Anastas Mikoyan, Cegah Kiamat di Bumi Amerika Serikat, Atasi Kelaparan di Uni Soviet, Punya Julukan Mirip Soeharto

Mentari DP

Editor

Intisari-Online.com - Anastas Ivanovich Mikoyan lahir pada tanggal 25 November 1895 di Armenia.

Dari latar belakang sederhana dan aktivitas revolusioner awal di Armenia, ia bergabung dengan Bolshevik dan akhirnya menjadi salah satu negarawan paling signifikan di Uni Soviet.

Pada peringatan 125 tahun kelahirannya, sejarawan masih memperdebatkan perannya dalam kebijakan dalam dan luar negeri Soviet.

Cerita rakyat Soviet mengatakan tentang Mikoyan berhasil bertahan dari pergantian kepemimpinan di Uni Soviet selama lima dekade.

Baca Juga: Kisah Haji Johannes Cornelis Prince, Desertir Belanda Peraih Bintang Gerilya yang Pernah Dipenjara oleh Nazi, Soekarno, dan Juga Soeharto

Dan meninggal karena penyebab alami dalam masa pensiun yang damai, serta dikelilingi oleh keluarganya yang luas.

Dalam sebuah artikel berjudul "Anastas Mikoyan: Soviet First Responder and Smiling Diplomat" yang diterbitkan di nsarchive.gwu.edu, akan berfokus pada peran Mikoyan.

Antara lain dalam kebijakan luar negeri Soviet, serta sebagai diplomat kunci, yang mewakili Uni Soviet di saat-saat paling kritis dalam hubungannya dengan berbagai teman dan lawan.

Saat ini, Arsip Keamanan Nasional menerbitkan dokumen dari arsip Rusia dan arsip pribadi Mikoyan, yang belum pernah diterbitkan sebelumnya dalam bahasa apa pun.

Mereka mendokumentasikan pekerjaan diplomatik Mikoyan.

Baca Juga: Jejak Sang Filantrop, 'Tidak Ada Orang Sedermawan Pak Ang Kang Hoo'

Meskipun Mikoyan tidak pernah memegang jabatan diplomatik resmi, dia dikirim oleh kepemimpinan Soviet untuk merundingkan masalah paling sensitif dan memadamkan api di berbagai tempat di dunia.

Termasuk di Amerika Serikat, China, India, Pakistan, Jerman Barat dan Timur, Hongaria, dan yang paling penting — Kuba.

Dan dia mendapat julukan 'Diplomat Tersenyum' karena dia benar-benar selalu tersenyum di wajahnya.

Pada tahun 1936, Mikoyan pergi ke Amerika Serikat sebagai Komisar Rakyat Industri Makanan untuk mempelajari tentang produksi dan konsumsi makanan di AS.

Perjalan ini punya tujuan untuk mengetahui praktik terbaikASdan apa yang dapat diadopsi untuk Uni Soviet.

Sebagai hasil dari perjalanannya, Uni Soviet membeli peralatan industri AS dan memulai produksi industri sosis, es krim, hamburger, dan bahkan popcorn sendiri.

Mikoyan benar-benar seorang Uni Soviet. Walau begitu, dia tidak takut untuk memuji praktik AS dan menyampaikan kritik tajam terhadap ekonomi Soviet dan industri makanan.

Perjalanan Mikoyan sebagai seorang diplomat terkemuka benar-benar meningkat dengan kampanye de-Stalinisasi (setelah Stalin mangkat) pada tahun 1956.

Pada tahun yang sama, Nikita Khrushchev mengandalkan Mikoyan untuk melakukan "serangan perdamaian" ke dunia.

Mikoyan melakukan perjalanan secara ekstensif untuk menyampaikan pesan hidup berdampingan secara damai, untuk dengan jujur ​​mengatasi kesalahan kebijakan luar negeri Stalin, dan untuk memperbaiki hubungan dengan Barat.

Baca Juga: 3 Cara Menghilangkan Kutil yang Efektif dan Aman, Jangan Sampai Salah!

Meskipun, secara teknis, Mikoyan adalah Wakil Perdana Menteri pada saat itu, dia mungkin sama berpengaruh seperti Khrushchev sendiri dalam kebijakan luar negeri Soviet.

Dia dipercaya dengan masalah paling sensitif sertamencoba menengahi pertumbuhan ketegangan diHongaria pada musim gugur 1956 dan membangun hubungan perdagangan dan keamanan dengan negara-negara Timur Tengah.

Pada tahun 1959, Mikoyan dikirim dalam misi penting ke Amerika Serikat — untuk meningkatkan hubungan AS-Soviet.

Di AS, dia bertemu dengan seluruh pejabat tinggi AS termasuk Presiden Dwight Eisenhower, Wakil Presiden Richard Nixon, dan Menteri Luar Negeri John Foster Dulles.

Pada tahun 1962, Khrushchev mengirim Mikoyan dalam misi terpentingnya, untuk merundingkan resolusi konklusif dari Krisis Rudal Kuba.

Ini karenaFidel Castro sakit hati ditinggalkan oleh AS dan Kremlin.

Pada November 1962, Mikoyan pada dasarnya menjadi "orang yang menyelamatkan dunia".

Saat itu, dia berhasil membujuk Castro untuk membiarkan senjata nuklir Soviet yang tersisa (yang tidak disadari AS) meninggalkan pulau itu tanpa memperburuk situasi berbahaya.

Serta menyelesaikan semua detail tentang inspeksi dan jaminan bersama dengan pejabat tinggi AS termasuk Presiden John F. Kennedy.

Baca Juga: Diberi Pilihan Sulit antara Rudal S-400 Rusia atau Jet Tempur F-35 Amerika, Turki Akhirnya Beri Jawaban, Meski TahuPilih Salah Satu Opsi Bak Seperti Bunuh Diri

Artikel Terkait