Advertorial
Intisari-Online.com - Kehebatan SAS (Spesial Air Service) Inggris sebagai pasukan khusus terbaik dunia sudah tak diragukan lagi.
Salah satu kehebatannya ditunjukkan saat mereka bertarung melawan pasukan Taliban.
Bahkan hanya dengan palu, personel pasukan khusus Inggris ini berhasil menghabisi lawannya.
Dikisahkan pertarungan itu berlangsung menegangkan, bahkan personel SAS masih gemetar setelah lawannya yang tangguh berhasil dikalahkan.
Dalam misi tempurnya, pasukan khusus SAS Inggris dikenal sebagai pasukan yang bisa bertindak kejam dan brutal jika harus menghadapi situasi darurat.
Lebih dari itu, mereka juga dituntut bisa membunuh lawan dengan senjata apa pun yang dimiliki dan dalam kondisi apa pun.
Perlengkapan tempur standar seorang personel pasukan SAS yang memiliki motto ‘siapa berani pasti menang’ (Who Dares Win) itu dalam setiap misinya antara lain senapan serbu, pistol (side arm), pisau komando (bayonet), granat tangan, dan granat asap serta palu yang juga bisa berfungsi sebagai senjata lempar.
Senapan serbu biasa digunakan oleh pasukan SAS dalam pertempuran jarak jauh, sedangkan pistol yang umumnya merupakan pistol Glock buatan Austria, digunakan dalam pertempuran jarak pendek dalam suatu ruangan.
Pisau atau palu digunakan dalam pertempuran jarak dekat satu lawan satu dan biasanya terjadi jika seluruh pasukan SAS sudah kehabisan peluru.
Tak hanya menghadapi pasukan Taliban, SAS Inggris juga mengemban misi untuk menumpas anggota ISIS.
Dalam banyak keberhasilannya dalam menghadapi kelompok teroris tersebut di berbagai daerah, rupanya SAS Inggris juga pernah diperdaya oleh anggota ISIS hingga membuat mereka hampir tewas.
Saat itu, pasukan SAS melakukan konvoi kecil menuju ke perbatasan Irak di timur laut Suriah, seperti diwartakan Daily Mirror (16 Oktober 2019).
Mereka kemudian melihat dua anak tergeletak di jalan dan mengira mereka mungkin masih hidup.
Mereka berhenti untuk membantu dan mengatur posisi keamanan jika terjadi penyergapan.
Empat dari pasukan elit tersebut mendekati anak-anak itu dengan membawa tas berisi perlengkapan medis.
Kedua anak itu diyakini sebagai dua bersaudara laki-laki dan perempuan yang berusia sekitar lima dan delapan tahun.
Setelah mereka memeriksanya, mereka menyadarianak-anak tersebut sudah mati.
Mereka juga menemukan 14 granat mematikan di bawah tubuh kedua anak tersebut.
Kabel dipasang ke pin granat, ditempelkan pada mayat dan dikubur di dalam tanah.
Usaha apapun untuk memindahkan anak-anak itu akan membuat kabelnya tertarik, pin granat terlepas dan menyebabkan ledakan besar, lalu membunuh orang-orang yang datang untuk menolong mereka.
Khawatir akan ada ranjau atau bom pinggir jalan yang ditanam di dekatnya, tim SAS kemudian mencari bahan peledak di jalan.
Mereka menghabiskan satu jam untuk membongkar rantai granat yang telah diletakkan di bawah anak-anak.
Akhirnya, para tentara itu menggali kuburan di pinggir jalan, menguburkan kedua anak tersebut dan memberi penghormatan dengan menandai tempat itu dengan rangkaian batu.
Sebuah sumber mengatakan: “Mereka sedang menuju Irak ketika kami melihat anak-anak, Anda melihat banyak mayat tetapi anak-anak berbeda dan kami pikir mereka mungkin masih hidup dan tidak bisa begitu saja lewat.
“Mereka tahu ISIS menggunakan mayat untuk menyembunyikan IED dan dengan cermat memeriksa apakah mereka masih hidup, dengan cepat menemukan lebih dari selusin granat yang disambungkan ke mereka - sayangnya mereka berdua sudah mati.
“Diperkirakan mereka adalah saudara laki-laki dan perempuan. Mereka tidak bisa membiarkan mereka terbaring di sana, jadi bersihkan ancamannya, kubur mereka bersama-sama dan berikan penghormatan singkat, itu tidak banyak tapi mereka bisa dalam keadaan sulit.”