Advertorial
Intisari-online.com -Italia adalah salah satu negara indah di Eropa yang terkenal dengan masakan dan wisata yang menyenangkan.
Jika Anda pernah kunjungi Italia, pasti pernah mendengar Campo de' Fiori.
Tempat itu selalu ramai dikunjungi pada 17 Februari,
Massa berkumpul di Campo de' Fiori, tepatnya di kota Roma.
Mereka menaruh puisi, lilin dan rangkaian bunga di kaki patung.
Patung itu menatap tajam Vatican dari bawah tudung kepalanya.
Siapakah sosok yang dibuat patung tersebut?
Ialah Giordano Bruno, sosok filosofis modern yang mendapat pertentangan oleh Eropa konservatif pada waktu itu.
Mengutip Guardian, Bruno dibakar hidup-hidup oleh The Inquisition.
Bagi yang belum tahu, The Inquisition adalah pasukan khusus yang dibentuk oleh Gereja Katholik untuk menghukum dan menghapus 'klenik' yang tidak sesuai dengan ketentuan Gereja Katholik.
The Inquisition bekerja di seluruh Eropa dan Amerika, dimulai sejak abad ke-12 dan berlanjut beratus-ratus tahun lamanya.
Mereka terkenal karena kekejamannya menyiksa dan membunuh kaum Muslim dan Yahudi.
Bruno dibakar oleh pasukan The Inquisition di tempat tersebut pada tahun 1600.
Kejahatan 'klenik' yang dimilikinya adalah beberapa buku mengenai teori heliosentris yang diperkenalkan oleh Copernicus.
Ia juga memiliki teori bahwa alam semesta itu tidak terhingga dan mengandung berbagai macam dunia lain.
Dengan bahasa yang lebih sederhana, ia merupakan sosok ilmuwan pada zaman itu.
Memang sudah bukan rahasia lagi jika sepanjang sejarah Gereja Katholik selalu menekan para ilmuwan dan teori ilmiah mereka.
Gereja Katholik pada zaman itu selalu membuat kondisi bahwa ilmu dan agama tidak bisa berjalan bersamaan.
Tuduhan yang diberikan mirip dengan yang digunakan untuk menghukum Galileo 16 tahun kemudian.
Namun sayang, Bruno tidak mengalami keberuntungan seperti Galileo yang hukumannya dicabut.
Pembelaannya telah memberikan nuansa heroik saat eksekusinya.
Seorang saksi di sidangnya mengatakan, saat hukuman mati diumumkan, Bruno membalas: "Kau akan lebih takut membawa hukuman itu kepadaku daripada aku sendiri yang menerimanya."
Nyatanya, teorinya mengenai alam semesta yang tidak terbatas memberikannya reputasi di era modern ini sebagai martir ilmu pengetahuan modern.
Ahli fisika Neil deGrasse Tyson membuka seri TV tahun 2014 berjudul Cosmos: A Spacetime Odyssey dengan sebuah episode yang dikhususkan untuk Bruno dan posisi pentingnya di sejarah perkembangan ilmu pengetahuan.
Tyson tapi tidak menyebutkan fakta bahwa Bruno juga tertarik dengan ilmu sihir kuno seperti ia tertarik dengan astronomi.
Brian Cox juga menceritakan kematian Bruno dengan bukunya yang laku keras, Human Universe.
Meski begitu, Cox menyimpulkan bahwa "kontribusinya kepada ilmu pengetahuan dipertanyakan, ia lebih cocok disebut pemikir bebas daripada ilmuwan."
Namun, Bruno menjadi sosok yang terkenal sebagai pendulang kebebasan berekspresi di Italia dan negara Eropa yang lain.
Dalam sebuah acara perkumpulang di London untuk Teater Bebas Belarusia, aktivis Nadya Tolokonnikova dari Pussy Riot memberikan pidato tentang betapa kuatnya Bruno sebagai pahlawan kebebasan berekspresi.
Baca Juga: 5 Fakta Kontroversial Raja Thailand Maha Vajiralongkorn, 'Don Juan' yang Tubuhnya Dipenuhi Tato
Tolokonnikova juga mengatakan bahwa wanita-wanita muda di Rusia, meski ditekan oleh Vladimir Putin, seharusnya terinspirasi oleh seorang biarawan Dominika abad ke-16 yang dicopot, sebagai bukti bagaimana Bruno hampir menjadi mitologi.
Penulis Stephanie Merrit telah menulis serial novel mengenai Bruno selama 11 tahun ke belakang.
Namun dia telah lama melepaskan imajinasi penulis naskah dan novelis, termasuk James Joyce, Oscar Wilde dan Bertolt Brecht.
Victor Hugo berkontribusi terkait kampanye untuk patung Campo de' Fiori in abad ke-19, sebuah kampanye terdaftar yang dipimpin oleh siswa yang melihat Bruno sebagai sosok pembebas Roma.
Murid-murid tersebut bahkan memberinya penghargaan dengan memprediksi pembebasannya.
Prasasti alas patung tersebut terbaca: "untuk Bruno, dari generasi yang ia predikis, di sini, di mana kayu api terbakar."
Gerakan massa untuk menghormatinya yang dilaksanakan di tahun 2019 lalu di Campo de' Fiori diatur oleh Asosiasi Nasional Pemikir Bebas, tapi tiap tahunnya acara itu menarik berbagai kalangan: ateis, anarkis, rasionalis, pemercaya mistik dan pereformasi Katolik.
Ada juga delegasi dari otoritas kota yang berikan rangkaian bunga, buktikan jika pemerintah telah mengakui teorinya, tapi hubungan Bruno dengan pihak berwenang tetap tidak nyaman.
Berabad-abad reputasinya ditekan oleh Vatikan, catatan persidangannya dirahasiakan, dan ia tidak diberikan permintaan maaf pada perayaan kematiannya yang ke-400 pada tahun 2000, atas dasar ia telah menyimpang terlalu jauh dari doktrin Kristen sehingga tidak pantas mendapatkannya.
Sampai saat ini mungkin sudah ada jalan, tempat publik dan sekolah dinamakan darinya di seluruh Italia, tapi bagaimanapun ia tetap orang luar, simbol dari pemberontakan semata.
Saat ini hanya sedikit yang membaca buku Bruno, cerita hidupnya dan kematiannya memiliki koherensi dan penyampaian yang tidak tersampaikan lewat tulisan filosofisnya.
Namun satu dari temanya yang konsisten adalah perkembangan filosofi agama yang dapat menjembatani pembagian antara Katholik dan Protestan, dan bahkan menyelesaikan konflik agama yang emmecah Eropa di akhir abad ke-16.
Ia mendekati sejumlah pemimpin Eropa, termasuk Elizabeth I, berharap mendapatkan dukungan untuk ide toleransi dan persatuan, tapi ia selalu gagal.
Bruno menghabiskan separuh hidupnya di pengasingan, menghindari The Inquisition, mencari suaka di seluruh Eropa, terpaksa pindah setiap beberapa tahun.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini