Intisari-Online.com - Aksi pembebasan sandera di kediaman duta besar Jepang di Peru oleh satu uni pasukan khusus ini disebut sebagai salah satu operasi militer terbaik di dunia.
Bahkan, beberapa orang menilai bahwa operasi militer dengan tujuan pembebasan sandera ini sebagai salah satu yang disiapkan paling mati-matian.
Maklum, para sandera yang berjumlah 72 orang sudah berada di tangan kelompok separatis bersenjata Tupac Amaru selama 126 hari.
Kisah ini bermula pada 16 Desember 1996, 14 orang anggota Gerakan Revolusioner Tupac Amaru (MRTA) yang dibentuk pada 1984 menyusup ke kediaman dubes Jepang Morihisa Aoki.
Ke-14 orang menyamar sebagai pelayan dan penyedia makanan untuk acara resepsi memperingati ulang tahun Kaisar Jepang.
Tupac Amaru kemudian menyandera 490 tamu dalam acara itu termasuk Menlu Peru Francisco Tudela, beberapa hakim mahkamah agung, anggota partai berkuasa Peru, dan sejumlah duta besar.
Polisi kemudian mengepung rumah duta besar Jepang dan penyandera kemudian bersedia membebaskan 170 tamu perempuan dan orang lanjut usia.
Sedangkan 220 sandera yang masih tersisa terancam dibunuh jika tuntutan Tupac Amaru yaitu pembebasan 400 orang anggotanya yang dipenjara pemerintah tak dikabulkan.
Posisi Presiden Fujimori sebenarnya amat sulit, sebab Jepang adalah mitra dagang terbesar Peru dan PM Ryutaro Hashimoto meminta Presiden Fujimori menyelesaikan krisis ini dengan negosiasi.
Awalnya pemerintah Peru melakukan negosiasi dengan para penyandera itu. Namun, di balik itu pemerintah mempersiapkan operasi pembebasan.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ade S |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR