Menguatkan sinyal di perbatasan
Menguatnya sinyal di sepanjang perbatasan juga disampaikan Bupati TTU Raymundus Sau Fernandes saat dihubungi melalui telepon seluler.
Raymundus mengakui, keadaan sinyal saat ini jauh lebih bagus dibandingkan beberapa tahun lalu.
Namun, kata Raymundus, tidak semua wilayahnya memiliki jaringan yang bagus.
Kalau pun ada, sinyalnya sangat lemah sehingga sulit diakses.
"Karena itu, kita harapkan perhatian dari Kementerian Kominfo untuk menaikan kapasitas BTS pemancar yang berada di sepanjang perbatasan," kata Raymundus.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi NTT Abraham Maulaka, mengatakan, hingga saat ini, terdapat 645 titik di wilayah NTT tidak ada sinyal atau masuk dalam area blank spot.
Ratusan titik itu tersebar di semua Kabupaten di wilayah NTT, kecuali Kota Kupang.
Pemerintah Pusat melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika akan segera menangani persoalan itu.
Pada tahun 2020 ini, akan dibangun 212 BTS dan tahun 2021 mendatang, akan dibangun 421 BTS.
"Sehingga target pemerintah pusat, pada tahun 2021 mendatang 645 titik itu akan ada sinyal, termasuk jaringan internet," ujar Abraham.
Dihubungi secara terpisah Spv Corporate Communication Telkomsel wilayah Bali-Nusa Tenggara Luh Putu Dian Wahyundari, menuturkan, hingga saat ini, pihaknya telah memasang lebih dari 70 Base Transceiver Station (BTS) di daerah perbatasan dengan Timor leste.
Puluhan BTS dan tower tersebut, kata Dian, tersebar di sejumlah kabupaten yang berbatasan dengan Timor Leste yakni Kabupaten Kupang, Belu, Malaka, termasuk TTU.
"Khusus untuk Kabupaten Timor Tengah Utara, lebih dari 65 BTS yang terpasang," ujar Dian.
Pihaknya punya beberapa rencana pengembangan lagi di daerah perbatasan.
Salah satu contoh yang saat ini berlangsung adalah penambahan site Oepoli di Kabupaten Kupang.
"Jadi, untuk pengembangannya, lebih kepada penambahan site dan tentunya maintain (memelihara) jaringan eksisting," ujar dia.
Pihaknya berharap bisa memberikan jaringan yang baik terus, untuk warga yang tinggal di daerah perbatasan.
Dengan adanya perhatian dari pemerintah dan sejumlah pihak terkait di wilayah mereka, Jorovicus dan Maksi semakin yakin, sebagai warga yang tinggal di beranda Negara Kesatuan Republik Indonesia, akhirnya mendapat perlakuan yang sama dengan warga di kota lainnya.
Keduanya berharap, barometer ekonomi Indonesia jangan hanya dilihat di kota besar, tapi di pelosok negeri termasuk juga di daerah perbatasan dengan negara lain.
Matahari semakin condong ke barat, semburat sinarnya menyoroti sisi kanan sepeda motor Revo Fit yang dikendarai Maksi, memunculkan siluet indah di sore itu.
Maksi pulang ke rumah dengan sebuah harapan baru, untuk hidup lebih baik di tengah pandemi corona.(*)
Artikel ini pernah tayang di Kompas.com dengan judul "Kami Baru Merasakan Kemerdekaan, Saat Sinyal Indonesia Mengalahkan Timor Leste."
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR