Menurut The Diplomat, Timor Leste memang berencana untuk mengembangkan tambang minyak impiannya melalui mega proyek Tasi Mane.
Proyek senilai 18 miliar dollar AS ini, akan menjadi pendorong ekonomi lokal, dan menciptakan lapangan kerja yang tak terhitung jumlahnya.
Namun, proyek ini justru dianggap oleh sekelompok politisi bahwa nilainya tidak masuk akal, secara finansial dan logistik.
Ini sangat mahal untuk negara yang kekuarangan uang dengan PDB-nya hanya 1,6 miliar per tahun.
Proyek ini bisa membawa risiko besar, pasalnya Timor Leste juga tidak memiliki keterampilan dan pengalaman yang diperlukan untuk membangun pipa gas dan pabrik utama.
Selain itu penolakan ini bertujuan untuk menghemat dana Timor Leste, yang sangat terbatas ketimbang meninggalkan utang dalam jumlah besar untuk generasi mendatang.
Sekitar 90 persen pendapatan pemerintah berasal dari pendapatan minyak dan gas, sebagian besar dari tabungan yang di masa lalu dipompa ke dalam dana kekayaan negara yang kini semakin menipis.
Penurunan harga minyak dan gas sejak awal pandemi juga tidak membantu.
Selain itu, ini berarti Dili tidak harus bekerja sama dengan pemberi pinjaman internasional untuk mengumpulkan dana untuk proyek tersebut, atau dibebani oleh kondisi negara lain.
Source | : | Kompas.com,the diplomat |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR