Molly menyatakan bahwa tidak ada yang aneh di luar kemampuannya.
"Saya cuma pembantu iblis," akunya.
Molly semakin nyaman hidupnya di St. Louis selama dua tahun.
Dia mengutip bayaran atas jasanya dan menghabiskan banyak keping emas untuk membeli minuman keras.
Kekuasaannya berakhir di sebuah lorong berlumpur yang gelap di bagian paling kumuh di kota pelabuhan yang riuh rendah itu.
Pada suatu pagi polisi menemukan jasadnya.
Rambutnya yang kotor karena tidak disisir bersimbah darah karena sebuah tongkat keras telah menghantam tempurung kepalanya hingga retak.
Sebuah belati menusuk dadanya dan sebuah salib dari kayu tergeletak di atas tubuhnya yang renta itu.
Begitulah akhir tragis hidup Molly si penyihir bermata iblis itu.
(Diambil dari Buku Ratapan Arwah; Kisah Nyata Kutukan & Tulah – Intisari)
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR