Intisari-online.com -Kamis lalu, Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev mengutarakan peringatan kerasnya kepada Armenia.
Dikutip dari Daily Sabah, Aliyev memprotes menteri luar negeri Armenia.
Armenia diprotes setelah kunjungan terbarunya ke Nagorno-Karabakh.
Tidak hanya itu, menlu Armenia juga mendapat kecaman karena bertemu dengan sosok senior pasukan separatis Armenia.
Baca Juga: Armenia-Azerbaijan Kembali Bergejolak, Satu Tentara Azerbaijan Tewas dalam Serangan Armenia
Aliyev mengatakan Yerevan akan menyesal jika terus mengambil langkah provokatif seperti itu.
Aliyev berbicara dalam pertemuan evaluasi 2020 di Baku, "kunjungan harus dihentikan. Jika langkah provokatif diambil, kami peringatkan Armenia akan lebih menyesal," ujarnya.
Ia merujuk pada kunjungan terbaru Ara Ayvazyan ke wilayah tersebut.
Aliyev mengingatkan jika Azerbaijan sudah memberitahu pasukan Rusia yang menjaga wilayah itu.
Pasukan Rusia diberitahu jika tidak boleh warga asing masuk ke wilayah itu tanpa izin dari Azerbaijan.
"Sayangnya, DPR Perancis berangkat ke sana dengan izin dari Rusia. Akhirnya, duta besar Perancis untuk Baku dipanggil ke kementerian luar negeri dan diberi peringatan. Kami tidak akan diam," ujar Aliyev.
Kepada Ayvazyan, Aliyev mengatakan "apa yang kamu lakukan di sana? Mereka tidak boleh melupakan perang itu. Mereka tidak boleh lupa 'kepalan besi' masih di sana."
Ia juga mengingatkan konsekuensi akan parah jika ada langkah provokasi serupa di masa depan.
Kunjungan menlu Armenia itu disebut Kementerian Luar Negeri Azerbaijan sebagai pelanggaran kondisi perjanjian tiga negara Armenia, Azerbaijan dan Rusia yang mengakhiri konflik 44 hari di tahun 2020 lalu.
"Kunjungan ilegal oleh Menlu Armenia Ara Ayvazyan ke wilayah Karabakh di Azerbaijan, di mana ia bertemu perwakilan rezim boneka dan tandatangani 'dokumen' baru, bertentangan dengan pernyataan tiga negara pada 10 November dan tidak sesuai dengan kerangka perdamaian, keamanan dan kerjasama di wilayah itu setelah gencatan senjata," ujar Leyla Abdullayeva, kepala Departemen Jasa Press dari Kementerian Luar Negeri dan Hubungan Internasional Azerbaijan, dalam sebuah pernyataan resmi.
Abdullayeva menambahkan jika pelanggaran oleh pejabat Armenia adalah provokasi, dan aksi tersebut hanya memanasi penduduk lokal dan tidak membantu normalisasi situasi di wilayah tersebut.
Ketegangan yang merebak antara Armenia dan Azerbaijan di akhir September menjadi cerminan konflik negara Kaukasus yang sudah berjalan berpuluh-puluh tahun lamanya.
Selama pertempuran itu, Azerbaijan membebaskan beberapa kota dan hampir 300 kependudukan dan desa dari tangan Armenia.
Selama 6 minggu baku hantam mengerikan terus terjadi sebelum Baku dan Yerevan tandatangani perjanjian damai yang diinisiasi Moskow.
Perjanjian itu datang setelah militer Baku kewalahan dengan pasukan separatis dan mengancam untuk menguasai kota Stepanakert di Karabakh, atau Khankendi.
Rusia juga menyediakan pasukannya untuk mengawasi bentuk perjanjian itu agar sesuai dengan yang memang disepakati.
Sementara itu mengutip Eurasianet, Nagorno-Karabakh sedang dalam masa mengganti pejabat resmi mereka.
Pemerintahan Nagorno-Karabakh juga terhitung telah kalah dari Azerbaijan, sehingga pemerintahan de fakto wilayah itu telah mengganti para pejabatnya.
Kini, Nagorno-Karabakh sedang bersiap untuk pemilu baru.
Pada 1 Desember 2020 lalu, kepala republik yang memerdekakan diri itu, Arayik Haurtyunyan mengatakan mereka akan memulai membentuk pemerintah untuk mengurusi wilayah "di saat sulit bagi ibu pertiwi kami."
Sejak saat itu, beberapa pejabat resmi kabinet termasuk penasihat keamanan nasional dan menteri luar negeri baru sudah ditunjuk.
Nama paling kuat adalah Vitaliy Balasanyan sebagai penasihat keamanan nasional.
Balasanyan adalah veteran perang pertama dengan Azerbaijan di tahun 1990-an.
Ia juga menjadi sekutu dekat mantan presiden Armenia Serzh Sargsyan dan Robert Kocharyan.
Ia dulunya menjabat penasihat keamanan nasional dari 2016-2019 dan gagal menjadi presiden di pemilu tahun lalu, sembari memimpin kampanye untuk membebaskan Kocharyan.
Kocharyan adalah musuh dari Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan, Kocharyan masuk penjara atas dakwaan berkaitan dengan kekerasan para pengunjuk rasa melawan rezim lawas.
Dalam wawancara dengan Eurasianet, Balasanyan mengatakan Pashinyan adalah "proyek Barat" dan jika kekuasana dipegang olehnya "bukanlah revolusi dan pemberangusan kekuatan oleh paksaan."
Bangkitnya kekuatan Balasanyan telah diperhatikan dengan seksama di Azerbaijan, ia dilihat sebagai sosok keras dan pro-Rusia.
Laporan terbaru dari agensi independen Azerbaijan, Turan, menggambarkan dia sebagai partisipan di genosida Khojaly.
Genosida Khojaly adalah pembunuhan massal warga Azerbaijan di perang Karabakh pertama.
Balasanyan juga dianggap sebagai "juru bicara warga Azerbaijan murni" dan "kritik publik kasar untuk Pashinyan."
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini