Advertorial
Intisari-Online.com - Bukan China, tapi justru Iran dan Rusia yang disebut ikut campur dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) yang sebentar lagi bakal digelar.
Melansir 24h.com.vn (22/10/2020), Direktur Intelijen Nasional AS, John Ratcliffe, menyebut Rusia dan Iran sebagai dua negara yang "memiliki tindakan khusus untuk mempengaruhi opini publik Amerika dalam pemilihan umum tahun ini", menurut Daily Mail.
Ratcliffe mengatakan Rusia dan Iran telah mempelajari dan menggunakan informasi pendaftaran pemilih AS untuk menargetkan warga Amerika dan "memicu kerusuhan sosial".
"Data ini digunakan oleh kekuatan luar untuk menyebarkan informasi palsu, menyebabkan kebingungan dan kekacauan dalam opini publik Amerika", kata Ratcliffe pada konferensi pers.
Sementara itu, awal pekan ini, banyak pemilih Demokrat AS menerima email adegan dari Proud Boys, sebuah kelompok sayap kanan yang mendukung Trump.
Email itu mengatakan "mereka akan menanggung konsekuensi jika mereka tidak memilih Tuan Trump".
Mereka yang menerima email tersebut diantaranya warga Alaska, Arizona, Florida dan Pennsylvania.
Negara-negara tersebut merupakan negara bagian medan perang, yang menentukan hasil pemilu tahun ini, kecuali Alaska.
Baca Juga: Berikut 4 Cara Mengatasi Hidung Tersumbat, Termasuk Mandi Air Panas
“Anda akan memilih Trump atau kami akan memburu Anda. Kami akan tahu siapa yang Anda pilih. Jika itu Anda, kami menganggap ini sebagai masalah serius ”, tulis konten dalam email tersebut.
Ratcliffe membenarkan bahwa Iran berada di balik email ancaman di atas, "yang bertujuan untuk membingungkan pemilih AS dan merusak reputasi Presiden Trump".
Ia mengungkapkan bahwa Iran juga menyebarkan berita palsu lainnya.
"Selain itu, Iran menyebarkan berita palsu lainnya, sebuah video yang mengatakan bahwa individu dapat memilih secara curang, bahkan dari luar negeri," kata Ratcliffe.
Baca Juga: Cara Agar Tak Ketahuan Selingkuh di WhatsApp, Coba Fitur Satu Ini Yuk!
Ratcliffe menegaskan bahwa klaim dalam pesan tersebut tidaklah akurat.
"Video itu dan klaim apa pun yang terkait dengan penipuan suara tidak akurat."
Namun, Direktur Badan Intelijen Nasional AS tidak merinci tindakan apa yang diambil Rusia setelah mengetahui tentang informasi pendaftaran pemilu para pemilih AS.
"Ini adalah tindakan lawan yang nekat," kata Ratcliffe dalam konferensi pers yang dihadiri oleh Direktur FBI Chris Wray.
Ratcliffe menegaskan bahwa AS akan membuat negara asing membayar harga untuk campur tangan pemilu pada tahun 2020.
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari