Advertorial
Intisari-Online.com – Ketika terjadi Perang Revolusi Amerika, ‘kapal neraka’ digunakan oleh Inggris untuk menahan para tawanan perang Amerika.
Kapal-kapal itu memiliki kondisi kehidupan yang mengerikan, dan akibatnya, 10.000 orang tewas.
Ini melebihi jumlah kematian militer yang tewas dalam pertempuran selama perang itu.
Istilah ini kemudian mulai digunakan lagi selama Perang Dunia II.
Istilah ‘kapal neraka’ itu digunakan untuk mengangkut tawanan perang.
Para tawanan perang itu seperti di neraka karena perlakukan Jepang terhadap tawanan mereka, tapi ada alasan lain mengapa mereka begitu menakutkan.
Sering kali, mereka ditenggelamkan oleh kapal Sekutu.
Bahkan negara mereka sendiri secara tidak sengaja membunuh ribuan tahanan.
Biasanya, tawanan di kapal tersebut adalah Sekutu atau berasal dari negara-negara Asia.
Dalam banyak kasus, mereka diangkut untuk digunakan sebagai tenaga kerja paksa.
Jepang mulai menggunakan kapal tahanan perang pada musim panas 1942.
Para tahanan itu dimasukkan ke dalam area kargo dengan sedikit udara.
Makanan dan air langka. Terdapat kotoran dan penyakit.
Perjalanan bisa berlangsung selama berhari-hari atau berminggu-minggu.
Penyebab kematian paling umum selama perjalanan adalah kelaparan dan asfiksia.
Mereka yang selamat sering kehilangan akal karena kepanasan dan kekurangan gizi.
Namun, 20.000 tahanan tewas karena Sekutu mengincar kapal-kapal tersebut.
Pilot dan kapten tidak tahu bahwa mereka membunuh rekan senegaranya, sedangkan komandan Sekutu mengetahui keberadaan para tahanan di kapal itu.
Terlepas dari pengetahuan mereka, kapal neraka itu diserang oleh pesawat dan kapal selam Sekutu, karena dianggap lebih penting untuk menenggelamkan kapal daripada menyelamatkan para tahanan.
Salah satu kapal neraka pertama yang ditenggelamkan adalah Lisbon Maru, yang menampung sekitar 2.000 tahanan Inggris.
Kapal tersebut berlayar dari Hong Kong ke Jepang.
USS Grouper melepaskan torpedo kapal pada bulan Oktober 1942.
Saat para tahanan mencoba melarikan diri dari palka, mereka ditembak oleh penjaga mereka.
Sekitar 800 tahanan tewas saat kapal itu tenggelam.
Tak lama sebelumnya, USS Sealion juga melepaskan torpedeo pada Rakuyo Maru.
Sayangnya, pada saat itu, Sekutu tidak tahu bahwa ada tahanan di atas kapal itu, mengakibatkan kematian warga Australia dan Inggris.
Mereka kemudian dipindahkan dari Singapura ke Taiwan.
Kurang dari 1.000 orang tewas, termasuk 300 orang yang berada di sekoci.
Mereka melarikan diri dan mulai mendayung ke darat, tetapi sebuah kapal Jepang menyusul dan membunuh mereka semua.
Tiga hari setelah serangan awal, 3 kapal selam Sekutu kembali ke tempat kejadian dan menyelamatkan 63 tahanan yang berpegangan pada rakit apung.
Empat orang tewas setelah aksi penyelamatan itu.
Pada hari yang sama, lebih dari 400 tahanan tewas ketika USS Pampanito menenggelamkan Kachidoki Maru.
Salah satu contoh ketika kapal diserang dan tidak ada yang selamat adalah Suez Maru, sebuah kapal barang besar, ditorpedo oleh USS Bonefish.
Di dalamnya terdapat tahanan perang 500 orang, kebanyakan orang Inggris.
Mereka dalam keadaan sakit karena datang dari kamp kerja paksa.
Beberapa berhasil melarikan diri dari palka selama penyerangan, tetapi mereka pun ditembaki oleh penjaga Jepang.
Sementara itu, 195 tahanan India tewas ketika Buyo Maru ditorpedo oleh USS Wahoo pada Januari 1943.
Orang-orang yang selamat di dalam air, karena dikira tentara Jepang, ditembak dengan senapan mesin oleh Sekutu.
Menurut Konvensi Den Haag tahun 1907, membunuh orang yang selamat dari bangkai kapal itu dilarang, apa pun situasinya.
Sayangnya, hal itu biasa terjadi dalam peperangan kapal selam.
Satu kapal neraka telah diabadikan. Oryoku Maru menahan orang-orang yang selamat dari Bataan Death March dan mengangkut lebih dari 1.500 dari mereka dari Manila ke Teluk Subic.
Itu membawa sebagian besar orang Amerika, beberapa tentara Ceko, serta beberapa warga sipil Jepang.
Pada bulan Desember 1944, pesawat Angkatan Laut AS menyerangnya, menyebabkannya tenggelam.
Penyebab kematian bervariasi, beberapa meninggal saat tenggelam, yang lain meninggal karena dehidrasi dan mati lemas, dan lainnya ditembak atau tenggelam.
Monumen Kapal Neraka berada di Teluk Subic. Laporan kondisi di kapal membuktikan betapa mengerikannya kapal itu.
Para narapidana duduk dalam kegelapan pekat selama berhari-hari.
Mereka menggunakan pisau untuk membunuh sesama tahanan, berharap meminum darah mereka untuk memuaskan dahaga mereka.
Yang lain mengisi kantin mereka dengan air kencing dan menggunakannya sebagai gada.
Beberapa orang Jepang terkejut dengan kondisi yang ditemukan di kapal neraka.
Brazil Maru mengangkut sekelompok kecil tahanan Sekutu ke Moji pada tahun 1945.
Setelah tiba, petugas medis Jepang terkejut dengan kondisi yang mengerikan dan mencoba menyelamatkan mereka.
Lebih dari 100 dirawat di rumah sakit primitif, tetapi hampir semuanya meninggal.
Korban selamat lainnya dikirim ke kamp tawanan perang di mana mungkin mereka dibebaskan pada akhir perang.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari