Pada tahun 1976, selama masa jabatan pertamanya sebagai perdana menteri, Yitzhak Rabin dikatakan telah bertemu secara rahasia dengan Hassan II, mengenakan wig , kumis, dan kacamata palsu.
Tahun berikutnya, Hassan II bertindak sebagai perantara ketika Presiden Mesir Anwar Sadat dan Perdana Menteri Israel Menachem Begin bertemu di Yerusalem, sebelum Camp David Accords tahun 1978.
Kemudian, pada 1993, setelah menandatangani Kesepakatan Oslo di Washington, Rabin singgah di Maroko untuk membahas hubungan diplomatik masa depan kedua negara.
Maroko bahkan membuka kantor penghubung di Tel Aviv pada tahun 1994, yang ditutup pada tahun 2002 di tengah Intifadah Kedua.
Pada tahun 1999, Ehud Barak, perdana menteri Israel saat itu, menjadi figur penting di antara banyak kepala negara yang menghadiri pemakaman Hassan II.
Tampaknya pemerintah Maroko bertaruh pada perasaan nasionalis atas masalah Sahara Barat melebihi perasaan solidaritas dengan Palestina.
Tapi jalan menuju hubungan Maroko-Israel yang dinormalisasi akan penuh dengan rintangan.
Pencairan antara kedua negara mungkin akan segera terjadi, tetapi partai-partai oposisi Maroko dan para pembela hak asasi manusia tidak memiliki bagian.
Mereka menyebut kesepakatan itu sebagai pengkhianatan komitmen bersejarah Maroko kepada rakyat Palestina dalam menghadapi kejahatan Israel.
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR