Advertorial
Intisari-Online.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengeklaim kabar tentang terobosan kandidat vaksin Covid-19 sengaja ditahan untuk menjatuhkan dirinya.
Klaim tersebut dia lontarkan dalam rangka untuk terus menolak kemenangan calon presiden (capres) penatangnya dari Partai Demokrat Joe Biden telah memenangi pilpres AS menurut penghitungan media-media di AS dan lembaga non-partisan.
Masih menolak untuk menyerah, Trump mengecam perusahaan raksasa farmasi Pfizer karena mengungkapkan hasil awal yang menjanjikan dari uji coba kandidat vaksin Covid-19 pada Senin (9/11/2020).
Pengumuman Pfizer tersebut berselang dua hari setelah Biden dinyatakan sebagai pemenang pilpres AS pada Sabtu (7/11/2020) dengan menggamit lebih dari 270 suara elektoral yang dibutuhkan untuk melenggang ke Gedung Putih.
Baca Juga: Menang Perang di Nagorno-Karabakh, Begini Taktik Azerbaijan Lawan Armenia, Simak Logika Militernya!
"Seperti yang sudah lama saya katakan, @Pfizer dan yang lainnya hanya akan mengumumkan vaksin setelah pemilu, karena mereka tidak memiliki keberanian untuk melakukan sebelumnya," tulis Trump di Twitter.
Tak cukup sampai di situ, Trump juga menyerang Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) sebagaimana dilansir dari Metro.
"@US_FDA dan (Partai) Demokrat tidak ingin saya mendapatkan KEMENANGAN vaksin, sebelum pemilihan, jadi itu keluar lima hari kemudian - Seperti yang saya katakan selama ini!" sambung Trump.
Komentar Trump tersebut dilontarkan setelah dia akan terus menempuh jalur hukum karena menuduh hasil pemilu AS terlah dicurangi.
Padahal para pejabat pemilu AS selalu mengatakan bahwa klaim Trump atas adanya kecurangan dalam pemilu tidak memiliki bukti.
Jaksa Agung William Barr bahkan mendorong Kementerian Kehakiman untuk melakukan penyelidikan atas klaim tersebut.
Langkah Barr tersebut direspons oleh Tim Kampanye Biden dengan menuduhnya telah mendukung klaim Trump yang tidak didukung oleh berbagai bukti.
"Itu adalah jenis klaim yang dibuat oleh presiden dan pengacaranya yang tidak berhasil, karena tuntutan hukum mereka ditertawakan dari satu pengadilan ke pengadilan lainnya," kata penasihat senior Tim Kampanye Biden, Bob Bauer.
Pada Selasa (10/11/2020) malam, Biden menanggapi pertanyaan dari wartawan mengenai pendapatnya tentang penolakan Trump untuk menerima hasil pilpres AS.
"Saya pikir itu memalukan, sejujurnya," kata Biden.
Hasil Pemilu
Joe Biden dipastikan melenggang ke Gedung Putih dengan 290 suara elektoral yang diraihnya sejauh ini di pilpres AS, mengakhiri kepemimpinan 4 tahun Donald Trump.
Kemenangan Joe Biden diberitakan oleh media-media ternama AS sepertiCNN, NBC News, danCBS News.
Trump belum berkomentar tentang hasil ini, tetapi petahana dari Partai Republik itu sudah berulang kali menyebut adanya kecurangan dan mengklaim dia yang menang, tapi pernyataannya tidak berdasarkan bukti.
Sementara itu Biden yang dipilih oleh lebih dari 74 juta rakyat AS, telah berkumpul dengan wapresnya, Kamala Harris, di kota asalnya di Wilmington, Delaware.
Lantas, apakah Donald Trump akan menyerah begitu saja?
Tidak memiliki rencana menyerah
Calon presiden dari Partai Republik, Donald Trump dan sekutunya menjelaskan satu hal, dia tidak berencana untuk menyerah dalam waktu dekat.
Dilansir dariReuters,Minggu (8/11/2020), Trump yang beberapa kali menuduh telah terjadi kecurangan namun tanpa bukti, berjanji untuk melanjutkan strategi hukumnya.
Dengan begitu, ia berharap akan membalikkan hasil suara di negara bagian yang memberi Biden kemenangan dalam pemungutan suara.
Para pembantu Trump dan sekutu Partai Republik, meski agak berkonflik tentang bagaimana melanjutkannya, sebagian besar mendukung strateginya.
"Fakta sederhananya adalah pemilihan ini masih jauh dari selesai."
"Joe Biden belum disertifikasi sebagai pemenang di negara bagian mana pun, apalagi negara bagian yang sangat diperebutkan menuju penghitungan ulang wajib, atau negara bagian di mana kampanye kami memiliki tantangan hukum yang valid dan sah yang dapat menentukan pemenang akhir," kata Trump.
Para sekutu dan penasihat presiden secara pribadi mengakui bahwa peluang mantan pengusaha New York untuk membalikkan hasil pemilu dan tetap di Gedung Putih sangat kecil.
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari