Di rentang waktu kira-kira 30 tahun ini, ada sekitar 5.000 orang yang mencoba kabur, dengan estimasi ada 100 sampai 200 orang yang meninggal karena ditembak.
Pada tahun 1989, ada perubahan politik radikal di kawasan Blok Timur, yang berhubungan dengan liberalisasi sistem otoritas di Blok Timur dan juga mulai berkurangnya pengaruh Uni Soviet di negara-negara seperti Polandia dan Hungaria.
Setelah kerusuhan sipil selama beberapa minggu, pemerintah Jerman Timur mengumumkan tanggal 9 November 1989 bahwa rakyat Jerman Timur boleh pergi ke Jerman Barat dan Berlin Barat.
Nantinya, sebagian besar tembok ini dihancurkan oleh pemerintah menggunakan alat berat. Kejatuhan dari Tembok Berlin membuka jalan terbentuknya Reunifikasi Jerman, 3 Oktober 1990.
Setidaknya 140 meninggal saat mencoba melarikan diri ke seberang tembok, banyak yang melarikan diri dan hidup untuk menceritakan kisah pembangkangan, cinta, dan keberanian mereka.
Salah satu cerita tersebut adalah dari, Ingo, Holger dan Egbert, Bethke Bersaudara.
'Bahkan jika mereka terus membangun tembok dan membuatnya lebih tinggi, akan selalu ada orang yang ingin menyeberang,’ kenang Holger Bethke.
Ingo Bethke baru berusia tujuh tahun ketika tembok itu didirikan, meninggalkan keluarganya di sisi timur ibu kota.
Setiap pemuda harus bertugas di Tentara Rakyat, dan dia segera mendapati dirinya sebagai seorang prajurit yang menjaga perbatasan itu sendiri.
Baca Juga: Kisah Runtuhnya Tembok Berlin dan Bersatu Kembalinya Rakyat Jerman, Inspirasi untuk Korsel dan Korut
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR