Intisari-Online.com - Perannya dalam mengamankan Timor Leste ketika terjadi kerusuhan usai referendum tahun 1999 membuat Australia tampil
bak pahlawan.
Seperti diketahui, kerusuhan pecah usai referendum Timor Leste tahun
1999 yang menunjukkan hasil bahwa mayoritas warganya menolak integrasi
dengan Indonesia, dengan kata lain menginginkan kemerdekaan.
Diyakini militan pro-integrasi memulai serangan terhadap warga sipil dan
meluas menjadi kerusuhan di seluruh Timor Leste, saat itu dikenal Timor
Timur.
Kerusuhan yang diduga menewaskan 1.400 penduduk tersebut kemudian membuat PBB menurunkan pasukan resminya, bernama Interfet, untuk membangun dan memelihara perdamaian di Timor Leste.
Meskipun merupakan pasukan resmi PBB, namun sebagian besar pasukan
tersebut terdiri dari personel Angkatan Pertahanan Australia.
Itulah bagaimana Australia dapat mengaku pahlawan bagi Timor Leste
dalam upayanya membangun hubungan diplomatik dengan negara tetangganya.
Namun, rupanya pemerintah Australia pernah menolak untuk menawarkan tempat berlindung yang aman kepada ribuan orang Timor Leste pro-kemerdekaan setelah negara tersebut merdeka.
Melansir smh.com.au (2/1/2020), pemerintah Howard menolak untuk menawarkan tempat berlindung yang aman kepada sekitar 1.500 orang Timor-Leste pro-kemerdekaan yang diyakini oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa terancam di Indonesia.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR