Kalah Jauh dalam Perbandingan Kekuatan Militernya dengan China, 'Angin Segar' Didapat Taiwan, Bakal Dapat 'Rezeki Nomplok' Ini dari AS

Khaerunisa

Editor

Iustrasi militer Taiwan. Perbandingan kekuatan militer China dan Taiwan
Iustrasi militer Taiwan. Perbandingan kekuatan militer China dan Taiwan

Intisari-Online.com - Jika melihat perbandingan kekuatan militer China dan Taiwan di atas kertas, Taiwan masih kalah jauh dari tetangga sekaligus musuhnya itu.

Taiwan berada di peringkat ke26 dari 138 negara dalam daftar peringkat kekuatan militer 2020 menurut Global Firepower.

Sementara China berada di papan atas kekuatan militer dunia, yaitu peringkat ke-3, hanya di bawah AS dan Rusia.

Kemudian, Taiwan pada 2020 memiliki anggaran pertahanan sebesar $ 10,7 miliar menurut Global Firepower.

Baca Juga: Perbandingan Kekuatan Militer China dan AS, Meski Masih Unggul Para Ahli Militer AS Peringatkan Kecepatan China Ciptakan Senjata Ini yang Bisa Bikin China Mendominasi!

Itu tak ada apa-apanya dibanding China yang dibekali anggaran pertahanan sebesar $ 237 miliar.

Begitu pula di berbagai sektor pertahanan, di atas kertas China memimpin.

Dimulai dari jumlah personel militernya, Taiwan hanya memiliki personel militer aktif sebanyak 165.000, dibanding China yang memiliki 2.183.000 personel.

Meski jumlah tentara cadangan Taiwan lebih banyak dari China, yaitu 1.657.000 dibanding 510 personel cadangan, namun secara keseluruhan jumlah tentara China tetap lebih banyak.

Baca Juga: Cara Mengatasi Hidung Tersumbat Saat Sedang Hamil, Dinikmati Saja!

Jumlah keseluruhan personel militer China yaitu 2.693.000, sementara Taiwan 1.822.000 personel.

Di sektor darat, China memimpin dengan 3.500 tank tempur, 33.000 kendaraan lapis baja, 3.800 artileri self- propelled, 3.600 artileri lapangan, dan 2.650 proyektor roket.

Sementara Taiwan memiliki 1.180 tank tempur, 2.000 kendaraan lapis baja, 482 artileri self-propelled, 1.160 artileri lapangan, dan 115 proyektor roket.

Selanjutnya untuk kekuatan lautnya, militer China dibekali 777 armada. Diantaranya 7 kapal induk, 74 kapal selam, 36 kapal perusak, 52 fregat, 50 korvet, 220 kapal patroli, dan 29 mine warfare.

Dibanding militer Taiwan yang hanya memiliki 117 armada, di antaranya 4 kapal selam, 4 kapal perusak, 22 fregat, 1 korvet, 39 kapal patroli, dan 10 mine warfare.

Baca Juga: 'Akan Dikejar Sampai ke Neraka', Beberapa Orang yang Terlibat Pembunuhan Ilmuwan Nuklir Iran Sukses Ditangkap, Apakah Pelakunya Benar Tentara Israel?

Begitu pula di sektor udara, China lebih unggul dibanding Taiwan.

Total pesawat China yaitu 3.210 unit, diantaranya 1.232 pesawat tempur, 371 pesawat serangan khusus, 224 angkutan, 111 pesawat misi khusus, 911 helikopter, 281 pesawat serang helos, dan 314 pesawat latihan.

Sedangkan total pesawat Taiwan hanya kurang dari seperempat milik China, yaitu sebanyak 744 unit.

Yaitu 289 pesawat tempur, 19 angkutan, 19 pesawat misi khusus, 210 helikopter, 91 pesawat serang helos, 207 pesawat latihan, dan bahkan tidak memiliki pesawat serangan khusus.

Baca Juga: Dikurung Hingga Diserang Secara Brutal, Violette Szabo, Gadis Tomboi 23 Tahun Ini Hadapi Pasukan Nazi untuk Selamatkan Teman-temannya

Sejauh ini kekuatan militer Taiwan dianggap masih jauh di bawah China, namun negara yang kedaulatannya baru diakui segelintir negara lain di dunia tersebut baru-baru ini mendapat 'angin segar'.

Melansir South China Morning Post (8/12/2020), Amerika Serikat telah menyetujui penjualan Sistem Komunikasi Informasi Lapangan senilai US $ 280 juta kepada Taiwan.

Itu untuk membantu memodernisasi angkatan bersenjata pulau itu dan mempertahankan kemampuan pertahanan yang kredibel.

Departemen Luar Negeri AS memberi tahu Kongres tentang kemungkinan penjualan, yang terdiri dari 154 node komunikasi, 24 relai komunikasi, delapan sistem manajemen jaringan, dan peralatan terkait ditambah pelatihan personel, dukungan teknis dan logistik, menurut Badan Kerjasama Keamanan Pertahanan AS pada hari Senin.

Baca Juga: Ternyata Israel Pernah Mengembangkan F-4 'Super Phantom' Sendiri, Bagaimana Keberlangsungan Proyek Itu?

Menekankan bahwa penjualan yang diusulkan itu konsisten dengan hukum dan kebijakan AS, badan tersebut mengatakan kesepakatan itu akan membantu meningkatkan keamanan pulau itu dan membantunya dalam "menjaga stabilitas politik, keseimbangan militer, ekonomi dan kemajuan di kawasan".

“Penjualan yang diusulkan ini dirancang untuk menyediakan komunikasi yang mobile dan aman. Ini akan berkontribusi pada tujuan penerima untuk memodernisasi kemampuan komunikasi militernya untuk mendukung misi dan kebutuhan operasional mereka."

Badan tersebut menambahkan kesepakatan itu "tidak akan mengubah keseimbangan dasar militer di wilayah tersebut".

Penjualan yang diusulkan diharapkan menjadi efektif dalam 30 hari setelah melalui prosedur pemberitahuan Kongres. Ini adalah yang pertama sejak pemilihan presiden AS pada November, dan penjualan senjata AS kepada Taiwan ke-11 di bawah pemerintahan Trump secara total.

Baca Juga: 'Aku Tidak Takut, Apa yang Harus Ditakutkan?' Setahun Berlalu, Begini Kondisi Pasar Hewan Wuhan yang Jadi Sumber Penyebaran Virus Corona

Kantor kepresidenan Taiwan menyambut baik pengumuman itu.

Mereka mengatakan itu mencerminkan komitmen tegas Washington untuk pertahanan diri pulau itu dan sejalan dengan Undang-Undang Hubungan Taiwan AS dan "Enam Jaminan" yang mendukung kemitraan keamanan mereka.

Sementara itu, mengutip globaltimes.com (8/12/2020), Menanggapi hal tersebut, China mendesak AS untuk segera membatalkan rencana terkait untuk menjual senjata ke Taiwan, untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada hubungan China-AS dan perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying pada konferensi pers reguler pada hari Selasa.

Disebut China akan membuat tanggapan yang tepat dan perlu sesuai dengan bagaimana situasi berkembang, kata Hua.

Baca Juga: Dapatkan Manfaat Air Rebusan Jahe Kunyit dan Sereh Berikut Ini, Yuk!

Media Taiwan melaporkan bahwa pesawat tempur PLA mendekati pulau itu dalam 25 dari 31 hari di bulan Oktober, dan 26 dari 30 hari di bulan November.

Itu terus berlanjut pada bulan Desember, ketika pesawat PLA mendekati pulau itu dalam enam hari pada Senin, hari ketujuh bulan itu, surat kabar yang berbasis di Taipei, Liberty Times melaporkan pada hari Senin.

Song Zhongping, seorang ahli militer daratan Tiongkok dan komentator TV, mengatakan bahwa latihan dan patroli PLA tidak lagi sekadar peringatan kepada otoritas Taiwan, karena peringatan tampaknya tidak lagi cukup.

Sementara pengamat daratan China mengatakan bahwa PLA harus lebih meningkatkan kesiapan militernya melawan pulau itu, terutama dalam situasi saat ini.

Baca Juga: Tersimpan Rapat Selama Dua Dekade, Inilah Kisah saat Pesawat Indonesia dan Australia Nyaris Menjadi Puing-puing di Langit Timor Leste

(*)

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait