Intisari-online.com -Larangan China untuk batubara Australia rupanya bukan isapan jempol semata.
China tidak membukakan pintu masuk untuk komoditas kiriman dari Australia itu.
Hal ini rupanya berlaku tidak hanya untuk kapal kiriman dari Australia saja.
Kapal kargo negara lain yang membawa batubara Australia juga tegas ditolak China.
China semakin mencampur aduk ketegangan geopolitik dengan ekspor impor negaranya.
Melansir Asia Times, kru India di kapal yang membawa batubara Australia ke China justru terdampar di laut.
Tidak ada solusi bagi 39 personil yang ditahan berbulan-bulan di luar pelabuhan utara China.
Hal ini semakin memperburuk hubungan bilateral China dan India, yang sudah buruk akibat konflik perbatasan.
India dan China memperebutkan Ladakh, Lembah Galwan, lokasi perbatasan India dan China yang selama ini dibagi dua untuk kedua negara itu.
Konflik itu sendiri belum selesai, kini konflik dua negara itu dipastikan bertambah.
Dilaporkan India telah memberi tahu maskapai penerbangan mereka untuk menghindari menerbangkan penumpang China ke India.
Rupanya, China menggunakan India untuk mengakali penerbangan yang menolak negara mereka.
Warga China biasanya terbang ke India dulu karena India memiliki pengaturan gelembung udara.
Pengaturan gelembung udara ini maksudnya adalah India bisa membantu warga China untuk terbang ke negara lain yang menolak masuknya warga China karena pandemi Covid-19.
Kementerian Penerbangan Sipil India tidak segera merespon saat ditanya mengenai respon dan alasan untuk mendepak penumpang China keluar dari negaranya.
Tetap saja, isu anggota kru ini menjadi masalah bagi dua negara selama beberapa bulan.
Kapal tersebut adalah kapal pengangkut kargo MV Jag Anand yang membawa 23 kru keluar dari pelabuhan Caofeidian di Heibei sejak 13 Juni.
Kapal kedual adalah MV Anastasia dengan 16 kru dibawa keluar dari pelabuhan Jingtang di Laut Bohai, utara China, sejak Agustus.
Masalah yang ada di pelabuhan ini sebenarnya berasal dari larangan impor batubara Australia.
Namun, hubungan kedua negara Asia yang memburuk berkontribusi jauh lebih besar dalam keruwetan itu.
Juru Bicara Menteri Luar Negeri India mengatakan kedutaan besar mereka di China meminta kapal itu boleh berlabuh dan kru India agar boleh kembali pulang agar ditukarkan kru baru.
"Otoritas China telah gunakan berbagai alasan mengenai larangan terkait Covid-19 yang diminta otoritas lokal, perubahan kru tidak diperbolehkan dari pelabuhan ini," ujar juru bicara hubungan luar negeri India.
Tapi, menggunakan alasan larangan Covid-19 hanyalah alasan China saja.
Nyatanya otoritas China telah memperbolehkan pergantian kru kapal dari negara lain bahkan perbolehkan kru terbang ke negaranya untuk menukar kru yang lama.
"Kami juga paham jika kapal lain yang datang setelah kapal India sampai, telah membongkar bawaan dan pergi," ujar Menteri Hubungan Internasional, "alasan untuk ini tidak jelas."
Kapal-kapal itu tidak dapat meninggalkan perairan China, dengan pengimpor batubara mengutip aturan yang melarang kapal pergi tanpa memenuhi kewajiban kontrak mereka.
Memang, kapal kargo dapat ditahan jika mereka mencoba meninggalkan pelabuhan tanpa membongkar kargo mereka setelah didaftarkan kedatangannya.
Oleh sebab itulah kapal dan kru tetap terjebak di laut China di luar pelabuhan dan tidak boleh masuk.
Aturan maritim juga berkontribusi membuat hidup perusahaan kapal itu menderita.
Menurut estimasi industri, sebanyak 75 kapal membawa 8 juta ton batubara senilai beratus-ratus juga dolar itu bisa ditahan sampai waktu yang tidak jelas.
Organisasi Maritim Internasional menggunakan kantor mereka untuk membantu mengakhiri ketegangan yang bisa menjadi konflik geopolitik ini.
Sumber industri mengatakan sebanyak 1500 anggota kapal kargo dari India telah terjebak di laut lepas karena larangan Covid-19 di berbagai negara.
September lalu, Organisasi Maritim Internasional mengestimasi 400 ribu kelasi kapal terdampar di atas kapal.
Sejak saat itu, dengan larangan yang dilonggarkan dan peningkatan dalam perdagangan global, jumlahnya semakin menurun.
Gabungan Pelaut India dan Kelompok Nasional Kelasi India juga telah mendesak resolusi dini.
"Kami bekerja dengan kementerian India untuk membantu repatriasi saudara kelasi kami, mereka bukanlah bagian dari isu pelanggaran perbatasan politik internasional," ujar Manoj Yadav, sekreatris Gabungan Pelaut India.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini