Maksi juga beberapa kali memberi tumpangan gratis buat warga yang pulang beraktivitas di kebun.
Dari hasil ojek, Maksi mampu meraup pendapatan mulai dari Rp 100.000 hingga Rp 250.000 per harinya.
Meski dalam masa pandemi Covid-19, tapi pendapatan dari hasil ojek malah lebih meningkat.
Maksi sangat terbantu dengan jaringan Telkomsel sebagai satu-satunya provider yang menjangkau hingga daerah pelosok maupun perbatasan.
"Khusus di Desa Haumeni, sinyal Telkomsel baru bisa diterima dengan baik pada April 2020. Itu bertepatan dengan masuknya virus corona di Indonesia," ungkap Maksi, kepada Kompas.com, yang mengikuti aktivitasnya seharian.
Sebelumnya, dia bersama warga lainnya yang ingin menelepon, harus pergi ke desa tetangga yang berjarak tiga sampai empat kilometer.
Ditambah lagi, sinyal di wilayah desa mereka, malah 'dikuasai' oleh sebuah provider asal Timor Leste.
Akibatnya, jika telepon mereka dihidupkan dan menerima serta membuka pesan masuk, maka seluruh isi pulsa langsung terkuras habis.
Kondisi itu berpengaruh terhadap pemasukannya sebagai tukang ojek pangkalan, karena langganannya tidak bisa menghubunginya dengan cepat melalui telepon.
Pemasukannya pun, sehari paling tinggi Rp 70.000. Itu juga harus turun ke Kota Kefamenanu dan bersaing dengan ratusan ojek lainnya.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR