Penulis
Intisari-online.com -Pakistan adalah salah satu negara tempat China jor-joran menghamburkan uang investasi mereka.
Dikenal dengan China-Pakistan Economic Corridor (CPEC), kesepakatan dua negara itu rupanya sudah melebihi kesepakatan jebakan utang China dengan negara lain.
Dilansir dari South China Morning Post, kedua negara bersepakat memperdalam kerjasama dalam CPEC.
Khususnya adalah proyek pelabuhan Gwadar dan peningkatan jalur rel kereta api.
Hal itu disampaikan oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) China Wang Yi kepada rekan Pakistannya, Makhdoom Shah Mahmood Qureshi.
Pernyataan Wang Yi datang setelah protes hebat di pelabuhan Gwadar minggu ini.
Protes itu dengan cepat berubah menjadi sorotan utama terkait masalah yang dihadapi dua negara.
Jika masalah ini terus-terusan ada, maka perkembangan infrastruktur bisa terancam gagal.
Selasa, Ziaullah Langove, menteri Balochistan, wilayah barat daya dari Pakistan yang ada fasilitas China itu, memiliki rencana untuk membangun pagar di sekitar fasilitas itu.
Hal itu ia usulkan untuk merespon protes warga lokal.
Sejatinya, pagar itu merupakan langkah teknis dari penanganan tantangan keamanan, poliitk dan ekonomi yang dihadapi oleh proyek CPEC.
CPEC memiliki nilai sebesar 62 miliar Dolar AS, dan merupakan program lebih luas dari Belt and Road Initiative Beijing.
Baca Juga: India Makin Was-was, China-Pakistan Makin Mesra, Kekuatan Militer China di Ladakh Makin Perkasa
Dua negara kebetulan merayakan 70 tahun ikatan diplomasi di tahun 2021 ini.
Pelabuhan Gwadar dilirik China karena lokasinya yang begitu strategis.
Tiongkok menginginkan pelabuhan Gwadar karena ia terletak di ujung selatan jaringan jalan raya, jalur kereta dan proyek pipa gas yang dibangun di bawah program CPEC.
CPEC sendiri menghubungkan wilayah utara Pakistan dengan provinsi paling Barat China, Xinjiang.
Pelabuhan ini juga terletak di pantai Samudra Hindia.
Namun keberangan rakyat Pakistan untuk meneruskan kerjasama dengan China bukan kali pertama ini.
Sudah banyak bisnis dan kepentingan diplomatik China di Pakistan yang dihancurkan oleh rakyat Pakistan.
Gwadar sendiri telah mengalami berbagai serangan teroris yang aktif di wilayah paling mengerikan Pakistan.
Januari ini saja, media laporkan Pakistan telah memulai menggunakan sebagian besar area pelabuhan untuk meningkatkan keamanan fasilitas tersebut.
Kritik mulai bermunculan akan hal itu, dengan menyebut Pakistan telah membangun 'kota terkunci' pertama mereka yang dibangun untuk melindungi investasi asing.
Disebut kota, karena ada banyak warga China yang ternyata tinggal di fasilitas tersebut.
Laporan menyertakan lebih dari 20 km pagar kawat berduri di pelabuhan Gwadar.
Sementara itu kepala Pakistan China Overseas Port Holding Company, Zhang Baozhong yang mengoperasikan pelabuhan itu menyebutkan minggu ini jika keamanan ekstra telah disetujui oleh otoritas Pakistan dan China.
Dengan keamanan yang ditingkatkan, tidak ada warga China yang terluka di Gwadar meskipun terjadi beberapa serangan teroris.
Namun Langove mengatakan Selasa lalu jika pembangunan pagar di sekitar Gwadar menjadi senjata makan tuan baginya.
Banyak kritik diluncurkan kepadanya dari warga lokal.
"Warga lokal tidak akan abai dari pembuatan keputusan mengenai Gwadar dan keputusan mengenai pemagaran akan dilakukan setelah mendapatkan pendapat warga lokal," ujarnya dikutip dari koran Pakistan, Dawn.
Serangan teroris di wilayah itu telah terjadi sangat sering.
Beberapa kali target yang diserang adalah pasukan Pakistan, beberapa kali investor China jadi sasaran utama.
Tahun 2019, pasukan teroris menyerang hotel Pearl Continental di Gwadar, sebuah hotel bintang lima yang populer dengan pebisnis makmur China.
Dilaporkan dari serangan itu 4 pekerja hotel, tentara Pakistan dan tiga teroris terbunuh.
Sementara pada Minggu, penembak misterius membunuh tujuh tentara Pakistan di Balochistan.
"Ketegangan baru-baru ini di wilayah Balochistan telah menarget tentara militer dan proyek pembangunan ini.
Ketegangan di provinsi ini didukung oleh pihak musuh untuk menahan investasi asing," ujar Langove di Twitter Selasa kemarin.
Du Youkang, profesor studi Asia Selatan di Universitas Fudan di Shanghai mengatakan "Pakistan telah bekerja untuk memperbaiki situasi keamanan di wilayah berbahaya, khususnya Gwadar.
"Keamanan telah ditingkatkan di beberapa tempat, tapi serangan masih terjadi di tempat lain."
Selain masalah keamanan akibat keberangan warga, CPEC menghadapi tantangan lain beberapa tahun ini.
Salah satunya adalah pengurangan dana infrastruktur yang dilakukan oleh Presiden Imran Khan karena masalah utang negara itu.
"Khan telah berganti fokus dari yang awalnya proyek CPEC termasuk infrastuktur terbesar seperti dam dan pembangkit listrik menjadi pekerjaan yang meningkatkan kesejahteraan rakyatnya seperti pertanian dan pendidikan," ujar Du.
Meski begitu kemungkinan CPEC gagal terlaksana tetap sangat kecil.
Perwakilan dari kementerian luar negeri dua negara bertemu minggu ini di Urumqi, Xinjiang untuk mendorong kerjasama CPEC guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
"CPEC tidak akan gagal dan demikian pula dengan hubungan China-Pakistan," ujar Claude Rakisits, profesor hubungan internasional di Australian National University.
"Itu adalah hubungan yang nyaman yang telah berhasil untuk kedua belah pihak.
"Pakistan adalah pasukan yang kuat untuk China, dan CPEC akan secara efektif membuat China sebagai negara dua samudra, dengan akses langsung menuju Samudra Hindia," ujarnya.
"Namun CPEC bukan hadiah, dan Pakistan harus membayar mahal, tapi mereka tidak punya pilihan lain, dan hasilnya sejauh ini telah bercampur baur," ujarnya.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini