Intisari-Online.com – Bagi sebagian besar anak-anak milenial, nama Ang Kang Hoo mungkin terdengar asing.
Namun justru karenanya, mobil Honda bisa masuk ke Indonesia.
Ya, Ang Kang Hoo merupakan salah satu dari tiga orang pemimpin PT Imora Motor, yang berhasil memasukkan mobil Honda ke Indonesia.
Bicara soal Ang Kang Hoo, tentu tidak akan pernah lepas dari jiwa kemanusiaannya.
Hingga orang-orang terdekatnya menyebutnya ‘tidak ada orang sedermawan Pak Ang Kang Hoo’.
Bagaimana perjalanan kisah Ang Kang Hoo?
Gandhi Warono, jurnalis dan penulis biografi ‘Ang Kang Hoo, Sang Komandan Tanpa Batas’, membagikan kisah Ang Kang Hoo dalam diaglog Intisari special Imlek, ‘Sang Filantrop Ang Kang Hoo, Jejak dan teladan pengabdian seorang Tionghoa untuk kesejahteraan semua warga’ pada Rabu (10/2/2021).
Ang Kang Hoo lahir dari keluarga yang serba kekurangan. Ayahnya sakit.
Sementara ibunya menjadi tulang punggung keluarga dengan berjualan kain di Jembatan Lima.
Suatu hari, pasangan muda yang kaya raya berniat mengadopsi salah satu adik Ang Kang Hoo, Ang Peng Yong.
Ibunya tidak keberatan. Namun Ang Kang Hoo melarang.
“Adik saya tidak boleh diasuh oleh keluarga lain hanya karena kemiskinan,”ucap Ang Kang Hoo seperti diceritakan Gandhi.
“Biar saya yang mengasuh adik saya.”
Sejak itu, Ang Kang Hoo mau bekerja apapun. Tujuannya hanya satu, yaitu agar bisa mensejahterakan keluarganya dan mencari susu untuk adik-adiknya.
Tahun berganti tahun. Ketika menjadi General Manager PT Imora, Ang Kang Hoo yang telah sukses, sering datang ke Rumah Sakit Husada.
Itu adalah rumah sakit yang hampir tutup. Melihat itu, dia berdonasi agar rumah sakit tersebut tetap bisa terus beroperasi.
Tak hanya berdonasi, dia juga mengajak teman-temannya untuk ikut terlibat..
Karena campur tangan Ang Kang Hoo, pada tahun 1980-an, Rumah Sakit Husada menjadi rumah sakit megah dan banyak dokter hebat membuka praktek di sana.
Setelahnya, Ang Kang Hoo dipercayakan mengurus Rumah Sakit Pluit tahun 1996, hingga mendirikan Rumah Sakit Gading Pluit tahun 2006 dan National Hospital di Surabaya pada 2012.
Gandhi bercerita, sebelum berangkat ke PT Imora, Ang Kang Hoo selalu pergi ke UGD RS Pluit.
Alasannya sederhana. Biar pasien yang tidak mampu tetap bisa mendapat fasilitas di rumah sakit.
“Setiap ada pasien yang tidak mampu membayar, Pak Ang yang menanggungnya,” ucap Gandhi.
Oleh karenanya, dr. Erwan Jus, Kepala UGD RS Pluit pada masa itu, menyebut ‘tidak ada orang sedermawan Pak Ang Kang Hoo’.
Namun menariknya, semua sikap kemanusian Ang Kang Hoo tidak pernah dia perlihatkan.
Sehingga orang-orang yang dibantunya tidak pernah tahu siapa nama yang membantu mereka membayar tagihan rumah sakit.
Mereka kira itu adalah kebijakan rumah sakit.
Ada lagi kisah di mana Ang Kang Hoo sering membawa bayi mereka yang ditinggal orangtuanya ke rumah.
Dia akan menjaga bayi-bayi itu sampai ada orang yang mau mengadopsinya.
Namun sebelum diadopsi, Ang Kang Hoo akan memastikan bayi-bayi tersebut akan mendapatkan keluarga yang baik.
Terakhir, Gandhi berbagi 3 moto kunci hidup Ang Kang Hoo, yaitu kejujuran di atas segalanya, kerja keras, dan membantu.
“Tidak apa-apa makan di kaki lima, tapi papa bisa membantu orang lain hingga mereka bisa sekolah,” ucap anak Ang Kang Hoo.