Advertorial

'Kuncian yang Baik untuk Pasar Keuangan,' Negara Berkembang Bisa Ambil Keuntungan dari Kemenangan Biden

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Penulis

Tertundanya kebijakan fiskal sangat mungkin mendorong Federal Reserve mengeluarkan kebijkan moneter yang lebih akomodatif
Tertundanya kebijakan fiskal sangat mungkin mendorong Federal Reserve mengeluarkan kebijkan moneter yang lebih akomodatif

Intisari-Online.com- Dengan 290 suara elektoral sementara yang diraih di pilpres AS, Joe Biden berhak melenggang ke Gedung Putih untuk menduduki kursi nomor satu "Negeri Paman Sam".

Biden unggul telak dari Trump yang belum beranjak dari 214 suara elektoral.

Begitu pun dari sisi suara populer (popular votes), Biden memimpin 50,6 persen berbanding 47,4 persen hingga Minggu (8/11/2020) dini hari WIB.

Terpilihnya eks Senator Delaware sebagai presiden baru Amerika Serikat itu juga diiringi sejumlah rekor, yang dipecahkannya dalam perjalanan memenangi pemilu AS.

Baca Juga:Kabar Baik, Tak Ada Lagi Zona Merah di DKI Jakarta, Begini Tanggapan Anies Baswedan, 'Kami Tak Berpatok Warna'

Setidaknya ada 4 rekor yang dipecahkan politisi kawakan yang akan berulang tahun ke-78 tersebut.

Berikut daftarnya...

1. Popular votes terbanyak sepanjang sejarah

Sebelum terpilih jadi presiden dengan menang pilpres Amerika 2020, Joe Biden sudah memecahkan rekor dengan meraup popular votes (suara populer) terbanyak sepanjang sejarah "Negeri Paman Sam".

Baca Juga:Pernah Ada Kista di Pergelangan Kakinya hingga Kesusahan Berjalan, Intelijen Korea Selatan Ungkap Kim Jong-Un Alami Masalah Obesitas, Per Tahun Naik 7 Kilogram

Pada 12 tahun lalu Obama mendapat 69.498.516 suara yang merupakan angka tertinggi sepanjang sejarah pemilu AS.

Lalu, sementara ini pada pemilu Amerika 2020 Biden yang merupakan wakil presiden dari Obama selama dua periode mendapat 74.857.880 (50,6 persen) suara.

Biden mengungguli Donald Trump yang mengumpulkan 70.598.535 suara (47,7 persen).

2. Demokrat menang di Georgia sejak 1992

Baca Juga:Ekonominya Tergolong Paling Rendah di Dunia, Pakar Sebut Pandemi Covid-19 Malah Bisa Untungkan Ekonomi Korea Utara Berlipat Ganda, Kok Bisa?

Diwartakan LA Times, Biden membawa Partai Demokrat menang di Georgia lagi sejak 1992.

Keunggulan tipisnya 49,5 persen berbanding 49,3 persen atas Trump membuat suami Jill Biden tersebut berhak atas 16 electoral votes.

Orang Demokrat terakhir yang berjaya di Georgia adalah Bill Clinton pada pilpres AS 1992.

Berpasangan dengan Al Gore, presiden ke-42 AS tersebut mengungguli pasangan George HW Bush-Dan Quayle.

Baca Juga:Berhasil Lengserkan Donald Trump, Begini Reaksi Pemimpin di Timur Tengah Terkait Kemenangan Joe Biden, 'Biden Lebih Fleksibel dan Rasional, Tapi...'

Di akhir pertarungan Clinton menang telak dengan 370 electoral votes berbanding 168 milik Bush.

3. Arizona membiru lagi sejak 1996

Phoenix New Timesmelaporkan, Biden juga membawa Demokrat menang di Arizona untuk pertama kalinya sejak 1996.

Dengan 1.626.953 suara, Biden mengungguli Trump 49,6 persen berbanding 48,9 persen suara dan berhak menggamit 11 electoral votes.

Baca Juga:'Vaksin Tak Akan Jadi Baju Besi Ajaib,' Diawali dengan Serangan Virus Corona, Pejabat AS Sebut Perang Dunia Ketiga Telah Dimulai

Kemenangan di Arizona ini mengulang memori indah Demokrat di negara bagian tersebut, saat Bill Clinton-Al Gore mencengkeramnya untuk memenangi pemilu Ameika 1996.

Keduanya kembali menang telak dengan total 379 electoral votes, kali ini melawan pasangan Bob Dole-Jack Kemp dari Republik.

4. Usia tertua

Saat dilantik pada 20 Januari 2021 Biden akan berusia 78 tahun dan menjadi presiden tertua AS sepanjang sejarah.

Baca Juga:Konon Memberi Perlindungan Pada Geng Kriminal Jika Diberi Sesajen Bagian Tubuh Manusia Ini, Inilah Santa Muerte 'Tuhan' yang Disembah Dalam Kepercayaan Geng Narkoba Meskiko

Menariknya, pria kelahiran 20 November 1942 itu bakal memecahkan rekor yang sebelumnya dipegang lawannya saat ini, Donald Trump.

Trump berusia 70 tahun saat ia dilantik sebagai presiden AS di Gedung Capitol, Washington.

Negara Berkembang Bisa Ambil Keuntungan dari Kemenangan Biden

Harapan stimulus fiskal Amerika Serikat (AS) yang besar nampaknya sedikit berkurang menyusul potensi gagalnya gelombang biru Partai Demokrat.

Baca Juga: Diklaim sebagai Orang yang Menyimpan Rahasia Besar Soal Invasi Indonesia ke Timor Leste, Perwira Militer Ini Jadi Buruan CIA, sampai Berakhir Bunuh Diri, Kabarnya pun Ditutup-tutupi Amerika

Pengamat pasar modal Hans Kwee mengatakan, Partai Republik diperkirakan masih akan mengontrol Senat dan Partai Demokrat di DPR AS.

"Hal ini berpotensi menyulitkan Biden dan Demokrat meloloskan kebijkan stimulus fiskal dalam jumlah besar.

Tertundanya kebijakan fiskal sangat mungkin mendorong Federal Reserve mengeluarkan kebijkan moneter yang lebih akomodatif," ujarnya, Minggu (8/11/2020).

Menurut dia, tambahan stimulus moneter dan suku bunga rendah dalam jangka panjang karena terbatasnya stimulus fiskal untuk membuat ekonomi AS sulit cepat pulih.

Baca Juga: Partai Masyumi Bangkit Lagi, Amien Raiz dan Rizieq Diajak Gabung, Mahfud MD: Masyumi Bukan Partai Terlarang

"Hal ini menjadi keuntungan bagi Pasar Negara berkembang," kata Hans.

Selain itu, stimulus fiskal yang besar juga menghalangi perubahan kebijakan yang radikal di AS.

Sehingga akan menyulitkan kenaikan pajak perusahaan dan perseroangan.

Kemudian, akan adanya pengawasan perusahaan yang lebih ketat, memperluas healthcare dan memerangi perubahan iklim dengan kebijakan grean energy.

"Hal ini merupakan kuncian yang baik, terutama untuk pasar keuangan karena bila terjadi kenaikan pajak perusahaan mendorong valuasi saham menjadi mahal dan berpotensi mendorong pasar saham AS terkoreksi," pungkasnya.

Baca Juga: Termasuk 'Pasukan Berjenggot' dari India, Ini 10 Pasukan Khusus Terbaik di Dunia, Beroperasi secara Rahasia Tapi Mematikan

(*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Negara Berkembang Bisa Ambil Keuntungan dari Kemenangan Biden

Artikel Terkait