Advertorial
Intisari-Online.com - Tentara Laut Diraja Malaysia (TLDM) atau Angkatan Laut telah melakukan Latihan Perang di perairan Laut China Selatan pada awal 2021 ini.
Markas Komando Armada Timur melalui pos resminya di media sosial mengatakan, pelatihan tahun ini melibatkan KD Kedah, KD Keris, KD Pari dan KD Ganas.
Latihan ini melibatkan helikopter EC-725 Royal Malaysian Air Force (RMAF) dari Pangkalan Udara Labuan.
Latihan bertujuan untuk menguji kelincahan dan kesiapan aset TLDM di bawah kekuasaan Armada Timur, selain juga menguji efisiensi warga dalam menerapkan konsep perang, navigasi dan ilmu kelautan.
"Evolusi yang diterapkan meliputi berbagai aspek seperti Pemadaman Kebakaran dan Pengendalian Banjir di atas kapal, pelatihan menembak dan pelatihan evakuasi saat di laut," ujarnya sebagaimana diberitakan airtimes.my.
Turut serta dalam latihan ini adalah Komandan Armada Timur, Laksamana Datuk Sabri Zali dan Wakil Komandan Armada Timur, Laksamana Pertama Sazalee Shoib.
Menurut pernyataan itu, latihan tersebut tetap dilaksanakan dalam skala kecil, karena berbarengan dengan pandemi COVID-19.
“Pelatihan dilaksanakan sesuai dengan prosedur operasi standar (SOP) yang ketat."
“Selain itu, pelatihan ini menjadi katalisator untuk menyediakan armada yang kompeten dan selalu siap dalam situasi damai atau perang,” ujarnya.
Sementara itu, latihan militer China akan dilaksanakan pekan ini.
Otoritas Keselamatan Maritim China menerbitkan memo Selasa (26/1/2021), yang melarang aktivitas sipil di sebuah kawasan laut di antara Teluk Tonkin dan barat Semenanjung Leizhou.
Pemerintah di Beijing enggan merinci rencana latihan perang, namun memastikan zona larangan berlaku antara tanggal 27 hingga 30 Januari.
Lokasi latihan hanya berjarak beberapa ratus kilometer di timur Hanoi, Vietnam, di mana Partai Komunis sedang menyelenggarakan Kongres Rakyat ke-13.
Langkah China diumumkan hanya beberapa hari setelah kapal induk AS, USS Theodore Rosevelt, berpatroli di Laut China Selatan, Sabtu (23/1/2021).
Kementerian Pertahanan AS menulis, aksi ini mengemban misi mempromosikan kebebasan pelayaran.
Pada Senin (25/1/2021), Beijing mengritik kebiasaan AS mengirimkan armada tempur ke Laut China Selatan untuk merenggangkan otot, sebagai mengancam perdamaian dan stabilitas.
Manuver militer AS ditengarai merupakan isyarat bahwa pergantian kekuasaan tidak mengubah sikap Washington terkait klaim China atas kawasan perairan tersebut.
Laut China Selatan menjadi medan persaingan kekuatan militer antara China dan AS.
Beijing bersikukuh, wilayah perairan kaya sumber daya itu merupakan miliknya berdasarkan bukti sejarah.
Klaim ini ditolak negara ASEAN, Vietnam, Filipina, Malaysia, Brunei dan Indonesia, yang berpegang pada Konvensi Hukum Laut PBB.
(*)