Advertorial
Intisari-Online.com - Sejak 2011 silam, Timor Leste telah mengajukan permohonan resmi untuk bergabung dengan Asosiasi Negara-negara Asia Tenggara atau ASEAN.
Namun, negara yang secara resmi telah merdeka selama 18 tahun ini masih belum berhasil, ia masih ditolak.
Hingga saat ini, Timor Leste sendiri masih menjadi negara termiskin di Asia Tenggara juga di dunia.
Ia juga tengah berupaya bergabung dengan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Keputusannya hendak bergabung dengan WTO juga tak lepas dari keinginan negara ini menjadi anggota ASEAN.
Menurut The Jakarta Post dikutip dari Pos Kupang, Timor Leste memulai pembicaraan resmi untuk bergabung dengan WTO pada Jumat (3/10/2020).
Selain dilakukan sebagai upaya untuk memulihkan perekonomiannya, ternyata tujuan Timor Leste bergabung dengan WTO juga sebagai batu loncatan untuk aksesi ke ASEAN.
Menteri Koordinator Perekonomian Timor Leste, Joaquim Amaral mengatakan, Timor Leste bergabung dengan WTO akan "mempercepat pertumbuhan dan diversifikasi ekonomi".
"Itu juga akan menjadi batu loncatan untuk aksesi (Timor Leste) ke Asean," katanya.
Amaral mengatakan negaranya "berkomitmen penuh untuk melaksanakan reformasi struktural, legislatif dan kebijakan" untuk memenuhi aturan WTO.
Prosedur aksesi WTO biasanya berlangsung beberapa tahun mengingat kompleksitas perdagangan modern dan kebutuhan akan konsensus di antara anggota, dikutip Pos Kupang.
Disebut bahwa pertemuan berikutnya untuk kasus Timor bisa dilakukan awal tahun depan.
Ambisi Timor Leste untuk bergabung dengan ASEAN cukup tinggi.
Timor Leste mati-matian bergabung anggota ASEAN, untuk mencari perlindungan perbatasan dari invasi dan kekuatan yang lebih kuat.
Bergabung dengan ASEAN, artinya akses ke pasar bebas dan pergerakan bebas di Asia Tenggara, ini dipandang m
Jangankan Timor Leste yang memang tengah membutuhkan jalan untuk keluar dari kemiskinan, negara sekelas Australia pun rupanya juga sangat ingin bergabung dengan ASEAN.
Jika Timor Leste masih ditolak, Australia justru hampir mustahil bisa bergabung dengan organisasi negara-negara Asia Tenggara ini.
Hal itu dipengaruhi oleh rekam jejaknya dalam menjalin hubungan dengan tetangganya sendiri, yang tak lain Timor Leste.
Seperti banyak diketahui, Australia terlibat skandal penyadapanyang menargetkan pemerintah Timor Leste dalam kesepakatan mereka soal batas maritim kedua negara yang mencakup ladang minyak.
Kesepakatan Australia dengan negara kecil itu dapat mempengaruhi upayanya untuk bergerak lebih dekat, secara diplomatis dan secara ekonomi, ke wilayah tersebut.
“Tidak ada keraguan bahwa reputasi Australia telah terpukul, dan memang seharusnya demikian. Maksud saya, memata-matai tetangga Anda untuk menipu mereka dari sumber daya alam adalah tindakan nyata, "kata Clarke, yang juga direktur kampanye di Pusat Hukum Hak Asasi Manusia Australia, dikutip dari southeastasiaglobe.com.
“Negara lain di wilayah kami akan dibenarkan untuk bersikap skeptis tentang niat Australia," katanya.
Meskipun menjadi sekutu AS, Australia semakin terikat dengan China secara ekonomi, meninggalkan apa yang disebut "Negara Beruntung" menghadapi beberapa pilihan sulit.
Hal itu karena kedua negara adidaya itu semakin terlibat persaingan di tengah meningkatnya ketegangan seputar tarif, teknologi, dan pernyataan China tentang kepemilikan Laut Cina Selatan.
Mantan Perdana Menteri Malcolm Turnbull mengakui selama masa jabatannya baru-baru ini, mengisyaratkan pada tahun 2017 bahwa Australia dan Asia Tenggara - yang juga terperangkap di tengah-tengah ketika hubungan AS dan China memburuk - dapat meningkatkan daya tawar kolektif mereka dengan kedua raksasa tersebut dengan bekerja lebih dekat bersama.
Menepis anggapan bahwa Australia harus memilih antara China dan AS sebagai "pilihan yang salah", Turnbull memberikan pidato di Singapura di mana ia berbicara tentang pertemuan para pemimpin Asia Tenggara pertama yang diselenggarakan oleh Australia sebagai "kesempatan yang belum pernah terjadi sebelumnya, untuk memperkuat kemitraan strategis Australia dengan ASEAN ”.
Namun, hubungan Australia dengan Asia Tenggara telah berkembang dan menyusut selama bertahun-tahun.
Perdana Menteri lama Singapura Lee Kuan Yew pernah memperingatkan pada tahun 1980 bahwa Australia bisa berakhir sebagai "sampah putih" Asia jika ekonominya terus berkinerja buruk seperti saat itu.
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik disini