Setelah “Pembantaian Santa Cruz” tahun 1991 di Dili, lima pemuda Timor Leste melarikan diri ke rumah Ponke di Jakarta.
Terancam oleh militer, Ponke menyelamatkan hidup mereka dengan bernegosiasi dengan seorang jenderal Indonesia, mengizinkan para pemuda untuk berangkat ke Portugal.
Haji Princen menulis kepada Xanana Gusmao, yang saat itu masih memimpin perlawanan bersenjata Timor Timur.
Keduanya berkorespondensi setelah Gusmao ditangkap dan dipenjarakan di Jawa.
Setelah reformasi mengizinkannya, Ponke mengunjungi Xanana di penjara.
Xanana kemudian berkata, “Itu adalah pertemuan yang sangat emosional, dan saya berterima kasih padanya atas dukungan yang dia berikan kepada rakyat kami."
"Dia kemudian sering datang dan biasanya kami membahas evolusi perjuangan demokrasi di Indonesia."
"Dia mendorong kami dalam perjuangan kami. Timor Lorosa'e berhutang banyak padanya. "
Pada tahun 60-an, Ponke membentuk dan memimpin LPHAM (Lembaga Pertahanan Hak Asasi Manusia Indonesia), yang saya yakini sebagai organisasi pertama di Indonesia yang khusus menangani hak asasi manusia.
Ketika saya bertemu dengannya 35 kemudian, dia masih sangat terlibat dalam hak asasi manusia Indonesia dan merupakan sumber informasi akurat tentang mereka yang diserang di markas PRD.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR