Advertorial

Bak Ledakan Dahsyat, Inilah Teror 'Dong' yang Dipicu Laju Supercepat Shinkansen, Siapa Sangka Burung Inilah yang Kemudian Menjadi 'Penangkalnya'

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Intisari-Online.com - Fakta membuktikan bahwa alam memiliki keunggulan karena mampu memberikan hal-hal yang positif bagi kemajuan teknologi.

Setidaknya Eiji Nakatsu, pencipta seri Shinkansen 500 (terutama seri 521), membuktikan hal ini.

Eiji Nakatsu menciptakan Shinkansen, dengan kepala depan diperpanjang, yang meningkatkan kecepatan kereta peluru sebesar 10%, meningkatkan kekuatan ekonomi sebesar 15%, dan mengurangi tekanan angin sebesar 30%.

"Burung ternyata memiliki banyak kelebihan untuk sebuah kecepatan dan peredaman suara," ungkap Eiji Nakatsu kepada pers belum lama ini.

Baca Juga: Bakar Emosi Umat Islam Seantero Dunia, Terbongkar Alasan Maroko 'Jual' Palestina, 'Hanya' Demi Wilayah Gersang yang Paling Jarang Dihuni Manusia Ini

Nakatsu juga menambahkan, terutama burung hantu menjadi pencerah dan menimbulkan ide dan teknologi baru yang diciptakan untuk Shinkansen series 500.

"Bulu ombak gergaji pada burung hantu disebut "bulu serunting," dan menghasilkan pusaran kecil dalam aliran udara yang memecah pusaran besar yang menghasilkan kebisingan.

Butuh waktu 4 tahun usaha keras oleh para insinyur muda kami untuk menerapkan prinsip ini secara praktis," ungkap Nakatsu.

"Akhirnya, "gerigi" ditorehkan di bagian utama pantograf, dan ini berhasil mengurangi kebisingan yang cukup untuk memenuhi standar ketat dunia.

Baca Juga: Coreng Wajah Militer AS Sejadi-jadinya, Inilah Tragedi My Lai, Kala Pasukan AS yang Gagal Temukan Viet Cong Malah Habisi Wanita dan Anak-anak

Teknologi ini disebut "generator vortex" itu telah diterapkan untuk pesawat dan sekarang sedang diterapkan pada topi dan sepatu bot dari skaters profesional," jelasnya.

Selain ide dari sayap burung hantu yang bergerigi tersebut, satu lagi hambatan Shinkansen di masa lalu adalah pukulan angin depan yang diterobos kereta api peluru tersebut.

Terlebih di bagian terowongan, apabila Shinkansen dengan kecepatan 350 km per jam (series 500) melalui terowongan maka akan menimbulkan bunyi "dong" yang besar seperti sebuah ledakan.

Mengantisipasi bunyi yang keras tersebut, tentu saja dengan merendahkan kecepatan Shinkansen saat memasuki terowongan.

Baca Juga: Apa Benar Warna Ungu Berarti Setia? Beginilah Arti Warna Ini

Namun penemuan baru Nakatsu dengan melihat tingkah laku burung Kawasemi atau Raja-udang Erasia atau Alcedo atthis.

Nakatsu yang juga pencinta burung dan sangat suka memperhatikan burung, menemukan satu kelebihan pada burung Kawasemi yaitu saat menyungsep memasuki air untuk mengambil ikan.

Ternyata air yang dimasuki tidak begitu banyak berubah, tidak menimbulkan cipratan besar ke luar.

Burung Kawasemi memiliki pelatuk sangat panjang dan lancip sehingga bagian awal memasuki air seolah air tak bergerak dan menyemburkan cipratan besar.

Baca Juga: ‘Kami Benar-benar Muak! Kami Lapar, Kami Bisa Mati!’ Teriakan Para Pengunjuk Rasa Akibat Melemahnya Mata Uang Lebanon yang Keterlaluan Hingga Alami Krisis Akut

Dari sanalah Nakatsu menciptakan terutama Shinkansen 521 yang memiliki hidung lancip untuk mengantisipasi bunyi "dong" atau tekanan angin yang besar dihadapi Shinkansen.

Terbukti tekanan angin tersebut berkurang 30 persen, bunyi "dong" hilang dan kecepatan kereta api malah tambah cepat 10 persen dengan energi listrik semakin irit 15 persen.

Seperti yang dikatakan Nakatsu, kehebatan teknologi ini akhirnya diterapkan di bidang lain, baik di pesawat terbang, digunakan oleh atlet, atau bidang lainnya.

(*)

Artikel Terkait