Advertorial
Intisari-Online.com - Jalan mulus dilalui Ehud Olmert, seorang mantan wartawan yang kemudian sukses meniti karier, hingga menjadi perdana menteri Israel.
Jika dibandingkanPerdana Menteri Israel Ariel Sharon yang dikenal sebagai ‘Penjagal dari Beirut’, latar belakang kehidupan dan karier politik Ehud Olmert jauh lebih bersih, mulus, dan tanpa melewati banjir darah.
Ehud Olmert yang mengantongi tiga gelar akademis itu lahir 30 September 1945 di Binyamina.
Berkat latar belakang pendidikannya yang gemilang, Olmert berhasil membuka praktik pengacara di Yerusalem.
Selayaknya warga Israel yang terkena wajib militer, Olmert menggabungkan diri di satuan infantri Brigade Golani berpangkat perwira.
Beberapa pertempuran yang melibatkan Olmert sempat membuatnya terluka.
Namun, kisah perang itu tak seheroik Ariel Sharon yang pernah terluka di kepala dalam Perang Enam Hari dan menjadi simbol perlawanan Israel.
Selain sebagai militer, Olmert juga berprofesi sebagai jurnalis dan dikenal sebagai pengamat militer yang andal.
Pada 1973 sebagai anggota Partai Likud, karier politik Olmert mulai menunjukkan prestasinya ketika terpilih sebagai anggota Knesset (senat).
Pengangkatan Olmert sebagai anggota Knesset seolah menghapus skandal pencemaran yang melibatkan sejumlah pengusaha Yerusalem yang terjadi pada 1970.
Sejumlah jabatan yang pernah diraih Olmert di Knesset antara lain, menteri yang bertanggung jawab atas urusan minoritas, menteri kesehatan, komite urusan luar negeri, komite keuangan, pendidikan dan anggaran.
Pada periode 1993-2003, sebagai anggota Partai Likud, Olmert sekali lagi menunjukkan prestasinya dan terpilih sebagai Walikota Yerusalem.
Banyak kemajuan yang diciptakan Olmert atas kota Yerusalem. Meski ia juga dapat kecaman karena sejumlah jabatan penting seganja diberikan kepada orang-orang dari Partai Likud.
Tahun 2005 Olmert diangkat sebagai menteri keuangan menggantikan Benyamin Netanyahu yang segaja mengundurkan diri.
Netanyahu memprotes penarikan pasukan Israel dari Jalur Gaza dan upaya Ariel Sharon yang ingin memecah Partai Likud.
Ketika Ariel Sharon terpilih lagi sebagai PM, posisi Olmert yang merupakan tangan kanan Ariel adalah sebagai wakil PM.
Jabatan wakil PM tak berlangsung lama karena sekitar empat bulan kemudian setelah Ariel kena stroke, Olmert naik sebagai PM Israel ke-12.
Prestasi sebagai PM ini merupakan puncak karier Olmert.
Namun kejayaan itu terancam pudar setelah Olmert memerintahkan pasukan Israel menggempur Hizbullah di Lebanon.
Pasalnya gempuran habis-habisan untuk membebaskan dua tentara Israel dari tangan Hizbullah itu teryata gagal total.
Secara politik dan militer, pasukan Israel bahkan terpukul mundur dari Jalur Gaza dan pamor Hizbullah bahkan makin meroket di mata duni internasional. (Moh Habib Asyhad)
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari