Pasalnya, di satu sisi China berbelasungkawa atas kecelakaan kereta api, di sisi lain Beijing juga mengirim jet-jet tempurnya ke Taiwan.
"Saya akan mengatakan bahwa kebijakan itu merugikan diri sendiri," kata Wu kepada wartawan.
"Ini tidak akan memenuhi tujuan pemerintah China apakah mereka ingin memenangi hati dan pikiran rakyat Taiwan atau mereka akan mengintimidasi rakyat Taiwan,” imbuh Wu.
Taiwan yang demokratis dan berpemerintahan sendiri hidup di bawah ancaman invasi China yang terus-menerus.
Konflik China-Taiwan semakin meruncing ketika Tsai Ing-wen memenangi pemilu pada 2016 dan menjadi Presiden Taiwan.
Tsai Ing-wen dengan tegas mengatakan bahwa Taiwan adalah negara yang demokratis dan bukan merupakan bagian dari China.
Tahun lalu, China mencatatkan rekor karena melakukan 380 pelanggaran ke Zona Identifikasi Pertahanan Udara (ADIZ) Taiwan.
Beberapa analis dan pejabat militer Amerika Serikat (AS) telah memperingatkan bahwa ketegangan antara Taiwan dan China mencapai titik tertinggi sejak pertengahan 1990-an.
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR