Advertorial

'Bekerja Tanpa Menghitung untung dan Rugi', Inilah Pasukan Khusus Indonesia dari TNI AU Berjuluk Korps Baret Jingga

Khaerunisa

Editor

Intisari-Online.com - Tiga matra Tentara Nasional Indonesia (TNI) masing-masing punya pasukan khusus.

Korps Pasukan Khas (Kopaskhas) merupakan pasukan khusus yang dimiliki TNI Angkatan Udara (AU).

Pasukan elit ini punya semboyan Karmanye Vadikaraste Mafalesu Kadatjana . yang artinya melaksanakan tugas atau bekerja tanpa menghitung untung dan rugi.

Pasukan berjuluk 'Korps Baret Jingga' ini merupakan pasukan tempur yang bersifat infantri dengan format organisasi tempur yang khas bagi kebutuhan matra udara.

Baca Juga: Hampir Lakukan Misi Ala 'Kamikaze', Bunuh Diri Demi Tenggelamkan Kapal Induk Belanda Jika Hal Ini Tidak Terjadi, Begini Cerita Pasukan Khusus TNI AL dalam Operasi Pembebasan Irian Barat

Dalam tugasnya, Paskhas telah berhasil melakukan Penumpasan RMS, DI/TII dan PRRI/PERMESTA, Operasi Trikora, Operasi Dwikora, Operasi Seroja, Operasi Trisula dan Penumpasan PGRS/Paraku dan masih banyak lainnya.

Pasukan khusus Indonesia dari TNI AU ini dibentuk pada tahun 1947.

Rupanya, pembentukan itu atas permintaan Gubernur Kalimantan yang ketika itu menjabat, yaitu Mohammad Noor.

Bagaimana sejarah terbentuknya Kopaskhas?

Baca Juga: Ilmuwan Terkejut Temukan Kerangka Kuno yang Dipercaya Sebagai Makhluk Paling Tua di Bumi yang Pernah Hidup, Seperti Ini Wujudnya

Gubernur Kalimantan Mohamad Noor meminta pembentukan pasukan untuk membantu perjuangan rakyat Kalimantan mempertahankan kemerdekaan RI.

Itu karena setelah Proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus di kumandangkan, pemuda dan rakyat Kalimantan sebagai salah satu wilayah RI, berjuang melawan NICA yang bermaksud berkuasa kembali.

Pada tanggal 10 Oktober 1945, rakyat Kalimantan Selatan berhasil membentuk Pemerintah Daerah sebagai bagian dari Republik Indonesia, dengan Banjarmasin sebagai ibukotanya.

Pasukan Sekutu yang pada waktu itu menduduki Kalimantan, pada tanggal 24 Oktober 1945 menyerahkan kekuasaan secara resmi kepada NICA.

Baca Juga: Media Asing Soroti Mengapa Pesawat Indonesia Sering Jatuh, Ada yang Menyebut Karena Kombinasi Faktor Ekonomi, Sosial dan Geografi

Tindakan tersebut langsung menimbulkan kemarahan rakyat setempat yang setia kepada Republik Indonesia.

Mereka mulai membentuk barisan untuk menentang penjajah.

Bantuan yang diharapkan melalui laut dari Jawa terhalang, karena Belanda menjalankan blokade di laut.

Oleh karena itu, satu-satunya jalan yang dapat dilakukan adalah melalui udara.

Baca Juga: Tak Hanya Kerusuhan Massa Pendukung Donald Trump yang Menyerang, Nyatanya Sejarah Mencatat Serangan di US Capitol Juga Pernah Terjadi di Masa Lampau, dari Kebarakan Hingga Dipasangi Bahan Peledak

Muhammad Noor mengirim surat kepada KSAU Komodor Udara Suryadi Suryadarma.

Isinya meminta bantuan agar AURI bersedia melatih pemuda-pemuda asal Kalimantan, kemudian menerjunkan mereka kembali ke Kalimantan untuk berjuang membantu saudara-saudaranya.

Pimpinan AURI kemudian mengadakan perundingan dengan Markas Besar Tentara.

Akhirnya MBT sepakat untuk membentuk staf khusus yang bertugas menghimpun pasukan payung.

Baca Juga: Untung Saja Trump Tidak Termasuk, Tapi Mengapa Begitu Banyak Tokoh Politik Amerika Dibunuh di Tahun 1960-an? Alasan Ini Menjadi yang Paling Utama!

Pada 17 Oktober 1947, 13 orang dipersiapkan untuk terjun di Kotawaringin.

Mereka semuanya belum pernah mendapat pendidikan secara sempurna tentang terjun payung, kecuali teori dan latihan darat.

Melansir laman resmi Kopaskhas, paskhas.mil.id, penerjunan dilakukan dengan pesawat Dakota RI-002.

Pesawat tersebut merupakan pesawat sewaan milik Robert Earl Freeberg, seorang pilot berkebangsaan AS yang dikenal dengan julukan One Man Air Force.

Baca Juga: Waruga, Sarkofagus dari Minahasa Kuno yang Ditakuti oleh Penjajah Belanda, Penyakit Pemicu Kematian Ratusan Ribu Orang Ini jadi Alasannya

Kemudian, Dakota RI-002 lepas landas pada pukul 03.40 dan berhasil menerjunkan ke-13 orang tersebut di atas Kotawaringin. Pada pukul 07.00 WIB kala itu, pesawat Dakota yang membawa 13 prajurit AURI berada di atas sasaran dan melakukan penerjunan di daerah Sambi, Kotawaringin, Kalimantan Tengah.

Mereka bertugas membentuk dan menyusun gerilyawan, membantu perjuangan rakyat di Kalimantan, membuka stasiun radio induk untuk menghubungkan Yogyakarta-Kalimantan, dan mengusahakan serta menyempurnakan dropping zone untuk penerjunan selanjutnya.

Operasi Kotawaringin ini menjadi catatan sejarah sebagai operasi pertama pasukan payung di Indonesia.

Baca Juga: Masih Punya Waktu Seminggu Lagi Jadi Presiden AS, Mendadak Situs Web Departemen Luar Negeri AS Tulis Masa Jabatan Donald Trump Telah Berakhir, Trump Mundur?

Tanggal penerjunan itu pun dijadikan sebagai hari jadi Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat) yang nantinya berubah menjadi Paskhas TNI AU.

Keputusan ini dibuat berdasarkan Keputusan Men/Pangau Nomor 54 Tahun 1967 tanggal 12 Oktober 1967.

Dalam tahap awal perkembangannya, pasukan ini lebih mendekati bentuk satuan (batalyon) infantri lintas udara pada umumnya.

Seiring dengan reorganisasi mutakhir TNI/ABRI pada 1984-1985, organisasi korps pasukan TNI AU dimantapkan dalam bentuk organisasi dan formatnya kini, dengan nama Paskhas TNI AU.

Baca Juga: Belum Dilantik Jadi Presiden AS, Biden Sudah Dihadapkan pada Masalah Pemberontak Houthi Gara-gara Ulah Trump, Amerika Makin Susah hingga Jutaan Orang Bakal Makin Menderita

(*)

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait