor dituliskan dalam buku Sally Bedell Smith, Elizabeth the Queen.
Pangeran Philip ingin Keluarga Kerajaan dikenal sebagai House of Mountbatten ketika Ratu naik takhta pada tahun 1952.
Pangeran Philip mengatakan kepada teman-temannya: "Saya satu-satunya orang di negara ini yang tidak diizinkan untuk memberikan namanya kepada anak-anaknya. Saya hanyalah amuba berdarah (I’m nothing but a bloody amoeba)."
Dalam sebuah artikel di majalah Vanity Fair, Bedell Smith telah menulis tentang bagaimana pada tahun 1960 Ratu, yang hamil besar Duke of York, mengatakan kepada Harold Macmillan bahwa dia perlu 'meninjau kembali masalah nama keluarganya, yang telah membuat suaminya jengkel sejak dia (sang Ratu) memutuskan pada tahun 1952 untuk menggunakan Windsor daripada Mountbatten'.
Perdana Menteri saat itu menulis dalam buku hariannya: "Ratu hanya berharap (cukup baik) untuk melakukan sesuatu untuk menyenangkan suaminya - yang sangat dicintainya.
"Yang membuat saya kesal adalah sikap Pangeran yang hampir brutal terhadap Ratu atas semua ini."
Wakil Perdana Menteri Rab Butler dan Lord Chancellor, Lord Kilmuir, ditugaskan untuk menyelesaikan masalah keluarga Ratu yang 'rumit' ini.
Dalam sebuah telegram, Butler memberi tahu Macmillan bahwa Ratu 'benar-benar bertekad' untuk membuat perubahan demi Philip.
Bedell Smith berkata: "Menurut satu cerita, Butler menceritakan kepada seorang teman bahwa Elizabeth telah 'menangis'."
Setelah diskusi, disepakati bahwa Keluarga Kerajaan akan terus disebut 'the House and Family of Windsor'.
Tetapi keturunan Ratu yang 'tidak di-royalisasi', dimulai dengan cucu yang tidak memiliki sebutan 'yang mulia', akan mengadopsi nama keluarga 'Mountbatten-Windsor'.
Dalam sebuah pernyataan pada 8 Februari 1960, Ratu mengatakan dia 'telah memikirkan hal ini sejak lama dan itu dekat dengan hatinya'.
"Tampaknya sudah jelas," kata Bedell Smith.
Tapi, 13 tahun kemudian, 'Putri Anne .... akan melanggar kebijakan pada hari pernikahannya dengan menandatangani daftar pernikahan sebagai "Mountbatten-Windsor"'.