Intisari-online.com -Meskipun Pemilu AS sudah dilaksanakan pada November tahun lalu, Januari ini baru disahkan hasilnya.
Itulah sebabnya jika Anda mengikuti akun Twitter Donald Trump Presiden AS ke-45, Anda akan melihat cuitannya yang menuntut 'kecurangan hasil pilpres AS'.
Pasalnya, hasil pemilu belum sah sampai akhirnya Kongres AS mengesahkan hasil pemungutan suara itu.
Trump yang jumlah hasil pemungutan suaranya lebih sedikit daripada hasil yang diraup Joe Biden berupaya untuk membuktikan 'kecurangan' yang dilakukan Biden dan timnya di pilpres kemarin.
Ia lantas menyeru kepada pendukungnya untuk turun lakukan unjuk rasa di Capitol Hill.
Unjuk rasa itu dengan cepat menjadi kerusuhan hebat, dengan kepala polisi Washington DC melaporkan setidaknya ada 4 orang tewas dan 52 orang lainnya telah diamankan dalam kerusuhan itu.
Ribuan massa pendukung Donald Trump menyerbu Capitol pada hari Rabu (6/1) waktu setempat untuk menghentikan Kongres dari sertifikasi kemenangan pemilihan Presiden terpilih Joe Biden.
Dilansir dari Reuters, Kepala Departemen Kepolisian Metropolitan Robert J. Contee mengatakan 47 dari 52 penangkapan hingga saat ini terkait dengan pelanggaran jam malam yang ditetapkan oleh Walikota Washington DC, Muriel Bowser.
Sebanyak 26 di antaranya melibatkan orang-orang yang ditangkap dengan alasan kerusuhan di Capitol.
Beberapa orang lainnya ditangkap dengan tuduhan terkait membawa senjata api tanpa izin atau terlarang.
Contee menambahkan, dua buah bom pipa ditemukan di markas besar komite nasional Republik dan Demokrat.
Sebuah pendingin berisi bom molotov juga diamankan, berada di halaman Capitol.
Baca Juga: Cuitan Trump Kian Meresahkan, Twitter Siap untuk Blokir Akunnya Selamanya Sekalian
Terkait korban meninggal, Contee masih enggan mengidentifikasi wanita yang ditembak dan dibunuh oleh petugas Kepolisian Capitol, dengan mengatakan masih menunggu pemberitahuan dari pihak keluarga.
Tiga orang lainnya juga meninggal pada hari Rabu dengan penyebab yang belum diungkap.
Reuters melaporkan bahwa darurat medis menjadi alasan para pengunjuk rasa terlambat mendapat pertolongan.
Kepolisian Capitol kini menghadapi kritik karena dinilai tidak berbuat lebih banyak untuk mengamankan Capitol dan membiarkan banyak perusuh kemudian keluar dari gedung tanpa penangkapan.
Banyak masyarakat AS yang menyayangkan sikap kepolisian yang dianggap terlalu lembek dalam kerusuhan kali ini.
Mereka membandingkan tindakan keras polisi dalam unjuk rasa terkait kasus George Floyd beberapa bulan lalu.
Menanggapi kerusuhan ini, Walikota Washington DC mengumumkan status darurat publik selama 15 hari.
Melalui keputusan ini, diharapkan pergerakan masa dari luar kota juga bisa diredam.
Meski begitu, Kongres AS tetap mensahkan Joe Biden sebagai pemenang Pilpres AS.
Biden berhasil mendapatkan 306 electoral votes melampaui 270 suara elektoral yang dibutuhkan untuk menang.
Senat dan DPR AS menolak keberatan untuk membuang suara elektoral Georgia dan Pennsylvania untuk Biden.
Partai Republik juga keberatan dengan suara elektoral Arizona, Nevada, dan Michigan, tetapi mosi itu gagal sebelum mencapai perdebatan.
Pengesahan kemenangan Biden dalam pilpres AS tersebut terjadi setelah perusuh pendukung Trump menyerbu Capitol Hill pada Rabu pagi waktu setempat.
Sesi gabungan Kongres, yang biasanya merupakan langkah seremonial, dihentikan selama beberapa jam ketika perusuh mencapai Gedung Capitol.
Proses hukum dilanjutkan sekitar pukul 20.00 waktu setempat dengan Wakil Presiden Mike Pence mengatur kembali sesi Senat AS.
"Ayo kembali bekerja," kata Pence.
Dengan demikian, Biden bakal dilantik menjadi Presiden AS pada 20 Januari mendatang.
Dia akan dilantik bersama Wakil Presiden AS terpilih Kamala Harris.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini