Advertorial
Intisari-Online.com -Hari ini, Jumat (2/10/2020), tepat tujuh bulan pandemi Covid-19 melanda Indonesia.
Hingga saat ini, belum ada tanda-tanda turunnya angka penularan virus corona.
Pemerintah memperlihatkan bahwa jumlah kasus Covid-19 terus meningkat saat ini, dengan penambahan pasien masih di atas 4.000 orang.
Berdasarkan data pemerintah pada Jumat ini pukul 12.00 WIB, terdapat penambahan 4.317 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir.
Penambahan itu menyebabkan jumlah kasus Covid-19 di Indonesia kini mencapai 295.499 orang, terhitung sejak diumumkannya pasien pertama pada 2 Maret 2020.
Bahkan, kasus infeksi virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 pada anak di Indonesia adalah yang tertinggi di Asia.
Kasus anak di Indonesia yang terinfeksi Covid-19 per 10 Agustus 2020 sudah mencapai 3.928 anak dan meninggal sebanyak 59 anak yang merupakan kasus tertinggi di Asia.
Data kasus positif Covid-19 pada anak usia 0-5 tahun sebanyak 2,5 persen dan usia 6-18 tahun sebanyak 7,6 persen.
Sejumlah himpunan profesi menyebut, keadaan ini mengkhawatirkan dan akan berdampak buruk pada bonus demografi dan generasi Indonesia unggul di masa yang akan datang.
Beberapa himpunan profesi tersebut yaitu Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Pengurus Pusat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (PP IAKMI), Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPP PPNI), Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia (PP IBI), dan Gerakan Kesehatan Ibu dan Anak (GKIA).
Himpunan profesi tersebut menegaskan, untuk mengantisipasi dampak buruk di masa mendatang terkait generasi emas anak-anak Indonesia saat ini adalah mengoptimalkan pelayanan kesehatan dasar seperti posyandu dan puskesmas di tengah pandemi Covid-19.
Ketua IAKMI Dr Ede Surya Darmawan SKM MDM menyampaikan, akibat pandemi Covid-19 ini pelayanan kesehatan dasar (premier) di puskesmas dan posyandu terkendala dan dibatasi.
Padahal, ini adalah lini utama yang paling dekat dan mudah dijangkau oleh masyarakat.
Selama pandemi Covid-19, menurut data dari Kementerian Kesehatan tahun 2020, sebanyak 83,9 persen pelayanan kesehatan dasar tidak bisa berjalan dengan optimal, terutama Posyandu.
Alhasil, banyak ibu hamil yang tidak mendapatkan pelayanan antenatal yang memadai. Situasi ini juga terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia.
Hal ini memberikan dampak sangat besar pada pelayanan kesehatan masyarakat, khususnya pada pelayanan kesehatan ibu dan anak.
Salah satu akibat dari keterbatasan pelayanan di pelayanan kesehatan dasar ini juga berdampak terhadap pemenuhan kebutuhan imunisasi pada anak, yang seharusnya dilakukan untuk membantu menjaga imunitas anak-anak dari berbagai mikroorganisme jahat tidak hanya Covid-19.
"Imunisasi turun, maka bonus demografi dan Indonesia emas juga terancam. Kulitas anak-anak yang akan menggantikan kita pada 20-40 tahun lagi juga akan cenderung rendah," kata Ede dalam diskusi daring bertajuk Dampak Pandemi Covid-19: Cakupan Imunisasi dan Kualitas Pangan Rendah, Selamatkan 25 Juta Anak Indonesia, Kamis (1/10/2020).
Selain itu, pelayanan fasilitas posyandu di puskesmas yang terbatas ini juga dapat mengakibatkan 25 juta balita tidak memperoleh imunisasi, suplemen vitamin A, pemantauan tumbuh kembang, dan pelayanan rutin lainnya yang sangat diperlukan.
Data menunjukkan, bahwa dalam kurun lima tahun terakhir lebih dari 15.000 anak Indonesia terdampak kejadian luar biasa antara polio, campak, difteri, gizi buruk dan wabah lainnya.
Kejadian luar biasa pada anak ini, dapat mengakibatkan kualitas hidup anak berkurang bahkan mengancam nyawa.
Dampak lainnya adalah kerugian ekonomi yang sangat besar pada keluarga, daerah, dan negara untuk jangka waktu pendek maupun panjang.
Ketua Umum PB IDI, Daeng M Faqih menambahkan, pihaknya berharap dapat mendorong dua hal, penanganan Covid-19 yang lebih baik dan melanjutkannya dengan strategi yang optimal terhadap pelayanan dasar di puskesmas dan posyandu.
"Layanan kesehatan dasar tidak boleh terhenti, bahkan harusnya diperkuat," tegasnya.
Ellyvon Pranita
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Infeksi Covid-19 pada Anak Indonesia Tertinggi di Asia, Apa sebabnya?"