Intisari-online.com -Vaksin Covid-19 sudah mulai diproduksi oleh banyak perusahaan farmasi.
Namun sepertinya tragedi kesehatan ini belum berhenti setelah vaksin sudah ada.
Serta, kerusakan ekonomi yang merupakan dampak tidak terhindarkan dari pandemi ini disebut lebih besar dari perkiraan.
Melansir 24h.com.vn, penelitian yang dipublikasikan pada 25 Januari ini menunjukkan negara kaya akan menyelesaikan vaksinasi seluruh penduduknya pada pertengahan tahun ini.
Kontras dengan keadaan tersebut, negara miskin disebutkan masih belum memiliki vaksin.
The New York Times mengutip studi tersebut yang mengatakan bahwa ekonomi global akan kehilangan lebih dari $ 9 triliun, jumlah yang lebih besar dari gabungan PDB tahunan Jepang dan Jerman.
Hampir setengahnya akan ditanggung oleh negara-negara kaya seperti AS, Kanada, dan Inggris.
Jika negara berkembang dapat menyuntikkan setengah dari populasi mereka pada akhir tahun, ekonomi dunia masih akan kehilangan $ 1,8-3,8 triliun.
Lebih dari separuh biaya itu masuk ke negara-negara kaya.
Riset yang dilakukan oleh International Chamber of Commerce (organisasi perwakilan bisnis terbesar di dunia) menegaskan bahwa distribusi vaksin yang adil akan membawa manfaat ekonomi bagi semua negara, terutama negara-negara yang banyak bergantung pada perdagangan.
Kesimpulan ini bertentangan dengan pendapat umum bahwa berbagi vaksin dengan negara-negara miskin adalah salah satu bentuk amal.
“Jelas bahwa semua ekonomi saling berhubungan.
"Tidak ada ekonomi yang dapat pulih sepenuhnya kecuali yang lain melakukannya,” kata Profesor Selva Demiralp, ekonom di Universitas Koc di Istabul dan salah satu penulis studi.
Gagasan bahwa pandemi tidak membedakan batas negara, ras, atau kelas sosial tidak sepenuhnya benar.
Fakta bahwa COVID-19 lebih fatal dan menghancurkan mata pencaharian pekerja langsung, sementara sebagian besar pekerja kantoran dapat bekerja lebih aman di rumah, dan banyak orang kaya di seluruh dunia mengasingkan diri di kapal pesiar atau pulau pribadi.
Namun dalam perdagangan internasional, tidak ada yang bisa lolos dari virus corona.
Rantai pasokan global yang penting bagi industri akan terus terganggu selama virus itu berkecamuk.
Kelompok ekonom dari Koc University, Harvard University dan University of Maryland, saat melakukan studi ini, mengumpulkan data perdagangan dari 35 industri di 65 negara, untuk menilai secara mendalam dampak ekonomi dari situasi tersebut.
Distribusi vaksin tidak seragam.
Jika negara berkembang masih kehilangan pekerjaan karena blokade, mereka akan memiliki lebih sedikit uang untuk dibelanjakan, mengurangi penjualan eksportir di Amerika Utara, Eropa dan Asia Timur.
Banyak perusahaan multinasional di negara maju akan kesulitan membeli suku cadang, komponen, dan barang yang diperlukan.
Studi tersebut menemukan bahwa jika pandemi terus melanda negara-negara miskin, sektor ekonomi yang bergantung pada pasokan di seluruh dunia akan paling terpengaruh, termasuk otomotif, tekstil, dan konstruksi, serta ritel.
Dampak berantai ini pun tidak akan berakhir jika negara miskin tidak mendapatkan vaksinasi yang sesuai keperluan mereka.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini