Advertorial
Intisari-online.com -Tidak dipungkiri, pemilihan Presiden AS akan mempengaruhi banyak negara.
Kedua kandidat presiden beserta seluruh administrasinya memiliki pendekatan yang berbeda dalam kebijakan luar negerinya.
Salah satunya adalah mengenai kebijakan Amerika terhadap Inggris ini.
Sehingga, hasil pemilihan Presiden AS justru lebih mengkhawatirkan bagi warga Inggris.
Lalu, apa yang menyebabkan hal tersebut?
Mengutip bbc.com, pemerintah AS memiliki dampak dalam setiap keputusan yang diambil oleh pemerintah Inggris.
Pasalnya, Amerika adalah salah satu penjamin perdamaian di negara persemakmuran tersebut.
Sampai saat ini, ketergantungan Inggris kepada Amerika telah mencapai titik di mana Inggris percaya untuk lakukan perjanjian perdagangan dengan AS.
Hal itu juga yang mendorong Inggris mengajukan aksi Brexit.
Brexit adalah singkatan dari 'British Exit', atau kebijakan Inggris untuk keluar dari anggota Uni Eropa.
Brexit bukanlah hal yang mudah diterima oleh masyarakat Inggris begitu saja, dengan kesepakatan perdagangan dari proposal asli anggota parlemen Theresa May ditolak.
Proposal tersebut mengajukan Inggris akan tetap selaras dengan standar dan aturan ekonomi Uni Eropa.
Hal itu ditolak oleh Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson.
Kabinet Inggris sempat khawatir saat DPR AS didominasi oleh Demokrat tahun 2018 lalu.
Tokoh penting di Kongres yaitu pelobi dari Irlandia, contohnya Gerry Adams di Washington DC, yang diberi tugas mengawasi kesepakatan perdagangan dengan AS.
Sejak saat itu, diplomat Irlandia di AS telah melobi anggota Kongres, dan membujuk mereka untuk melihat penghentian Brexit sebagai jaminan keamanan di Irlandia.
Kondisi sedikit berbeda ketika administrasi Trump mengambil alih kekuasaan.
Mereka terang-terangan ingin segera mengamankan perdagangan AS dan Inggris secepat mungkin, dan perjanjiannya pun meliputi mendorong Inggris untuk lepas dari standar pangan dan pertanian Uni Eropa.
Standar tersebut merugikan AS karena dilihat sebagai 'pelindung' yang memblokir kompetisi dari luar negeri.
Sudah diketahui bahwa Uni Eropa menjaga kestabilan ekspor dan impor mereka dengan hanya lakukan sirkulasi pangan di antara negara-negara mereka saja, dan itu membuat AS tidak bisa menembus pasar Uni Eropa.
Wakil Presiden AS, Mike Pence menyebutkan sendiri: "saat Uni Eropa keluar, kami akan masuk".
Pence juga sebutkan kepada pemimpin Irlandia, Leo Varadkar, memintanya untuk tunjukkan lebih banyak fleksibilitas atas Brexit.
Pada akhirnya, Irlandia menerima "mekanisme persetujuan" di mana penghentian yang telah direvisi dapat berakhir setelah empat tahun.
Kemungkinan ganti Presiden
Kini, ada kemungkinan Joe Biden menjadi presiden AS selanjutnya, kondisi bisa berubah dengan cepat.
Kesepakatan perdagangan sepertinya bukan prioritasnya, dan tercatat ia cukup skeptis dengan Brexit.
Tercatat lagi, rupanya Biden memiliki darah Irlandia, satu hal yang membuatnya kemungkinan akan lebih membela Irlandia.
Hal ini mengkhawatirkan bagi Inggris, karena Kongres Irlandia sekarang berani bertanya kepada Inggris, apa rencana mereka dalam aspek protokol Irlandia Utara.
Nancy Pelosi, ketua DPR dan juga penasihat Joe Biden, telah menyatakan bahwa Kongres akan lakukan veto jika Inggrsi melanggar perjanjian internasional.
Pemimpin Kongres juga telah menulis surat ke Boris Johnshon untuk memperjelas pandangan mereka.
Persiapan keluar dari Uni Eropa
Boris Johnson sedang mempersiapkan untuk keluar dari Uni Eropa secara resmi pada akhir tahun ini.
Hubungan AS dan Inggris tentunya akan menyinggung Uni Eropa, terutama Irlandia.
Kedua negara tersebut memiliki suara yang sama dalam hal perubahan iklim dan sikap kepada Iran, dan menjunjung tinggi demokrasi dan perdagangan bebas internasional.
Biden sebenarnya juga menawarkan hal tersebut, tapi jika ia terang-terangan mendukung Inggris keluar dari Uni Eropa, hal itu tentunya akan menyakiti negara-negara Uni Eropa, terutama Irlandia, yang mana ia sendiri adalah keturunan dari negara tersebut.
Sedangkan Trump menawarkan keistimewaan: keistimewaan disanjung-sanjung betapa hebatnya Inggris dan bagaimana Inggris sudah tidak membutuhkan Uni Eropa lagi.
Bagaimanapun hasilnya nanti, presiden AS selanjutnya akan mempengaruhi politik dan perdagangan di benua Eropa.
Pentingnya Brexit untuk Inggris
Ada satu alasan yang menyebabkan Inggris ingin lepas dari Uni Eropa.
Beratus-ratus tahun negara tersebut berdiri dengan tipe persemakmuran, Inggris telah kehilangan perannya.
Enam puluh tahun yang lalu, Dean Acheson mengamati jika Inggris telah "kehilangan kerajaannya dan tidak memiliki peran penting di dunia".
Sedangkan Boris Johnson membenci ungkapan "hubungan istimewa" baik antara Inggris dengan Uni Eropa maupun Inggris dengan Amerika, karena tunjukkan jika mereka membutuhkan dukungan salah satu dari dua pihak tersebut.
Ia ingin Inggris berdiri sendiri dan menjadi negara yang penting lagi.
Secara pribadi, Johnson juga lebih dekat dengan Trump. Ia pernah disebut oleh Biden sebagai 'kloning' Trump, dan Johnson pernah bertanya apakah Barrack Obama adalah warisan 'bagian-Kenya' yang pernah dijajah Inggris.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini