Advertorial

Lain di Mulut Lain di Hati Militer Indonesia saat Kemerdekaan Timor Leste, Klaim Patuh dengan Habibie, tapi Malah 'Main Belakang' dengan Bekali para Milisi dengan Ini

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Intisari-Online.com - Pada Januari 1999, presiden baru Indonesia, BJ Habibie, mengumumkan bahwa Timor Lorosa'e dapat memiliki otonomi luas atau pemisahan cepat dari Indonesia.

Namun, pemerintahnya tidak mau membiarkan pasukan internasional yang dipimpin PBB masuk sebelum diputuskan.

“Jenderal Wiranto telah menyatakan… secara terbuka… bahwa militer akan dengan patuh mendukung keputusan pemerintah, tetapi banyak yang mencurigai dukungan militer itu tidak apa-apa,” kata pengarahan kedutaan.

Penilaian itu benar, dan ratusan dokumen selama berbulan-bulan mengungkapkan bahwa para pejabat AS telah mengumpulkan bukti dan membentuk pandangan bahwa militer Indonesia mempersenjatai milisi.

Baca Juga: Greater Sunrise, Ladang Minyak Raksasa Tumpuan 'Harapan Hidup' Timor Leste, Apa Saja yang Terjadi dengan Kawasan yang Menyimpan Cadangan Minyak Bernilai Miliaran Dolar Itu?

Pada Februari 1999, sebuah laporan intelijen departemen luar negeri mengutip pejabat kedutaan Jakarta yang mengatakan bahwa militer Indonesia "mempersenjatai kelompok-kelompok kecil paramiliter Timor-Leste" dan bahwa personel militer berpakaian preman berpartisipasi langsung dalam kelompok-kelompok itu.

Pada bulan Maret, intelijen militer mencatat adanya “hubungan dekat” antara militer dan milisi lokal, “banyak yang diciptakan oleh perwira Pasukan Khusus dan Intelijen Indonesia”.

Secara khusus disebutkan “Keputusan Wiranto pada awal 1999 untuk memberikan ratusan senjata kepada kelompok milisi”.

Dikatakan markas distrik setempat telah memasok amunisi, logistik, dan saran.

Baca Juga: Timor Lesta Hanya Bisa Gigit Jari Ketika Lumbung Uangnya Digarong Australia, Lembaga Ini Ungkap Inilah Jumlah Uang dari Minyak Bumi yang Dicuri Australia dari Timor Leste

Pada bulan April, situasi di Timor Timur memburuk secara drastis.

Pada hari-hari setelah pembantaian 6 April di Liquica, Roth menulis kepada pemimpin kemerdekaan Xanana Gusmao dan berkata bahwa dia telah berulang kali “mendesak pemerintah Indonesia untuk melucuti senjata milisi sipil” dan akan melakukannya lagi.

Dia juga memperingatkan Gusmao tentang retorikanya sendiri yang mungkin mengipasi ketegangan.

Baca Juga: Indonesia Menginvasi Timor Timur di Era Soeharto, Tapi Sosok Ini Pernah Katakan Jasa Presiden ke-2 RI Tidak akan Terlupakan oleh Rakyat Timor Leste

Kekerasan memburuk dan kabel diplomatik menunjukkan peringatan dari sumber Portugis bahwa serangan diperkirakan terjadi pada akhir pekan tanggal 16 April - ketika milisi pro-integrasi menguasai Dili dengan dukungan pasukan keamanan Indonesia, termasuk berbagi transportasi, dan melakukan pembantaian Carrascalao.

Militer dan polisi "tidak mengambil langkah untuk menghentikan kekerasan" dengan seorang komandan militer dilaporkan menyatakan militer "netral", kata penjelasan kedutaan.

Sebuah rapat umum pagi mendengar seruan untuk pembersihan pegawai negeri dan menyatakan perang terhadap "kehadiran internasional di Timor Lorosa'e, terutama jurnalis".

Baca Juga: Media Inggris Sampai Keheranan, Meski Timor Leste Miskin, Rakyatnya Banyak yang Menderita Malnutrisi Hingga Penyakit Kronis, Justru Berhasil Kalahkan Virus Corona, Ini Rahasianya!

Roth segera menghubungi menteri luar negeri Indonesia, Ali Alatas, dan mencatat "banyak senjata ditemukan di sana dari militer ke kelompok paramiliter".

Sementara dia tidak mengatakan Wiranto atau Habibie terlibat langsung, “terlalu banyak laporan (militer) yang bekerja sama dengan milisi”, dan harus ada pelucutan senjata dari kedua belah pihak.

“ABRI terus mengambil sedikit atau tidak sama sekali tindakan untuk menekan kekerasan di daerah kerusuhan,” membaca ringkasan intelijen militer tentang perkiraan pembunuhan lebih dari 50 orang dalam tiga hari.

Baca Juga: Sebelum Tragedi Santa Cruz 1991: Pemerintah Indonesia Gagalkan Kunjungan Portugal Gara-gara Wartawan Ausralia Ini, Memicu Kemarahan Kelompok Pro-Kemerdekaan Timor Leste

Pada akhir April, UE telah mengikuti seruan agar Indonesia mengizinkan PBB masuk.

Pada awal Mei, CIA menambahkan penilaiannya bahwa rencana Habibie untuk Timor Timur mendapat sedikit dukungan dari kalangan militer senior, termasuk Wiranto.

“Wiranto… tidak mengambil tindakan apa pun terhadap milisi sipil pro-integrasi atau disiplin terhadap unit militer lokal yang, jika tidak bersekongkol, setidaknya telah mentolerir kelompok-kelompok ini,” katanya.

Baca Juga: Cerita Pemuda Timor Leste yang Selamat dari Peristiwa Pembantaian Santa Cruz, Peluru Masih Bersarang di Pinggangnya Tapi Takut Dioperasi oleh Anak Tentara Indonesia

“Wiranto telah berulang kali berjanji bahwa militer adalah kekuatan netral, tetapi komandan lokal akan membutuhkan setidaknya persetujuan diam-diam dari markas besar di Jakarta untuk memberikan kebebasan terang-terangan kepada milisi yang telah mereka nikmati.”

(*)

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait