Intisari-Online.com - Ketegangan telah meningkat di antara Taiwan dan Chinadalam beberapa bulan terakhir.
Ini karena militer China telah membiarkan pesawat-pesawat militernya nyelonong melewati wilayah negara Taiwan.
Karena pelanggaran hampir terjadi setiap hari di zona identifikasi pertahanan udara negara (ADIZ), pejabat tinggi pertahanan Taiwan telah mendesak untuk segera memperkuat pertahanan.
Walau begitu,DW News melaporkanbahwa sepertinya Taiwan tidak siap untuk konflik dengan China.
"Kami menghadapi ancaman militer yang sangat besar," kataMenteri Pertahanan TaiwanMicheal Tsai seperti dilansir dariexpress.co.uk pada Rabu (7/4/2021).
"Taiwan harus memperkuat kemampuan pertahanan dirinya."
Chinasendiriselalu mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya sendiri dan telah memperjelas pentingnya wilayah tersebut dalam rencana China di masa depan.
Menteri Luar Negeri Beijing Wang Yi sebelumnya mengatakan tidak ada ruang untuk kompromi konsesi tentang masalah ini.
Mereka juga memperingatkan Amerika Serikat (AS) karena berani membuat langkah diplomatik dengan negara Taiwan.
Saat ini, Taiwan memiliki pasukan sekitar 170.000 tentara. Angka itu sebanding dengan militer Jerman.
Meskipun begitu, ada kekhawatiran bahwa jumlah tentara itu tidak akan cukup untuk melawan tentara China yang jumlahnya 16 kali lipat dari Taiwan.
Sama juga dalam halperalatan, di mana militer China terus maju dalam pembangunan kapal induk ketiga.
Sementara Taiwan sedang berjuang dengan dua kapal selam operasionalnya sejak 1980-an.
Karena kalah dari sektor jumlah tentara dan senjata, maka Taiwan membutuhkan setiap warganya untuk melakukan wajib militer.
"Untuk keamanan nasional, maka ini wajib dilakukan," tambahTsai.
Pada tahun 2016, wajib militer untuk pria muda Taiwan dipersingkat menjadi hanya empat bulan. Tapi menurut Tsai itu tidak cukup.
Tsai mengatakan Taiwan harus belajar dari contoh Korea Selatan, Singapura, dan Israel, di mana wajib militer selama lebih dari satu tahun.
Menurut laporan baru-baru ini oleh Deutshe Welle, Taiwan dianggap kurang siap untuk melawan serangan China.
Meskipun Taiwan mendapat bantuan dari AS yaitupengiriman senjata reguler bernilai miliaran dolar dari AS, banyak pasukan cadangan Taiwan yang berjumlah lebih dari 700.000, kekurangan pelatihan dasar.
Menurut laporan, pasukan cadangan dipanggil setiap dua tahun selama maksimal tujuh hari.
Tetapi saat ini ada rencana untuk memperkenalkan reformasi pada layanan tersebut dengan memperkenalkan pelatihan dua minggu per tahun mulai tahun 2022.
Menham Tsai menambahkan, perlu ada dorongan politik untuk melakukan reformasi di militer, khususnya pemulihan audit dan kontrol sipil.
Wah, apakah Taiwan bisa melawan China?