Advertorial
Intisari-Online.com – Saat ini yang bisa dilakukan di tengah pandemi Covid-19 adalah menjaga kesehatan diri agar tidak terinfeksi, dan tetap waspada.
Namun, bagaimana bila akhirnya kita terinfeksi virus corona tersebut?
Yang paling utama dilakukan adalah jangan panik, setelah itu melakukan isolasi mandiri atau mendapatkan pengobatan yang seharusnya.
Mungkinkah bila seseorang yang sudah pernah terinfeksi Covid-19 dapat terkena virus ini lagi?
Menurut laporan kasus baru yang diterbitkan di Lancet Infectious Diseases, seseorang tidak hanya berpeluang terinfeksi Covid-19 dua kali, tetapi juga bisa lebih parah ketika terinfeksi untuk kedua kalinya.
Namun, beberapa ahli meningatkan bahwa masih banyak yang harus dipelajari tentang reinfeksi Covid-19, dan bahwa kasus yang muncul dalam pemberitaan kemungkinan besar tidak mewakili sebagian besar pengalaman dengan virus ini.
"Kami masih belajar tentang biologi virus dan biologi kami sendiri dalam hal menangani virus,” kata rekan penulis studi yang juga Direktur Laboratorium Kesehatan Masyarakat Negara Bagian Nevada, Mark Pandori, seperti dilansir TIME.
Studi itu merinci kasus seorang pria berusia 25 tahun yang tinggal di Nevada. Dia awalnya dinyatakan positif Covid-19 pada bulan April.
Gejala batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala, mual, dan diare yang dialaminya hilang pada akhir April, dan kemudian dinyatakan negatif Covid-19.
Namun, pada akhir Mei, dia mulai mengalami gejala yang sama lagi.
Pada awal Juni, dia dirawat di rumah sakit dan dinyatakan positif Covid- 19.
Tetapi, ketika terinfeksi untuk kedua kalinya, kasus yang dialami cukup serius sehingga dokter harus memberinya oksigen untuk bantuan pernapasan.
Pengurutan genetik menemukan perbedaan yang signifikan antara sampel virus yang diambil pada bulan April dan Juni.
Menurut laporan, artinya hampir pasti dia terinfeksi dua kali oleh virus yang tidur dalam sistemnya setelah serangan penyakit pertama.
Secara global, beberapa penelitian sebelumnya telah mendokumentasikan contoh nyata lainnya dari reinfeksi Covid-19.
Ada beberapa hal yang bisa dipelajari.
Salah satunya, infeksi ulang bisa terjadi dalam kurun waktu yang cukup cepat seperti hanya 48 hari berlalu antara tes positif pertama dan kedua yang dilakukan pasien.
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa antibodi virus corona bertahan setidaknya tiga bulan.
Namun, para peneliti dan pejabat kesehatan masyarakat berulang kali mengatakan bahwa belum ada cukup bukti untuk mengatakan seberapa baik antibodi Covid-19 dan berapa lama mampu melindungi orang dari infeksi di masa depan.
Pasien Nevada tidak dites untuk antibodi Covid-19 pada bulan April, jadi tidak bisa dipastikan apakah dia memiliki reaksi kekebalan yang normal saat pertama kali terkena virus.
Namun, dia dinyatakan positif antibodi pada bulan Juni.
Pengalaman pasien Nevada itu juga menunjukkan bahwa kasus reinfeksi bisa saja bisa lebih serius daripada yang pertama.
Dalam beberapa laporan sebelumnya, orang yang terkena Covid-19 dua kali tampaknya memiliki kasus yang lebih ringan atau bahkan tanpa gejala ketika terinfeksi kedua kalinya.
Ini menunjukkan bahwa infeksi sebelumnya mungkin memberi beberapa perlindungan kekebalan.
Nah, studi baru mempertanyakan apakah efek itu selalu terjadi atau tidak. Asisten profesor epidemiologi di Harvard T.H. Chan School of Public Health, Dr. Michael Mina, menjelaskan melalui Twitter bahwa apa yang dialami pasien Nevada bisa jadi kebetulan.
Satu kasus reinfeksi serius dari lebih dari 7,8 juta kasus Covid-19 di Amerika Serikat menurutnya sangat jarang terjadi.
“ Reinfeksi sangat penting untuk membangun sistem kekebalan kita. Tapi seperti apa pun, ketika cukup banyak orang yang terpapar ulang, akan ada kasus langka di sana-sini, di mana seseorang itu bisa saja lebih sakit ketika terinfeksi untuk kedua kalinya," tulis Mina.
Dalam komentar yang menyertai studi baru tersebut, seorang profesor imunobiologi di Fakultas Kedokteran Universitas Yale, Akiko Iwasaki mencatat bahwa kemungkinan ada banyak infeksi sekunder ringan atau asimtomatik yang tidak terdeteksi.
"Karena kurangnya pengujian dan pengawasan yang luas, kami tidak tahu seberapa sering infeksi ulang terjadi di antara individu yang sembuh."
“Kasus infeksi ulang asimtomatik hanya dapat ditemukan melalui uji komunitas rutin, misalnya, dan kita mungkin meremehkan jumlah infeksi ulang asimtomatik itu," tulisnya.
Tak perlu panik
Meski ada kasus reinfeksi yang lebih serius daripada kasus pertama, namun rekan penulis studi, Pandori, mengatakan studi baru ini bukanlah alasan untuk panik dan tidak boleh menggoyahkan kepercayaan publik terhadap vaksin yang akan datang.
"Sementara (studi ini) mungkin berbicara tentang kekebalan alami tubuh, kekebalan berbasis vaksin seringkali sangat berbeda dari itu," kata Pandori.
Namun, studi baru tersebut perlu menggarisbawahi bahwa kekebalan terhadap Covid-19 tidak dapat dijamin, bahkan untuk orang yang sudah pernah terinfeksi. Infeksi ulang mungkin saja terjadi dan potensi itu harus ditanggapi dengan serius.
"Orang yang pernah terjangkit Covid-19 tetap perlu disiplin menjaga jarak dan memakai masker, seolah tidak pernah mengalaminya,” kata Pandori. (Nabilla Tashandra)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Seseorang Mungkin Terinfeksi Covid-19 Dua Kali, dan Bisa Lebih Serius"
Baca Juga: Dulu Tertular dari Cucunya, Nenek Berusia 100 Tahun Sembuh dari Covid-19, Netizen Turut Bergembira
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari