Intisari-Online.com – Melansir dari kompas.com, pemerintah menyampaikan akan diadakan pengambilalihan pengelolaan TMII dilakukan karena sejumlah alasan.
Sekretaris Kemensetneg, Setya Utama mengatakan, langkah ini dilakukan demi pengelolaan TMII yang lebih baik.
Sebelum diputuskan pengambilalihan, telah dilakukan audit keuangan dari tim legal Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM), Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), hingga Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Dengan adanya temuan tersebut, pemerintah pun memutuskan mengambil alih pengelolaan TMII dengan menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2021.
Kendati demikian, pengelolaan yang dilakukan Kemensetneg hanya bersifat sementara.
Gagasan pembangunan suatu miniatur yang memuat kelengkapan Indonesia dengan segala ininya ini dicetuskan oleh Ibu Tien Soeharto.
Maka dimulailah suatu proyek yang disebut Proyek Miniatur "Indonesia Indah", yang dilaksanakan oleh Yayasan Harapan Kita.
Penggagas TMII, Ibu Tien Soeharto, berpulang pada 28 April 1996.
Kematian Ibu Tien meninggalkan banyak spekulasi, salah satunya adalah yang menyebut bahwa Bu Tien meninggal karena peluru nyasar.
Rumornya, peluru nyasar itu tembakan dari salah satu dua anak laki-lakinya yang berseteru.
Berseteru mengenai proyek mobil nasional.
Rumor tersebut berkembang sangat pesat dan besar, apalagi setelah ibu Tien Soeharto dikebumikan.
Hingga bertahun-tahun lamanya rumor tersebut dipercaya dan berkembang.
Sampai-sampai hingga saat ini cerita rumor ini terus mengalir.
Bahkan ada yang mengatakan tidak pernah berbicara antara kedua anak laki-lakinya ibu Tien Soeharto dikarenakan kejadian tersebut.
Padahal antara rumor yang berkembang dan kenyataan yang sebenarnya terjadi tidak sama.
Ibu Tien Soerharto yang memiliki nama lengkap Raden Ayu Siti Hartinah dan merupakan anak kedua pasangan KPH Soemoharjomo dan Raden Ayu Hatmanti Hatmohoedojo, menurut Jenderal Polisi Purnawirawan Sutanto meninggal dunia karena sakit jantung yang sudah lama dideritanya.
Jenderal Polisi Purnawirawan Sutanto yang pernah menjadi ajudan Soeharto dari tahun 1995 hingga 1998, dirinya menjadi saksi detik-detik wafatnya Tien Soeharto.
Menurut pengakuannya, seperti dilansir jatim.tribunnews.com, saat itu, dia baru saja menemani Soeharto memancing di Anyer, Banten, pada Jumat, 26 April 1996.
Ketika Soeharto sedang memancing yang ditemani dirinya, ibu Tien Soeharto sedang berada di sentra pembibitan buah Mekarsari.
Menurut Jenderal Polisi Purnawirawan Sutanto, saat itu Tien terlalu asyik, dan bergembira melihat sejumlah tanaman yang sedang berbuah di tempat itu.
Sehingga, dia pun kurang memperhatikan kesehatannya. Padahal saat itu dirinya sudah memiliki gangguan jantung.
Karenanya dokter tidak membolehkan ibu Tien Soeharto berjalan terlalu jauh dan lama.
Tapi hal itu selama di Taman Buah Mekarsari dilanggar ibu Tien Soeharto.
Saat Soeharto kembali ke rumah, dan bertemu sang istri pada sore harinya, menurut Jenderal Polisi Purnawirawan Sutanto, suasana berlangsung seperti biasanya.
Meski demikian, kala itu Tien tetap harus terus beristirahat karena kelelahan.
Namun, sesuatu tiba-tiba terjadi pada Minggu (28/4/1996) dini hari.
Tepatnya, sekitar pukul 04.00 WIB.
"Baru pada Minggu dini hari sebelum subuh, sekitar pukul 04.00, Ibu Tien mendapat serangan jantung mendadak," kata Jenderal Polisi Purnawirawan Sutanto, seperti dikutip dalam buku "Pak Harto, The Untold Stories".
Saat itu, sang Ibu Negara Tien Soeharto terlihat sulit bernapas.
"Saya melihat dokter Kepresidenan, Hari Sabardi, memberi bantuan awal pernapasan dengan tabung oksigen. Saya sendiri turut membawa Ibu Negara dari rumah ke mobil dan selanjutnya ke RSPAD. Saat itu, selain Pak Harto, Mas Tommy dan Mas Sigit ikut mendampingi," sambung Sutanto.
Sejumlah upaya medis untuk menyelamatkan Tien pun dilakukan oleh tim dokter, meski pada akhirnya Tien wafat.
"Sekitar pukul 05.10, Ibu Tien menghembuskan napas terakhir dan meninggalkan berbagai kenangan kepada seluruh rakyat Indonesia," kata Sutanto.
Dari fakta mengenai ibu Tien Soeharto yang disampaikan oleh Jenderal Polisi Purnawirawan Sutanto, kita semua mendapat pelajaran berharga.
Seperti dilansir dari medlineplus.gov, bagi penderita penyakit jantung, berolahraga, seperti yang dilakukan oleh ibu Tien Soeharto di Taman Buah Mekarsari memang baik.
Baca Juga: Dikenal Tenang dan Penuh Wibawa, Ternyata Hanya Bu Tien yang Bisa Buat Soeharto Minder
Tapi satu hal yang harus diingat, sebelum merasakan lelas penderita penyakit jantung harus sudah istirahat.
Pun dalam kegiatannya jangan lupa selalu membawa pil nitrogliserin, yang langsung diminum manakal aterasa ada gangguan jantung.
Selain itu, penderita penyakuit jantung pun wajib mengenali sinyal tubuh, seperti; pusing, sakit dada, detak jantung atau nadi tidak teratur, sesak napas, mual.
Saat itu terasa segera istirahat dan minum pil nitrogliserin, lalu minta pertolongan medis secepatnya. (Gazali Solahuddin)
Baca Juga: Sisi Lain Soeharto yang Jarang Diceritakan, Salah Satunya Permintaan Bu Tien Sebelum Meninggal
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari