"Ia gagal tes moral besar dengan menutupi kekejaman militer melawan Rohingya. Namun perselisihan dengan militer tidak pernah terwujud, dan kemenangan telaknya dalam pemilihan bisa dengan mudah dibatalkan oleh kudeta."
Presiden AS Joe Biden menghadapi ujian pertamanya itu dengan berusaha membalikkan pemilihan demokratis, mengeluarkan pernyataan yang berbeda dengan Trump dalam menangani masalah HAM.
"Dalam demokrasi, kekerasan tidak boleh berusaha untuk mengesampingkan keinginan rakyat atau menghapus hasil pemilu yang kredibel," ujarnya, mirip dengan apa yang ia utarakan setelah kekacauan Capitol disebabkan massa yang menolak kemenangannya.
Ia juga meminta negara-negara "bersatu dalam satu suara" menekan militer Myanmar agar melepaskan kekuasaan.
Faktanya, kemenangan partai politik Suu Kyi disebabkan banyak rakyat Myanmar menganggap partainya sebagai senjata terbaik dan satu-satunya senjata melawan para jenderal.
Namun akomodasinya pada militer selama 5 tahun terakhir dipandang oleh beberapa pakar sebagai bela diri politik saja, bukan peredaan kekuasaan.
Salah satu warga Myanmar, U Aung Kyaw (73), seorang pensiunan guru, mengatakan "dia adalah satu-satunya orang yang bisa melawan militer. Kami akan memilihnya selamanya, tapi hari ini adalah hari tersedih dalam hidupku karena ia menghilang lagi."
Suu Kyi menumbuhkan hubungan dekat dengan para pejabat militer, dan partainya dibentuk dengan persekutuan dengan pejabat militer senior.
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR