"Mereka berpikir, oh orang Tionghoa, kami hanya berbisnis, kami hanya pandai berbisnis, mereka punya uang, mereka bisa menyekolahkan anak mereka," kata Teresa Ku, 29 tahun kelahiran Tionghoa-Timor.
"Itu sebabnya ketika Anda bersekolah dulu, 95% kelasnya adalah orang Tionghoa-Timor, tetapi jika Anda pergi sekarang, Anda dapat menghitung satu atau mungkin dua siswa di kelas," katanya.
Tetapi keluarga Tionghoa-Timor dapat menelusuri garis keturunan mereka empat atau lima generasi atau lebih.
Banyak yang masih mengalami diskriminasi dari orang Timor lainnya.
Mulai dari pembayaran berlebihan yang halus untuk sayuran di pasar yang lebih umum, terjadi pada orang asing.
Penghinaan yang dilemparkan dari pemuda yang bosan di pinggir jalan hingga tindakan kekerasan yang lebih jahat.
Teresa ingat seorang tetangga yang terpaksa merelokasi kios ikan barbekyu miliknya dari sudut pasar pinggir pantai yang populer.
Setelah sesama penjual menyerangnya dengan panah dan seorang lagi yang pindah secara permanen ke Australia setelah tangannya dipotong.
Source | : | The Interpreter |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR