Intisari-online.com - Kondisi Laut China Selatan yang terus memanas sudah menjadi perbincangan dalam beberapa tahun terakhir.
Tindakan China yang melakukan klaim sepihak telah menarik banyak negara besar menghentikan niatan China menguasai wilayah laut tersebut.
Sebelumnya, Amerika telah lama mengirim pasukannya ke wilayah tersebut, belakangan Inggris pun juga keragkan kapal induknya.
Tak mau ketinggalan, negara Jerman pun juga mengirim Kapal Perang ke Laut China Selatan.
Jerman pun memblokade tentara Xi Jingping.
Tindakan ini diambil Inggris dan Jerman setelah geram dengan tingkah laku Xi Jinping.
Bukan hanya memanas, situasi Laut China Selatan bakal makin mendidih dan tinggal tunggu waktu terjadi pertempuran.
Tindakan ini diambil Inggris dan Jerman setelah geram dengan tingkah laku Xi Jinping.
Bukan hanya memanas, situasi Laut China Selatan bakal makin mendidih dan tinggal tunggu waktu terjadi pertempuran.
Bagaimana tidak, sejumlah negara yang diketahui memiliki kekuatan militer terkuat kini berencana kepung China di kawasan tersebut.
Setelah Jepang dan Amerika Serikat (AS) bekerjasama termasuk kebijakan perjanjian AS dengan Taiwan.
Inggris pun menyusul dengan mengirimkan kapal induk HMS Queen Elizabeth yang memiliki rudal peluncur sekelas Trendent ke laut China Selatan.
Tak sampai di situ, Xi Jingping juga bakal dibuat mendidih dengan keputusan Jerman baru-baru ini.
Jerman kini semakin dekat dengan pertimbangan untuk mengirim kapal jenis Fregat mereka ke Laut China Selatan.
Pertimbangan tersebut bukan tanpa alasan.
Negeri Panser menilai dan mulai mewaspadai gerak-gerik China di kawasan laut yang cukup sibuk tersebut.
Pemerintahan Jerman pun berencana untuk mengirim kapal fregat tersebut sebagai tindak lanjut latihan bersama dengan Jepang.
Melansir dari Nikkei, tak butuh waktu lama untuk Jerman mengirimkan kapal fregat miliknya ke Laut China Selatan.
Dikabarkan pada musim panas tahun ini kapal fregat Jerman bakal diluncurkan ke Jepang.
Selain itu, kapal tempur dengan sejumlah sistem perang canggih itu juga dijadwalkan bakal singgah di Korea Selatan dan Australia.
Hal ini pun disebut sebagiai kegeraman dari berbagai negara Barat atas kenekatan China di kawasan Indo-Pasifik tersebut.
Padahal diketahui Jerman tak memiliki wilayah atau kepentingan khusus di kawasan tersebut.
Langkah yang diambil Jerman ini merupakan langkah yang cukup langka yang diambil pemerintah Negeri Panser.
Musim gugur tahun lalu, kabinet Jerman menyetujui pedoman militer baru yang berkaitan dengan aktivitas di Indo-Pasifik.
Pedoman ini menekankan pentingnya supremasi hukum dan mempromosikan pasar terbuka di kawasan, menyiratkan penolakan monopoli yang hendak dilakukan China.
Langkah yang diambil Jerman dengan mengirimkan kapal fregatnya ini merupakan strategis baru.
"Kami berharap bisa berlayar musim panas ini. Kami belum memutuskan detailnya, tapi kami melihat Jepang sebagai port of call. Kami ingin memperdalam hubungan kami dengan mitra kami dalam kelompok demokrasi," ungkap Thomas Silberhorn, Parliamentary State Secretary untuk Kementerian Pertahanan Jerman, kepada Nikkei.
Perlu diketahui, kebijakan serupa untuk mengecam China dengan mengirimkan kapal perang ke Indo-Pasifik lebih tepatnya Laut China Selatan telah diambil beberapa negara Eropa.
Setidaknya Inggris, Perancis, Belanda telah mendahului mengambil kebijakan serupa di kawasan Asia.
Ini adalah kali pertama sejak tahun 2002 dimana Jerman kala itu mengirimkan kapal perang Angkatan Lautnya sebagai tindakan dari port of call atau singgah.
Kapal perang Jerman kala itu berlayar ke Jepang untuk melakukan pelatihan pelayaran.
Saat itu, kondisi geopolitik belum segenting sekarang sehingga tidak terlalu mencolok.
Saat ini, Jerman menggambarkan aktivitas angkatan lautnya bertujuan untuk memperkuat kerjasama dengan negara-negara demokrasi Asia, bukan sebagai operasi militer.
Negara-negara Jerman telah bersiap untuk menghentikan kenekatan Tiongkok di kawasan Laut China Selatan.
Lantas bagaimana dengan Indonesia?
Melansir dari Kontan.co.id, China bahkan sudah cukup keterlaluan di wilayah Indonesia beberapa waktu lalu.
Bahkan kapal survei milik China diketahui nekat berlayar sampai ke Selat Sunda dengan melewati tiga penjagaan sekaligus.
Source : Tribun Medan