Operasi-operasi pun diluncurkan untuk mengepung Fretilin, salah satunya pengepungan gunung Builo.
Namun Kiki ragu atas operasi tersebut, karena tidak ada informasi akurat jika ada pergerakan Fretilin di sana.
Saat ia menanyakan sumber informasi, dijelaskan jika operasi itu hasil dari penyadapan radio berbahasa Portugis, dan penerjemah warga Timor Leste menjelaskan kelompok Fretilin mempunyai basis kekuatan di gunung itu.
Saat Kiki masih mendesak informasi yang lebih akurat, ia disemprot oleh Komandan Sektor Kolonel Rudy Mokoginta, tapi ternyata upaya TNI sia-sia karena di gunung tersebut tidak ada himpunan kekuatan Fretilin.
Akhirnya setelah 14 bulan beroperasi di Timor Leste, Desember 1998 Kiki beserta pasukan Batalyon 514 bersiap ditarik kembali ke Bondowoso, dan mereka digantikan oleh Batalyon 328 yang dipimpin Mayor Prabowo Subianto.
Kiki kemudian masih kembali ke Timor Leste menjabat sebagai Wakil Komandan Korem (Wadanrem) 164/Wira Dharma, bermarkas di Dili, Timor Leste, sementara Komandan Korem atau Danremnya adalah Kolonel Johny Lumintang.
"Harus diakui, banyak perubahan positif yang terjadi di era kepemimpinan Kolonel Johny Lumintang, antara lain dan yang paling signifikan perubahan orientasi dan paradigma TNI terhadap hak asasi manusia (HAM)," tulis Kiki di Bab 4 'Menjadi Wadanrem dan Danrem' halaman 157.
Ia menjelaskan pasca peristiwa Santa Cruz 1991, TNI dianggap institusi yang paling sering bersentuhan dengan berbagai pelanggaran HAM di Timor Leste.
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR