Intisari-online.com - Kemajuan pesat China telah membuatnya menjadi sorotan dunia saat ini.
Negeri Panda itu, diklaim menjadi negara terkuat dunia saat ini berada di bawah Amerika, dan kemungkinan akan terus bertambah kuat.
Selain itu tahukah Anda ada sebuah tautan cukup mengejutkan yang pernah diterbitkan oleh media China, terkait rencana perang di masa depan.
Pada 9 Juli 2012, surat kabar Tiongkok berbahsa mandarim Wenweipo, menulis sebuah artikel berjudul Enam Perang Tiongkok, Pasti Akan Bertempur Dalam 50 Tahun Mendatang.
Rencana itu diyakini sebagai cara China mengklaim kembali wilayah kekaisaran mereka yang hilang sejak dikalahkan Inggris dalam perang Candu 1840-1842.
Hal itu diterbitkan dalam sebuah buku Maria Hsia Chang, Return of The Dragon: China Wounded Nationalism, Westview 2001.
China belum menjadi kekuatan besar, jika semua wilayahnya belum bersatu.
Demi martabat Kaisar China, enam peperangan harus dilakukan selama lima puluh tahun mendatang, mulai perang regional hingga perang total.
1. Perang Unifikasi Taiwan 2020-2025
Padahal sumber itu diitulis tahun 2013, tetapi pernyataan ini terbukti. Tahun 2020, China sudah terus melakukan upaya penyatuan Taiwan melaluin intimidasi militer.
Sumber tersebut berbunyi begini: China harus menyusun strategi untuk menyatukan Taiwan dalam sepuluh tahun ke depan,dimulai pada tahun 2020.
Pada saat itu, China harus mengirim ultimatum ke Taiwan, menuntut Taiwan untuk memilih resolusi penyatuan damai (epilog yang paling disukai untuk Tiongkok) atau perang (opsi yang dipaksakan) pada tahun 2025.
Untuk tujuan penyatuan, Tiongkok harus melakukan persiapan tiga hingga lima tahun sebelumnya.
Dari analisis situasi saat ini, Taiwan diperkirakan akan melawan unifikasi, sehingga tindakan militer akan menjadi satu-satunya solusi.
Perang penyatuan ini akan menjadi perang pertama di bawah pengertian perang modern sejak berdirinya "China Baru".
Perang ini akan menjadi ujian bagi perkembangan Tentara Pembebasan Rakyat dalam peperangan modern.
2. Perang Penaklukkan Spratly 2025-2030
Sama dengan kasus Taiwan, saat ini kepulauan ini sudah mulai dikuasai China, berlokasi di Laut China Selatan, dikabarkan militer China sudah membangun pankalan militer di sana.
Padahal sumber tersebut tertulis 2013, tetapi kenyataannya terjadi saat ini.
Tulisan itu mengatakan:
Saat ini, negara-negara Asia Tenggara sudah menggigil dengan penyatuan militer China di Taiwan.
Di satu sisi, mereka akan duduk di meja perundingan, namun mereka enggan melepaskan kepentingan mereka di Kepulauan itu.
Oleh karena itu, mereka akan mengambil sikap menunggu dan terus menunda untuk membuat keputusan akhir.
Mereka tidak akan memutuskan apakah akan berdamai atau pergi berperang sampai China mengambil tindakan tegas.
Menurut Peta, lokasinya di Laut China Selatan menempatkannya dekat dengan Vietnam yang merupakan negara paling kuat di wilayah tersebut.
Satu-satunya cara adalah China menyerang Vietnam, mengambil alih pulau dan menaklukkan wilayah lain hal itu akan membuatnya memiliki dominasi atas wilayah Pasifik.
3. Perang Penaklukkan Tibet Selatan 2035-2040
China dan India berbagi perbatasan yang panjang, salah satunya adalah di Tibet Selatan meski wilayah ini tidak pernah diketahui keberadaan pastinya.
Sebelumnya India jauh tertinggal dari China, dan dikatakan India akan menjadi lawan yang sulit bagi China.
Oleh sebab itu, China merencanakan penghasutan disintegrasi India, memecah belas India menjadi beberapa bagian.
Rencana kedua mengekspor senjata ke Pakistan untuk membantu menaklukkan wilayah Khasmir tahun 2035, mengalihkan perhatian supaya India berperang dengan Pakistan. Sementara China akan menguasai Tibet.
4. Penaklukkan kembali Pulau Diaoyu/Senkaku dan Ryukyu 2040-2045
Sama sengan kasus Spartly dan Taiwan, perebutan pulau Senkaku yang kini dikuasai Jepang juga telah dilakukan China, saat ini China terus menekan Jepang.
Saat ini pulau Ryukyu adalah milik Jepang, namun sejak zaman kuno merupakan milik China yang berada di Laut China Timur.
Sama halnya dengan Diaoyu yang merupakan tanah Tiongkok sejak zaman kuno.
China menuduh Jepang merampok kekayaan kedua pulau itu selama bertahun-tahun dan kini mereka besiap akan merebutnya kembali.
5. Penyatuan Mongolia Luar 2045-2050
Memang China mengakui kemerdekaan Mongolia, namun wilayah ini akan bernasib sama seperti Taiwan di masa depan, seperti dalam tulisan yang dimuat sumber tersebut.
China harus mengangkat masalah unifikasi dengan Mongolia Luar, dan melakukan kampanye propaganda di dalam Mongolia Luar.
China juga harus memilih kelompok yang mendukung penyatuan, membantu mereka untuk mengambil alih posisi kunci dalam pemerintahan mereka.
Untuk menyatakan Mongolia Luar sebagai kepentingan utama China setelah penyelesaian masalah Tibet Selatan pada tahun 2040
Jika Mongolia Luar dapat kembali ke China dengan damai, tentu saja itu adalah hasil terbaik; tetapi jika Cina menghadapi intervensi atau perlawanan asing, Cina harus bersiap untuk mengambil tindakan militer.
Model Taiwan dapat berguna dalam hal ini: memberikan ultimatum dengan tenggat waktu di Tahun 2045.
6. Mengambil Tanah yang Hilang dari Rusia 2055-2060
Hubungan China-Rusia mungkin baik-baik saja, namun hubungan ini tak lebih adalah ketakutan Rusia karena tidak ada sekutu yang lebih baik untuk melawan AS.
Rusia juga khawatir kebangkitan China mengancam kekuatannya, sementara mereka juga selalu ingat tanah yang dilang dari Rusia.
Jika lima perang di atas dimenangkan China tahun 2050, Tiongkok akan merebut tanah berdasarkan domain Dinasti Qing, dengan kampanye propaganda.
Di mana depan Rusia berpotensi menjadi musuh besar China, karena menduduki seratus enam puluh juta kilometer persegi tanah, setara seperenam daratan China.