China Tak Bisa Berkutik, Seluruh Sekutu AS Gempur Mereka di Laut China Selatan, Sementara di Laut China Timur Jepang Siap Hancurkan dengan Jet Tempur F-35 Baru

Maymunah Nasution

Editor

Indo-Pasifik makin panas, China mendapat tekanan dari AS dan sekutu-sekutunya meliputi NATO dan Jepang
Indo-Pasifik makin panas, China mendapat tekanan dari AS dan sekutu-sekutunya meliputi NATO dan Jepang

Intisari-online.com -Ketegangan di Laut China Selatan semakin memanas.

Sebelumnya pada Januari lalu, China tiba-tiba memperbolehkan pasukan coastguardnya untuk menembaki kapal asing yang memasuki wilayah mereka.

Tidak kalah, Amerika Serikat kian kuat memproklamasikan kebebasan navigasi mereka dengan mengirimkan bala bantuan pasukan sekutu mereka, NATO.

Hal ini dimulai dengan pasukan Angkatan Laut Inggris dengan kapal perang HMS Queen Elizabeth mulai sambangi Laut China Selatan itu.

Baca Juga: Terkuak Inilah Sebabnya Militer Jerman Tiba-tiba Sambangi Laut China Selatan Meskipun Sudah Sepakat Tidak 'Agresif' Sejak Perang Dunia II, Pepetan Joe Biden Terbukti Berhasil

Kemudian pasukan lain dari Perancis mulai dikirimkan bersama kapal selam berpelontar nuklir dan satu kapal perang.

Terbaru, kapal fregat Jerman rencananya akan sambangi perairan panas itu pada Agustus mendatang.

Ini juga dilengkapi dengan kunjungan lain dari pasukan Inggris.

Mengutip abs-cbn.com, Angkatan Laut AS sendiri mengirim kapal induk USS Theodore Roosevelt dan USS Nimitz Selasa lalu ditemani kapal perang lain termasuk kapal penjelajah berpeluru kendali USS Bunker Hill dan USS Princeton.

Baca Juga: Selalu Siap 'Bantai' China, Pakar Justru Ungkap AS Bakal Kalah Lawan Tiongkok pada Perang Pertama di Laut China Selatan Karena Alasan Ini

Tidak hanya itu, kapal penghancur USS Russell dan USS John Finn juga dikirimkan ke tempat tersebut.

Dikatakan operasi kapal-kapal itu di wilayah itu tunjukkan kemampuan angkatan laut untuk beroperasi di wilayah yang penuh tantangan.

Sementara itu menteri pertahanan Perancis Florence Parly mengatakan patroli Perancis adalah pencapaian bukti jika angkatan laut dapat menyusun strategi dengan rekannya untuk jangka waktu lama dan jauh dari rumah.

Direktur lembaga penelitian di Beijing South China Sea Strategic Situation Probing Initiative, Hu Bo, mengatakan aktivitas AS dan Perancis di perairan itu merupakan upaya menambah tekanan pada China.

Baca Juga: Bikin China Geram, Jeram Kirimkan Kapal Perang Pertama Sejak 2002, ke Laut China Selatan Seiring Meningkatnya Ketegangan di Wilayah Sengketa Tersebut

"Setelah Presiden Joe Biden menjabat, sekutu AS lebih percaya diri jika AS akan memikul kewajiban internasionalnya dalam mengontrol dengan China," ujarnya.

Administrasi Biden mengatakan China akan menjadi pusat dari kebijakan luar negerinya, dan bahwa Washington akan bekerja dengan mitranya dalam strategi persaingan dengan Beijing.

Lebih terlibatnya NATO dalam masalah ini sebenarnya bukanlah hal baru.

September 2020, Inggris, Perancis, dan Jerman, semua anggota NATO, mengisukan pernyataan gabungan kepada PBB membantu tuntutan internasional 2016 melawan hampir semua klaim Beijing di Laut China Selatan.

Baca Juga: Ketakutan Mendengar Jerman Perintahkan Kapal Perangnya Usik China di Laut China Selatan, Pemerintah China Langsung Berkilah Katakan Hal Ini

Mereka menyebut klaim Beijing atas 'hak bersejarah' di perairan itu tidak sesuai dengan hukum internasional.

"Ini juga merupakan pembesaran dari NATO, dan mereka pasti akan meningkatkan tekanan militer ke China," ujar komentator militer Song Zhongping, mantan instruktur PLA.

"Namun beberapa sekutu AS harus datang ke wilayah ini karena nilai bersama seperti kebebasan navigasi dan kebebasan perairan internasional, hal-hal yang lebih besar daripada kepentingan internasionalnya, sehingga mereka tidak akan sepenuhnya berkonfrontasi dengan China."

Tekanan dari Jepang

Baca Juga: Jerman Bakal Bergabung Kepung Laut China Selatan, China Makin Naik Pitam, Beri Peringatan Keras untuk Tidak Melakukannya

Tidak hanya NATO, sekutu utama AS di Pasifik, Jepang, juga sudah mulai siapkan perlawanan untuk melawan China.

Jepang telah melarang penggunaan jet tempur melawan pesawat militer China, sehingga hanya pesawat yang benar-benar mengancam saja yang akan dibabat oleh Jepang.

Perubahan ini rupanya bukan karena tanpa alasan.

Menteri Pertahanan Jepang sedang mengubah strategi mobilisasi pesawat menjadi pengawasan proaktif, membebaskan sumber daya untuk berkonsentrasi pada pelatihan tingkat tinggi menggunakan pesawat tempur siluman F-35 terbaru, seperti disebutkan sumber tersebut.

Baca Juga: Bangkai Kapal USS Emmons Ini Sengaja Ditenggelamkan agar Tidak Ditangkap Jepang, Masih Terdapat Persenjataan yang Belum Meledak di Dalamnya

Angkatan Udara Bela Diri Jepang saat ini sedang meningkatkan armadanya menjadi pesawat tempur siluman F-35, tapi mereka tidak digunakan untuk berebut.

Alih-alih berebut yang cenderung hanya pamer kemampuan, Jepang berniat meningkatkan efisiensi operasional dan mengurangi beban pilot.

Dengan ini juga bisa diraih pelatihan eksklusif anggota Angkatan Udara Bela Diri Jepang dengan jet tempur F-35.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait