Advertorial
Intisari-online.com -Politik Amerika Serikat sedang berada di ujung tanduk sekarang ini.
Pasalnya, pemilihan umum AS sedang dilaksanakan saat ini.
Tak hanya memilih partai mana saja yang menguasai senat dan DPR, pemilihan ini juga akan menentukan siapa Presiden dan Wakil Presiden AS selanjutnya.
Melansir Japan Times, ibukota AS sedang hadapi kondisi yang sangat tegang jauh dibandingkan sebelumnya.
Bahkan, ketegangan di Washington bisa jadi lebihi ketegangan semenjak Perang Sipil tahun 1860.
Washington tegang saat perang Watergate, tapi kondisi ini dikhawatirkan lebih mengerikan lagi.
Richard Nixon hampir buat AS lumpuh saat menguji sistem konstitusional.
Namun sebagai Presiden yang berasal dari latar belakang pengacara untuk pemerintah puluhan tahun, ia mengenali jika ada batas-batas yang tidak bisa dilampaui bahkan oleh Presiden AS sekalipun.
Namun kini, Trump tidak memiliki kesadaran itu.
Menurut Elizabeth Drew, jurnalis di Washington yang baru saja menerbitkan artikel di Washington Journal: Reporting Watergate and Richard Nixon's Downfall, setelah Donald Trump, Ibu Negara dan ajudan top presiden positif Covid-19, semakin banyak lagi ketidakpastian di Washington daripada yang pernah tercatat sejarah.
Krisis nonmedis yang sekarang dihadapi AS adalah Trump tidak mengenal batas.
Bahkan ada kemungkinan besar jika ia paham dan menghormati aturan konstitusi AS.
Baca Juga: Agar Tidak Bingung, Berikut Panduan Sederhana Memahami Pilpres AS 2020 3 November Besok
Trump secara ceroboh melanggar preseden dan norma-norma presiden.
Ia telah secara terus-terusan berusaha membungkam upaya yang mengecek perilakunya.
Ia bersikeras jika disebut dalam Artikel II Konstitusi "memberikan aku hak melakukan apapun yang aku inginkan".
Ia juga didukung oleh Jaksa Agung William Barr, jenis kepala penegakan hukum yang setia dan sangat diidam-idamkan Trump.
Hal ini tumbuhkan kekhawatiran baru, yang berkaitan dengan pemilu AS 2020 ini.
Jika ia kalah, banyak yang menyebut ia akan menyebut jutaan surat suara tidak sah.
Asumsinya adalah, karena Covid-19, banyak warga AS yang memilih mengirim suara mereka lewat surat jauh lebih banyak daripada tahun-tahun sebelumnya.
Kemungkinan besar mereka akan memilih Demokrat.
Sebelumnya, salah membaca opini publik sudah sering dilakukan Trump.
Trump menyalahkan pengiriman kurir pesan yang lama untuk mendiskualifikasi jutaan surat suara yang dikirim lewat pos.
Setelah menjadi senjata makan tuan, aktivitas ini seharusnya dihukum, tapi pengiriman surat tetap akan lebih lambat daripada sebelumnya.
Kemudian September lalu Trump mengatakan hasil pemilu akan lebih damai jika "kami menyingkirkan surat suara", entah apapun maksudnya.
Ia dan tim kampanyenya sekarang sedang memikirkan cara untuk membentuk atau menggugurkan hasil pemilu jika perlu.
Sedangkan tim Joe Biden sedang mendiskusikan bagaimana mengusir Donald Trump jika ia kalah tapi tidak mau pergi dari Gedung Putih.
Hal ini sudah tunjukkan betapa hancurnya pesta demokrasi salah satu negara paling demokrasi di dunia.
Lebih buruk lagi, sekarang sudah resmi UU yang melegalkan kepemilikan senjata tajam, hanya dengan keberuntungan semata senjata api tidak akan digunakan setelah pemilu ini.
Namun itu tidak menjamin, karena Trump telah mendorong kekerasan semenjak hari pertama ia menjabat, dan ia tidak tampak menurunkannya saat ini.
Pada debat kandidat presiden pertama ia memanggil kelompok supremasi kulit putih sayap kanan, Proud Boys, untuk "bersiap dan kokang senjata" yang indikasikan mungkin akan ada penggunaan senjata setelah hasil Pemilu keluar.
Temuan terbaru media New York Times telah tunjukkan kecurangan Trump dalam membayar pajak: ia hanya membayar pajak penghasilan tahun 2016 dan 2017, dan selanjutnya ia berhenti membayarnya.
Times juga laporkan bahwa Trump menerima bantuan finansial dari negara seperti Turki dan Arab Saudi.
Trump juga dilaporkan menyarakan asumsinya sendiri jika ia mendapat keuntungan dari pemerintahan Vladimir Putin, Rusia.
Dengan ini, Trump sudah menjadi pemimpin negara dengan hutang yang sangat besar, serta sebutan jika ia pebisnis ulung yang menjalankan negaranya hanyalah isapan jempol semata.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini