Intisari-Online.com - Sebuah kapal penelitian China diidentifikasi di perairan Indonesia dengan sistem pelacakan dimatikan, kata pihak berwenang pada hari Kamis, di tengah kekhawatiran di kawasan itu tentang perilaku maritim Beijing.
Kolonel Wisnu Pramandita, juru bicara badan keamanan maritim Indonesia atau BAKAMLA, dalam sebuah pernyataan mengatakan pihak berwenang mencurigai kapal tersebut melakukan kegiatan tidak sah di Selat Sunda setelah sistem identifikasi otomatis (AIS) dimatikan tiga kali.
Xiang Yang Hong 03 keluar dari zona ekonomi eksklusif Indonesia pada Rabu malam.
Pejabat keamanan Indonesia telah mengawasi dengan cermat aktivitas kapal-kapal China di sekitar nusantara.
Ini terjadi di tengah ketegangan yang lebih luas di kawasan tersebut dan kekhawatiran tentang militerisasi Beijing serta perilaku penjaga pantai dan armada penangkap ikannya.
Insiden ini menyusul penemuan kendaraan bawah air otonom (AUV) baru-baru ini oleh seorang nelayan lokal di lepas pantai pulau Sulawesi di Indonesia bulan lalu, yang memicu kekhawatiran tentang potensi pelanggaran keamanan.
Xiang Yang Hong 03 selama komunikasi radio mengatakan kepada pihak berwenang Indonesia bahwa AIS-nya tidak berfungsi, kata Bakamla.
Kapal itu terlihat selama operasi untuk memulihkan pesawat Sriwijaya Air yang jatuh ke Laut Jawa pada hari Sabtu dengan 62 orang di dalamnya.
Kedutaan Besar China di Jakarta tidak dapat segera dihubungi untuk dimintai komentar mengenai kapal tersebut.
Sementara juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia mengatakan dia tidak mengetahui izin yang diberikan untuk kegiatan penelitian maritim.
Kepulauan Indonesia terletak di jalur laut strategis penting yang digunakan untuk perdagangan.
Perairannya juga menjadi tempat penangkapan ikan yang kaya dan cadangan energi yang penting.
Sebelumnya, nelayan Indonesia telah menemukan AUV di perairan yang dianggap penting secara strategis bagi Australia.
Gambar yang diterbitkan menunjukkan perwira militer Indonesia berpose dengan AUVyang ditemukan tepat sebelum Natal di dekat Pulau Selayar di Sulawesi Selatan.
Itu ditemukan dari air oleh nelayan setempat pada 20 Desember, tetapi baru dilaporkan ke pihak berwenang enam hari kemudian.
Pakar keamanan mengatakan drone pengintai tak bertenaga berteknologi tinggi ini dikenal sebagai pesawat layang dan mengandalkan propulsi daya apung variabel.
(*)